Mohon tunggu...
Fransiskus Adryanto Pratama
Fransiskus Adryanto Pratama Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Menulis untuk Keabadian

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Hujan

13 April 2020   16:02 Diperbarui: 13 April 2020   16:04 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Riakmu mendekap lirih di atas peraduanku

Senandung lagu mengiringi datangmu

Alunan nada-nada tak tentu memekakan telingaku

Di bawah lamunan rindu yang tak kunjung menepi

Aku meringkuk tanpa kata sembari mengusap bulir yang mengaris panjang pada pipiku

Hujan, berhentilah

Rindu ini kian memuncak bersamamu

Aku kewalahan menampungmu

Perlahan bulir itu meresap ke akar tanah

Semoga tumbuh rindu balasan

Hujan, tubuhku menggigil hingga menusuk poriku

Di atas pembaringan jariku menari dengan lincah

Menulis bait-bait rindu tentangnya

Tinta-tinta hitam pelan-pelan menghitamkan surat putih

Seputih jiwaku kepadanya

Semoga rindu segera terbalas lunas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun