Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Manajemen Memaafkan: Hidup Tanpa Dendam

8 November 2022   20:51 Diperbarui: 8 November 2022   21:00 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dendam akan makin membara ketika kita melihat si 'lawan' lebih baik dari kita. Dendam itu ibarat sakit gigi, ketika mendengar orang tertawa (padahal mereka sudah terbiasa tertawa) kita akan marah. Bahkan dendam bisa bersifat turun temurun jika tidak diselesaikan tuntas.

Banyak kisah tentang hal ini, terutama di daerah-daerah pedesaan. Baik itu karena perebutan warisan maupun dalam penentuan batas tanah. Bagi orang desa, jika pemerintah mengambil tanah mereka beberapa puluh are untuk sekolah atau rumah ibadat, mereka akan memberikan dengan ikhlas. Tapi jangan coba-coba memindahkan tapal batas tanah sepuluh cm. bisa perang berkepanjangan.

SOLUSI DARI SANG GURU BIJAK

 Ketika Sang Guru berdoa, para murid meminta kepada-Nya: "Tuhan , ajarlah kami berdoa seperti Yohanes mengajarkan doa kepada para muridnya!"

Yesus mengajarkan doa yang sederhana, intinya adalah:

  • Bapa,
  • Dikuduskanlah namaMU,
  • Datanglah KerajaanMU,
  • Berilah kami setiap hari makanan yang secukupnya ,
  • Dan ampunilah dosa kami sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami,
  • Dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan.
  • Amin.

Sapaan kepada Tuhan dalam doa ini adalah Bapa. Bapa yang baik pasti sangat menyayangi anak-anakNya. Namun tidak memanjakan mereka. Anak-anakNya tetap diberikan kebebasan namun tetap diawasi. Apakah anak-anakNya mau kembali ke Bapanya atau tetap lari dan menjauh.

Syarat yang dibutuhkan adalah kita harus senantiasa memuji dan memuliakan namaNya pertama kali di setiap doa kita. Setelah itu adalah permohonan-permohonan.

Yang menarik di sini adalah permohonan kita fokusnya ada tiga, yaitu:

  • Berikanlah kami rejeki hari ini, yang dilambangkan dengan makanan. Artinya adalah semua rejeki yang kita cari seharusnya secukupnya, bukan berkelimpahan. Termasuk rejeki yang bisa kita bagikan. Keinginan bagi manusia tidak akan pernah habis malah berkesan tamak. Contohnya ketika di kasih sepeda, ingin motor. Motor sudah ada ingin mobil, bahkan lebih dari satu. Padahal sangat tidak mungkin ia mengendarainya secara bersamaan.
  • Mohon pengampunan dosa setelah memaafkan sesama. Artinya tidak boleh ada permusuhan, dendam, perselisishan antar sesama kita, barulah kita boleh meminta ampun kepada Tuhan. Jika tidak melalui proses ini, maka doa kita akan sia-sia. Kita mungkin akan terlihat saleh, namun musuh yang mengintainya juga banyak. Ia terlihat dermawan, tapi korupsinya dan memeras sesamanya juga jalan. Bahkan mungkin ia menaruh dendam kepada banyak orang namun senyum selalu tersungging di bibirnya sehingga saat mereka lengah maka kejahatan beraksi.
  • Permohonan agar Tuhan selalu menjaga kita agar terhindar dari semua pencobaan.

Kita akan fokus kepada bagian kedua. Pengampunan setelah Mengampuni sehingga tidak ada dendam. Mengampuni di mata Tuhan jelas tidak bisa disembunyikan dalam kepura-puraan. Tuhan Mahatahu dan Mahakuasa, tidak mungkin kita bisa menipuNya.

DENDAM , DAMPAK DAN SOLUSINYA AGAR LANGKAH MENJADI RINGAN

 Jika kita membaca berbagai artikel tentang dendam, maka kita akan mengetahui banyak sekali dampak negatif dari dendam. Di antaranya adalah hidup tidak akan tenang dan sulit bahagia, dijauhi banyak orang, orang lain juga menyimpan dendam, selalu berprasangka buruk , dan membatasi pergerakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun