Oleh Fransisco Xaverius Fernandez
Ketika aku ke teras rumah untuk mematikan lampu teras, ku dengar suara khas : “Meong….” Agak panjang tapi lembut.
“Pah, itu si manja Oyen di atap! Tolong di ambil!” teriak istriku dari dapur. Biasalah istriku sedang menyiapkan sarapan.
Oyen adalah kucing kami yang benar-benar manja. Ia tidak mau pergi dari halaman belakang rumah. Apalagi kini ia mempunyai ‘tanggung-jawab’ menjaga dua adiknya yang masih kecil. Kedua adiknya ini sudah tidak mau diurus oleh induknya.
Tapi yang menyebalkan sebenarnya adalah si oyen bisa ke depan tapi tidak mau turun sendiri dari atap seperti kebanyakan kucing. Ia minta di ambil. Walaupun atap rumah kami tidak terlalu tinggi, namun memerlukan kursi untuk mengambilnya di atap.
Saat itulah kulihat bulan sabit di kejauhan. Kulihat dari atap rumah. Indah sekali. Seolah ia menyapaku :”Bagaimana kabarmu, teman?”
Kujawab dengan ceria: “Puji Tuhan, baik saudaraku!”
“Apa rencanamu hari ini?”
“Banyak sebenarnya, namun semuanya membutuhkan ketekunan, keberanian, ketulusan, dan dana!”