Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, pada masa ini remaja mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan serta masa ingin mengetahui dan mencoba banyak hal jadi memerlukan perhatian lebih khusus. Dimana tak jarang kemauan dan keinginan mereka sulit dikendalikan seperi semakin dilarang remaja akan semakin memberontak karena emosi yang belum stabil.
Bedasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) hasil sensus penduduk 2020 (SP2020) pada September 2020 mencatat jumlah penduduk sebesar 270,20 juta jiwa yang terdiri dari 11,56% Baby Boomer, 1,87% Pre-Boomer, 10,88% Post Gen Z, 27,94% Gen Z, 25,87% Milenial, 21,88% Gen X bertambah 32,56 juta jiwa dibanding hasil sensus penduduk 2010 (SP2010). Besarnya jumlah penduduk presentase kelompok remaja akan sangat mempengaruhi jumlah penduduk dimasa yang akan datang.
Seiring dengan perkembangannya, banyak masalah yang dihadapi oleh remaja salah satunya adalah berhubungan dengan aspek reproduksinya. Dengan perubahan pada hormon dan fisik membuat remaja mulai tertarik dengan lawan jenisnya dan berpacaran yang cukup menjadi sorotan adalah perkembangan gaya pacaran remaja pada saat ini, hal ini juga dipengaruhi oleh perubahan sosial dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, serta perkembangan teknologi media yang semakin terbuka cukup mengubah norma-norma yang berlaku terhadap gaya hidup remaja termasuk dalam kebutuhan seksual.
Remaja terdorong dapat melakukan hubungan seksual pra-nikah yang dapat menyebabkan kehamilan diluar pernikahan, aborsi, atau penyakit menular seksual dan sebagian remaja menganggap seks bebas yang dilakukan sekali tidak menyebabkan kehamilan sehingga mengubah persepsi mereka terhadap hubungan seks dan membuat mereka semakin mencoba-coba.
Indonesia kehamilan pada remaja marak terjadi pada kalangan usia 15-20 tahun dikarenakan banyak factor yang menyebabkan kehamilan di usia muda terjadi, kasus seks bebas yang menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan cukup tinggi di Indonesia. Perilaku seksual adalah segala perilaku yang didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan sendiri maupun bersama lawan jenis, remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual berisiko berdasarkan tahapan-tahapan tertentu yaitu mulai dari berpegangan tangan, berciuman, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitive, dan lain sebagainnya.
Berdasarkan jawaban wawancara dengan beberapa remaja di SMAN 1 Kawedanan Magetan yaitu informan SA, KM, DM, AE tentang kehamilan dan melahirkan diusia muda, mereka memiliki pengetahuan dan persepsi yang kurang lebih sama jika melakukan hubungan seksual dapat menyebabkan kehamilan karena keingintahuan remaja untuk mencoba dan ingin diakui sebagai pasangan:
“Remaja perempuan yang bisa hamil adalah mereka yang telah mengalami menstruasi, kemudian mereka melakukan hubungan intim atau hubungan suami istri dengan laki-laki, yang berawal dari mereka berpegangan tangan, berciuman, dan lain sebagainya lalu mereka terpengaruh fikiran negative dan melakukan hal tersebut. Dan seperti itulah maraknya gaya pacaran remaja saat ini”.
“Wanita bisa hamil karena melakukan hubungan seksual dengan laki-lakinya, pergaulan yang tidak baik atau bebas serta lingkungan yang juga mempengaruhi dan tontonan dari media sosial akan hal tersebut mendukung tindakan remaja melakukan hubungan seksual”
Sedangkan persepsi informan yang cukup mengetahui tentang konsep kehamilan dan melahirkan diusia muda KM dan AE mereka mengatakan “Remaja yang hamil diusia muda sangat disayangkan diusia yang belum siap mereka harus menanggung beban kehamilan lalu melahirkan diusia yang masih muda hal tersebut sangat berisiko untuk ibu dan bayi yang dikandung bisa menyebabkan risiko
Lalu informan SA dan DM berpersepsi “Kehamilan dan melahirkan diusia muda, remaja putri pada umur 14-19 tahun berisiko 2 kali lebih besar meninggal sedangkan untuk dibawah umur 14 tahun berisiko 5 kali lebih besar meninggal dibanding remaja berumur 20 tahun karena remaja belum siap secara fisiologis dan psikologisnya”.
Remaja digambarkan dari segi kemauan yang tidak dapat dikendalikan dan dikompromikan terkadang berlawanan dengan keinginan orang lain, dalam proses pencarian identitas diri, tidak jarang remaja akan berusaha melepaskan diri dari orang tua. Remaja cenderung akan melakukan apa yang mereka ingin lakukan terutama dalam pergaulannya dan mencoba hal-hal baru secara perubahan psikologisnya.
Adapun, persepsi banyak dampak kehamilan yang tidak diinginkan, dari segi medis menyebabkan pada kesehatan reproduksi remaja mengalami gangguan karena ketidaksiapan untuk masa kehamilan, melahirkan, dan nifas. Disisi lain dampak psikologis dari kehamilan yang tidak diinginkan membuat remaja mengalami stress, rasa bersalah dan tidak bisa menerima keadaanya dan dapat berujung pada hal-hal yang menyakiti diri sendiri.
Kehamilan pada remaja menyebabkan posisi remaja dalam situasi serba salah dan tekanan batin, dan beberapa konsekuensi pada bayi, remaja saat kehamilan diusia remaja yaitu keguguran, kematian bayi, bayi lahir dengan berat yang rendah, bayi diabaikan dan disalahgunakan, putus sekolah, sanksi sosial dari masyarakat, dan remaja diusia 14-19 tahun mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar meninggal ketika hamil dan melahiran serta untuk remaja dibawah 14 tahun mempunyai kemungkinan 5 kali lebih besar meninggal dunia.
Informasi mengenai kehamilan dan melahirkan, pengaruh serta risikonya bagi remaja hendak disampaikan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya kehamilan yag tidak diinginkan, kurangnya informasi dan persepsi tentang seks dapat menyebabkan kehamilan diluar nikah dan penyakit menular seksual (PMS).
Peran orang tua tentang seks education sangat penting dilakukan sejak dini agar ketika anak mulai tumbuh remaja hingga dewasa mereka paham akan hal-hal yang berhubungan dengan seksual dan menghindarinya serta norma agama yang juga ditanamkan pada anak, peran sekolah yang memberi sosialisasi tentang seks bebas serta dampaknya, peran pemerintah yang memberi sosialisasi dan fasilitas tentang kesehatan alat reproduksi juga sangat penting, kebiasaan adat istiadat yang kurang baik lebih baik ditinggalkan seperti menikahkan anaknya diusia muda karena akan sangat berisiko, peranan media elektronik maupun media massa yang juga menjadi factor penyebab remaja melakukan hubungan seksual dikarenakan pengaruh media tersebut.
Dengan adanya informasi dan persepsi tentang kehamilan yang tidak diinginkan makan akan mempengaruhi persepsi remaja terhadap seks bebas serta kehamilan yang tidak diinginkan, semakin baik pengetahuan remaja akan hal tersebut seperti risiko dan dampak negative yang ditimbulkan maka semakin baik pula persepsi remaja sehingga diharapkan mereka tidak melakukan seks bebas atau hubungan seks pranikah dan dapat menghindari serta mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H