Guru juga insan biasa, sama khalayaknya dengan manusia-manusia umumnya. Kelemahan dan kekurangan juga tak terlepas dari guru. Walau umpama "pahlawan tanpa tanda jasa" yang melekat pada profesi guru tetap teguh hingga saat ini, namun kewajiban saling menghargai antar sesama individu dan profesi seharusnya bisa terealisasikan.
Saya percaya, karena jalinan relasi yang baik, kita menjadi akrab. Menguatkan relasi di dalam keluarga saja ada konfliknya. Menanamkan benih karakter yang baik setidaknya dapat meminimalisir peluapan emosi. Marah-marah apalagi emosi yang klimaks bukanlah solusi dari perkonflikan. Sejatinya, konflik bisa diatasi menggunakan kepala dan hati yang dingin.
Sini, duduk bersama-sama!, sambil minum teh atau kopi, dan kita diskusikan secara baik-baik. Tak perlu emosian apalagi kontak fisik, pasti ada kok jalan keluarnya. Asalkan tidak mencampuradukan emosi ke dalam pendidikan karakter, saya rasa untuk merealisasikan relasi yang baik akan tercapai.
Menurut saya, dalam semesta pendidikan Indonesia, kita wajib menjadi praktisi pendidikan karakter guru, pendidikan karakter anak serta praktisi pendidikan karakter orangtua. Mari kita bangun relasi (hubungan) yang baik kepada siapapun mulai dari sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H