Mendengar perhomonan Lipus, pastor  marah besar. Gelas kopi dibantingnya ke lantai. Kau umat durhaka! Kafir! Keturunan Belzebul! Berani-beraninya menuntut gereja? Murka pastor kepala.
Dengan langkah gontai Lipus meninggalkan pastoran. Dia tidak marah maupun pasrah. Dia sadar misi ini tak mudah. Beribu rintangan dan cacian akan dihadapinya. Tetapi semua itu tak mampu membendung misinya berjuang bagi saudara sesukunya yang tak punya lahan rumah, bagi anak-anak yang tak miliki halaman bermain, bagi mereka yang setiap saatnya diancam banjir dan longsor dan bagi kebenaran sejarah tanah Tuhan.
*FNA
Sudut perpus USD Mrican
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!