Oleh Fransisco Xaverius Fernandez
Kamis, 01 Desember 2022 di SMPN 1 Praya adalah hari pertama Penilaian Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023.
Aku kebagian mengawas di ruang dua. Di ruang dua ini terdapat dua kelas yang berbeda yaitu kelas VII.1 dan kelas VIII.1. Mereka duduk berdasarkan nomor urut terkecil sampai terbesar. Di sisi kanan mereka kelas VIII dan sisi kiri kelas VII.
Pelajaran yang diujikan pada hari pertama ini adalah Bahasa Indonesia dan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti.
Begitu selesai membagikan lembar soal dan lembar jawaban siswa, aku tertarik dengan gambar dinding di belakang kelas tersebut. Tampak lukisan di dinding tanpa warna. Begitu indahnya menghias dinding belakang ruang kelas tersebut. Semula aku tidak menyadari gambar apakah itu. Namun setelah duduk di meja guru aku mulai memperhatikan dengan seksama. Lukisan tersebut menggambarkan suasana hutan dengan beberapa hewan di dalamnya.
Tampak , jika tidak salah, lukisan rusa bertanduk, keledai, burung dan hewan lainnya yang mungkin tidak nampak jelas. Kemudian aku menghayal...
Si rusa yang bangga dengan tanduknya itu sedang asyik bercermin di sebuah kolam.
"Wow...aku bangga banget punya tanduk seperti ini. Terasa aku adalah rusa paling gagah se jagat!" ujar rusa sombong. Namun sekaligus kecewa ketika melihat kakinya yang kecil kurus seolah-olah menghilangkan kegagahan tanduknya.
"Coba aku punya kaki berotot!" serunya. Namun tidak disadarinya ada seekor harimau mengintainya di balik pepohonan.
Ketika tampak rusa agak lengah , si harimau mengejarnya. Kagetnya si rusa. Ia berlari dengan lincah dan gesitnya. Namun sayang, tanduk yang gagah tadi tersangkut di akar-akar pohon dan semak belukar sehingga membuatnya tidak bisa berlari lagi.
Semakin ia berontak, semakin erat semak belukar itu mengikat si tanduk. Dan akhirnya harimau tadi makin mendekat dan...
"Pak, ini nomor soal 20 tidak jelas. Apa sih maksudnya konsumerisme itu?" tanya seorang siswa kelas 7 membuyarkan lamunanku.
"Oo...itu. Semacam gaya hidup maunya senang-senang saja misalnya dengan membeli barang-barang mewah untuk dipamerkan padahal tidak terlalu bermanfaat atau mendesak." Jawabku sebisa mungkin.
Lalu ujian semester berjalan normal kembali.
Aku terpana dengan gambar dan hayalanku tadi. Terkadang ketika melihat suatu hal kesan kita biasa-biasa saja. Begitu diminta untuk menceritakannya, aku yakin pasti banyak cerita muncul di dalamnya. Berbeda-beda sesuai dengan cara pandang masing-masing.
Aku pun bisa mengambil hikmah di dalam kisah hayalku tadi. Bahwa kita diciptakan berbeda. Misalnya tubuh kita ini pasti mempunyai fungsinya sendiri-sendiri. Kita harus menjaganya. Bahkan bagian tubuh yang paling lemah justru kita jaga sebaik-baiknya.
Sama dengan di suatu organisasi. Semua organ di dalamnya pasti mempunyai peran masing-masing untuk membawa organisasi itu kearah tujuan yang baik.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara juga memiliki peran masing-masing untuk membawa bangsa ini kearah tujuan bersama yaitu kemakmuran, kedamaian dan kebahagiaan. Maka kita harus menghargai karya satu dan lainnya. Tidak perlu kita saling menyalahkan ketika terjadi sesuatu dalam perjalanan tersebut. Melainkan kita harus selalu mawas diri dan berusaha mengubahnya menjadi makin baik.
Berbahagialah yang mampu melihat dan menghargai semua peran yang ada sehingga tercapai suatu masyarakat yang adil makmur sehat sejahtera.
===
Praya, 2 Desember 2022
Menanti Sang Fajar.
Dari Guru Opa Frans yang sedang belajar bijak
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H