Kelopak mataku tertuju pada kemuningmu, menyelinap masuk pada ranting pohon
Di kaki langit engkau tampak tersenyum menawan, mencumbui langit biru dengan bebas oleh cahayamu
Sedang aku meringkuk, melipat tangan sembari meracik huruf yang bermetamorfosis menjadi larik kata
Lentik jariku begitu menggembu melumuri kertas putih dengan tinta hitam
Senja itu menjatuhkan aku pada jurang di dalam rahim rindu yang tak bertuan
Bolehkan engkau menerangi gelapnya jejak kakiku melangkah pada lorong waktu yang tak menentu
Pada siapa aku menumpahkan rindu ini, sedang lolongan angin mengusik pendengaranku, pelan-pelan menggigil kulitku hingga menusuk poriku
Kicauan burung, sesekali menyahut di ranting pohon sedang mematuk buah yang enggan habis karena patukan burung-burung itu
Sementara kopi hitamku mendingin, karena tak kunjung kutegak
Senja, pulanglah, aku ingin menghantarkan rinduku pada malam yang akan melenyapkan mu dari kaki langit itu
Aku akan mengatup tangan berdoa, sembari menikmati lantunan ayat-ayat suci yang shadu itu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H