“Sepertinya ada masalah dana di sini?” tanya sang Bulan sabit.
“Biasalah, teman!” sahutku. Lalu kuceritakan tentang karunia besar Tuhan. Setelah kusapa Dia di pagi yang cerah ini. Doa mohon karunia Roh Kudus selalu kami daraskan agar kami selalu dipimpin Allah hari ini.
Memang kami punya masalah yang perlu disampaikan kepada rembulan dan bintang-bintang. Karena merekalah yang paham walaupun mereka lebih banyak mendengarkan segala keluh-kesahku.
Bagaimana setiap hari kami begitu khawatir dalam menjalani hidup. Kami ke kantor, di sana ada orang yang menagihku. Kami keluar rumah, sudah ada tetangga yang menyapaku basa-basi. Padahal mau bertanya ‘kapan nyetor?’ dan masih banyak lagi.
Belum lagi tangis istri dan anakku yang harus kuberikan rejeki makanan dan bekal hidup. Di mana aku telah berjanji kepada Tuhan untuk menjaga titipan-Nya ini dengan sebaik-baiknya.
“Kamu harus memberi mereka makan!” perintah Tuhan kepadaku.
“Ohya, mereka harus sehat dan segala kebutuhan mereka harus terpenuhi!” Tuhan makin memperjelas pesan-Nya kepadaku.
“Ya Tuhan, siap!” jawabku lirih… aku hanya bisa menangis di saat sepi di hadapan Tuhan. Walaupun lara terus mengguncangku, aku harus tegar. Jangan mudah putus asa!
Tuhan terus memantauku dan memberiku semangat.
“Jangan takut anak-Ku! Aku senantiasa mendampingimu selamanya!”