Perkembangan media menjadi stabil dan terus menunjukan kemajuannya, hal ini terlihat bagaimana media-media baru yang terus hadir dalam kehidupan seiring dengan perkembangan teknologi juga.
Hadirnya berbagai media menunjukan hal yang positif dan juga negatif dalam bidang jurnalistik.
Hadirnya Media Sosial Berdampak Baik atau Buruk Bagi Jurnalistik
Media sosial merupakan sebuah media yang lahir dari perkembangan teknologi berbentuk online dengan menggunakan jaringan online, yang mampu membantu penggunanya berpartisipasi, berkomunikasi, berbagi sesuatu hal.
Hadirnya media sosial memberikan dampak baik dan juga buruk bagi jurnalistik.
Salah satu hal positif dari perkembangan media adalah jurnalis memiliki akses yang sebelumnya tidak pernah terjadi kepada audiens mereka, dan jurnalis mampu memanfaatkan media sebagai sarana penempatan diri mereka sehingga dapat lebih dekat pada audiens.
Menjadi lebih dekat artinya audiens tidak lagi menjadi pasif terhadap suatu peristiwa yang diberitakan, melainkan menjadi lebih aktif seperti memberikan reaksi atau komentar melalui media, seperti website resmi maupun media sosial.
Dampak baik kehadiran media sosial ialah, dimana dunia jurnalisme memanfaatkan media menjadi wadah penyebarluasan informasi berita yang diproduksi, sehingga jangkauan berita nya menjadi lebih luas dan dapat diakses dimanapun (Nuraeni & Sugandi, 2017).
Selain itu keuntungan dari media sosial bagi jurnalistik adalah dapat dimanfaatkan sebagai sumber berita, hal ini dapat terlihat dari hasil survei yang dilakukan salah satu lembaga di Amerika Serikat terhadap  500 wartawan yang berasal dari 15 negara.
Dari survei tersebut terbukti 47 persen diantaranya menggunakan media sosial sebagai sumber berita yaitu twitter dan 30 persen menggunakan facebook sebagai sumber berita (Nuraeni & Sugandi, 2017).
Dampak negatif dari perkembangan media bagi jurnalistik adalah karena adanya media sosial menimbulkan istilah citizen journalism.
Citizen journalism dimaknai bahwa siapa saja dapat menjadi seorang jurnalis walaupun tanpa keahlian jurnalis. Hal ini dikarenakan siapa saja mampu menulis dan membagikan berita melalui media sosial.
Hal ini menjadi tantangan dan juga ancaman bagi para jurnalis profesional, karena setiap orang dinilai mampu dan bisa menyampaikan informasi setara dengan para jurnalis. Hal ini juga mendorong sikap skeptis terhadap keberadaan media baru dan profesionalisme warga dalam menyampaikan informasi.
Kekhawatiran ini dirasakan oleh pimpinan redaksi portal online di Indonesia, akan turunnya kredibilitas portal beritanya, hal ini karena kuranya pemahaman warga atas kode etik jurnalistik dari warga yang melaporkan berita (Kurniawan, 2006).
Tantangan Jurnalis di Tengah Maraknya Era Digital dan Media Sosial
Posisi seorang jurnalis menjadi setara dengan semua orang yang mampu dan dengan mudah membuat dan memberikan informasi atau berita melalui media sosial.
Tantangan para jurnalis adalah harus mampu menghasilkan dan mempertahankan hasil produk jurnalistik yang baik, sehingga dapat menunjukan perbedaannya dengan masyarakat awam.
Anggota Dewan Pers, Asep Setiawan mengatakan "Jurnalis perlu melatih diri agar mampu memberikan laporan berkualitas yang dibutuhkan publik, sehingga publik akan mengapresiasi dan tidak beralih ke media sosial".
Sedangkan apabila tidak dapat menghasilkan berita yang baik, komprehensif, yang memberikan nilai, maka jurnalisme tidak lagi menjadi penting untuk publik.
Laporan berita yang berkualitas, komprehensif dan memiliki nilai berita bagi publik, para jurnalis tentu harus mengikuti dan patuh pada standar jurnalis dan kode etik jurnalistik.
Untuk versi video, bisa klik link ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H