Kerendahan HatiÂ
Menurut Lukas 2:15
Â
Menurut Paus Fransiskus, "kerendahan hati adalah yang mengizinkan kita untuk menempatkan diri kita dalam posisi melayani bukan dilayani". Kerendahan hati juga bisa dikatakan sebagai suatu sifat yang pasti setiap manusia miliki.Â
Walaupun sifat ini banyak dimiliki, tetapi banyak orang yang malah sulit untuk mengeluarkan sifat ini. Sebenarnya, ada banyak cara untuk mengeluarkan sifat kerendahan hati yang kita miliki, tetapi hal tersebut tampaknya menjadi suatu masalah besar bagi kita umat manusia untuk mengeluarkan sifat ini.Â
Padahal sifat tersebut sifat yang sederhana, ada banyak cara yang mudah untuk mengeluarkan sifat yang kita miliki ini. Kita bisa mengambil contoh dari seorang pemain bola top yaitu Cristiano Ronaldo, walaupun ia seorang yang kaya tetapi ia tetap mau berbagi. Tetapi, tidak hanya hal itu saja ada beberapa contoh yang bisa kita ambil bahkan sifat ini memiliki korelasi dengan tema Natal tahun 2025, yaitu, "Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita" (Luk 2:15).Â
Kita bisa melihat dan mengetahui bahwa sebenarnya tema Natal tahun ini merupakan tema yang unik dan bahkan kita bisa mengambil beberapa sudut pandang yang nantinya dapat diartikan dan dibuktikan korelasi tema ini dengan sifat kerendahan hati.
 Sekarang kita mulai untuk memaknai kalimat ini, menurut saya sendiri kalimat ini merupakan sebuah kalimat persuasif yang di mana kita diajak untuk ke Betlehem yang nantinya kita akan dapat melihat apa yang terjadi di sana.Â
Sebenarnya, kita bisa mengambil makna dari kalimat ini dari kata yang tidak mungkin dikira, yaitu "Betlehem." Sebelumnya, marilah kita ketahui bahwa Betlehem merupakan suatu kota yang terletak pada bagian barat negara Palestina, Kota ini merupakan kota yang sedang diperebutkan oleh kedua negara, yaitu Israel dan Palestina. Setelah kita mengetahui tentang kota Betlehem, sekarang kita lanjut memaknai kata ini.Â
Dari kata "Betlehem" saya mengartikan bahwa kota betlehem merupakan kota tempat kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus yang di mana Ia dilahirkan dari seorang ibu yang sangat suci dan Ia dilahirkan tidak di rumah sakit maupun penginapan, tetapi Ia lahir di sebuah kandang domba. Hal tersebutlah yang membuat kota ini saya artikan sebagai tempat yang memiliki korelasi dengan sifat kerendahan hati yang kita sebagai umat manusia miliki.Â
Selain itu, Betlehem bisa disimbolkan sebagai kota kerendahan hati, karena kota ini merupakan kota yang menjadi saksi bahwa Yesus merupakan manusia yang memiliki kerendahan hati yang tinggi yang di mana seperti pada kalimat di atas yang menjelaskan bahwa Yesus dilahirkan di kandang domba. Alasan tersebutlah yang membuat kota ini disimbolkan sebagai kota kerendahan hati.
 Betlehem juga bisa dikatakan sebagai simbol untuk kita menerima kasih karunia Allah kepada kita semua umat beriman. Jika kita ingin mendapatkan kasih karunia tersebut, kita harus menjadi orang yang lebih rendah hati seperti yang dikatakan pada kalimat-kalimat sebelumnya.Â
Kasih karunia yang berasal dari Allah itu sebenarnya merupakan suatu hal yang dapat kita dapatkan melalui orang-orang yang ada di sekitar kita maupun lewat tubuh Kristus yang kita santap ketika kita mengikuti perayaan ekaristi.Â
Menurut Paus Fransiskus "sesungguhnya hidup kita lahir dari Allah Bapa, dari keinginannya untuk menganugrahkan kelimpahan dalam hidup kita." Dari ungkapan Paus ini kita juga diajak untuk bersyukur jika kita merupakan orang yang sudah dapat merasakan kasih karunia Allah dalam hidup kita.
  Oleh karena itu, sekarang kita sebagai umat manusia khususnya umat katolik harus mengikuti apa yang telah Tuhan kita Yesus Kristus lakukan, yang di mana dilahirkan dengan penuh kerendahan hati. Kita menanggapi hal tersebut dengan melakukan hal yang Tuhan Yesus lakukan, salah satu hal yang paling mudah menurut pandangan saya sebagai seorang seminaris, yaitu di saat kita rela untuk mengepel dengan menggunakan tangan.Â
Menurut saya hal itu adalah hal yang sederhana bagi kita umat manusia yang hanya menggunakan tangan sebagai alat dan kita hanya berlutut untuk melakukan hal tersebut. Tetapi, banyak orang yang menganggap remeh kegiatan semacam ini, padahal kegiatan mengepel macam ini sangat berguna untuk melatih kerendahan hati kita sebagai umat manusia apalagi kita sebagai seminaris yang disiapkan untuk menjadi calon imam.Â
Menurut Rm. Kartono, "kegiatan semacam ini melatih kita para seminaris untuk menjadi orang yang rendah hati yang di mana bisa disimbolkan dengan berlutut." Berlutut di sini berarti kita menganggap diri kita merupakan seorang manusia yang lemah dan tidak memiliki kekuasaan apapun, jadi kita para seminaris dilatih untuk terus merendahkan diri kita di hadapan sesama maupun di hadapan Tuhan.Â
Alasan inilah yang menjadikan cara mengepel semacam ini tidak dihilangkan di Seminari Menengah Santo Petrus Canisius Mertoyudan, walaupun seiringnya perkembangan zaman yang terus berkembang secara pesat.Â
Selain itu, kita juga dapat melakukan beberapa cara yang lain untuk mengeluarkan sifat kerendahan hati yang kita miliki dengan cara mengucapkan permisi ketika kita lewat di hadapan orang. Tidak hanya itu saja, tetapi kita juga bisa menyapa seorang yang baru saja kita lewati kedua hal ini juga merupakan kegiatan yang kami para seminaris selalu melakukannya jika melewati guru, staf, dan kakak-kakak kelas.Â
Latihan inilah yang dapat melatih kita sehingga bisa menumbuhkan rasa rendah hati yang kita miliki. Hal inilah yang dapat kita perjuangkan, selain kita dapat menjadi orang yang lebih rendah hati kita juga dapat menjadi orang yang dapat merasakan kasih Allah dalam hidup kita dan hal itu semua dapat berguna bagi kita untuk mempersiapkan kedatangan Sang Juruselamat, yaitu Yesus Kristus.
 Dari penjelasan yang ada di atas, kita sebagai umat katolik diajak untuk menjadi orang katolik yang memiliki kerendahan hati seperti Tuhan Yesus Kristus yang dilahirkan di tempat yang kurang layak. Apalagi kita sekarang mempersiapkan kedatangan atau kelahiran Yesus yang akan dilaksanakan pada tanggal 25 Desember tepatnya pada perayaan Natal. Untuk menuju suatu kerendahan hati yang kita inginkan tersebut, tidak harus dengan tindakan yang rumit sehingga dapat menyulitkan diri sendiri.
 Sebenarnya cukup dengan melakukan cara yang mudah seperti yang sudah diterangkan pada paragraf keempat, walaupun hal tersebut nantinya tidak langsung merubah diri kita menjadi orang yang lebih rendah hati, tetapi setidaknya kita sudah melatih diri sehingga nanti dapat muncul suatu kebiasaan atau habitus yang akan menjadikan kita seorang yang  lebih rendah hati seperti Tuhan kita Yesus Kristus.
 Seperti yang dikatakan oleh Paus Fransiskus bahwa "Kita dipanggil untuk membangun hubungan yang tulus dan penuh kerendahan hati dengan orang lain, menjadikan kita lebih dekat dengan mereka dan dengan Allah."
Oleh karena itu, di saat kita sedang mempersiapkan kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus marilah kita sebagai umat katolik mempersiapkan hal tersebut dari sekarang agar kita pantas datang dan menyaksikan kelahiran Sang Juruselamat, seperti para orang-orang dari Majus yang datang dengan layak pada kelahiran Yesus. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H