Oleh : Taufiqurrahman, Afiyatul Mustoifiyah, Franski Lahiryo AnandaÂ
Kesetaraan gender merupakan salah satu isu global yang menjadi perhatian banyak negara, salah satunya Indonesia. Gender bukan hanya sekadar perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, gender berkaitan dengan peran, perilaku, dan identitas yang dibentuk secara sosial. Gender merupakan suatu konsep budaya yang menciptakan perbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik antara laki-laki dan perempuan, yang muncul dalam konteks masyarakat (Judiasih, 2022).
Kepemimpinan sering kali dianggap sebagai hak atau kemampuan yang lebih dominan dimiliki oleh laki-laki. Dalam masyarakat, laki-laki dianggap sebagai figure utama yang lebih pantas memimpin, sementara perempuan meskipun memiliki kapasitas yang sama, dihadapkan dengan berbagai hambatan. Namun, pandangan ini mulai berubah seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam kepemimpinan.
Seiring dengan perkembangan zaman, peluang bagi perempuan untuk membuktikan kapasitas mereka dalam memimpin semakin terbuka lebar. Tidak sedikit perempuan yang saat ini sukses dalam pekerjaan sekaligus menjadi ibu rumah tangga (Indriastuti et al., 2023). Dalam berbagai bidang, perempuan menunjukkan kepemimpinan yang tangguh, cerdas, dan inovatif, seperti dalam politik, bisnis, maupun organisasi sosial. Di Indonesia, tokoh seperti Megawati Soekarnoputri dan Sri Mulyani telah menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi besar menjadi pemimpin yang sukses.
Kesetaraan gender merupakan bagian penting dalam menciptakan masyarakat yang adil dan inklusif. Meskipun ada kemajuan dalam mewujudkan kesetaraan gender, masih terdapat banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti pandangan kuno yang membatasi kebebasan perempuan serta diskriminasi diberbagai bidang. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat.
Pendidikan adalah sarana utama pembentuk kepribadian sejak lahir hingga akhir hayat. Dalam hal ini, keluarga memiliki peran utama dalam mendidik anak, sehingga kita tidak boleh meremehkan kontribusi orang tua terutama ibu dalam menjalankan amanat dan tanggung jawab terhadap anak-anaknya.
 Ibu memiliki peran penting sebagai pendidik utama dalam keluarga, terutama dalam menanamkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja keras, dan empati. Nilai-nilai ini menjadi fondasi pembentukan karakter anak di masa depan. Dengan pola asuh yang penuh kasih dan bimbingan yang konsisten, seorang ibu dapat menanamkan pentingnya pendidikan, moralitas, dan interaksi sosial kepada ana. Namun, tanggung jawab mendidik anak tidak sepenuhnya berada ditangan ibu saja. Ayah juga berperan besar dalam mendukung perkembangan anak, baik secara emosional maupun dalam proses pengambilan keputusan, membantu menciptakan pola pengasuhan yang seimbang. Dukungan yang diberikan oleh kedua orang tua ini dapat menciptakan lingkungan keluarga yang stabil, yang memungkinkan anak-anak tumbuh dalan suasana yang positif untuk belajar dan berkembang.
Selain itu, keluarga juga memegang peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai kesetaraan gender sejak dini. Dengan memberikan kesempatan yang sama kepada anak laki-laki dan perempuan untuk belajar, berkreasi, dan mengembangkan potensi diri mereka, keluarga berkonstribusi menciptakan generasi yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi prinsip keadilan gender.
 Pendidikan berbasis kesetaraan gender tidak hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi juga lembaga pendidikan dan masyarakat luas. Sekolah berpotensi menjadi tempat strategis untuk menghilangkan stereotip gender melalui kurikulum yang inklusif dan lingkungan belajar yang mendukung. Misalnya, memberikan akses yang sama dalam berbagai kegiatan akademik maupun nonakademik tanpa memandang gender, serta mendorong keterlibatan perempuan di bidang yang umumnya didominasi laki-laki, seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika.
 Selain itu, media massa dan teknologi digital memainkan peran penting dalam mempromosikan tentang kesetaraan gender. Media dapat digunakan untuk menyebarkan narasi positif tentang peran perempuan dalam masyarakat. Namun, tantangan yang ada adalah mengubah pandangan kuno yang masih melihat perempuan sebagai pihak yang lebih rendah. Oleh karena itu, penting untuk mengawasi konten media agar tidak menyebarkan pandangan diskriminatif terhadap gender.