Tuan kapitalis janganlah coba geruk tanah kami
Dari tanah ini perut kami diisi
Kenapa tegah kau rayu dengan setumpuk uang haram itu
Tak sudih tanah kami kau cumbui, sebab kami siap melawan
Titik darah penghabisan akan kami taruh demi tanah kami
Hasratmu membunuh sukma kami, dengan ribuaan luka mencecer pada tubuh yang lemah ini
Engkau adalah pilihan rakyat, hingga pantatmu duduk di kursi empuk
Sementara kami, bercucur peluh mengais rezeki  dari pagi hingga siang, tetap saja disebut rakyat
Mulutmu menghujam segala persendian, letih membungkam kaki kami berpijak
Sedang engkau terus merayu, bahkan memaksa untuk kepentingan perutmu
Perutmu menggunung uang haram, sedang kami rakyat tetap melarat
Enteng saja engkau berkata untuk perekonomian rakyat, sesal tak terkira memilihmu
Tanah kami bukan ciptaanmu, bukan pula hibahmu
Anak-anak kami menjadi ahli waris atas tanah ini,
Tanah ini jadi tempat mereka bercengkrama, melempar sapa tentang masa depan mereka di atas awan kelabu itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H