Mohon tunggu...
Fransisca Putri
Fransisca Putri Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Sebelas Maret

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Pentingnya Pembelajaran Pragmatik dalam Pengajaran Bahasa untuk Meningkatkan Keterampilan Komunikasi yang Efektif

15 Desember 2024   08:52 Diperbarui: 15 Desember 2024   08:50 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest (Orang berkomunikasi)

Komunikasi efektif adalah komunikasi yang dilakukan dalam suatu waktu dengan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Komunikasi efektif adalah proses pertukaran informasi yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang berlangsung dengan jelas, tanpa hambatan, dan menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim dan penerima pesan. Komunikasi ini mengutamakan pengertian yang tepat atas pesan yang disampaikan, baik itu dalam bentuk verbal (kata-kata) maupun non-verbal (gestur, ekspresi wajah, intonasi suara, dan sebagainya). Dalam suatu komunikasi pasti terjadi proses timbal balik antara penutur dan lawan tutur. Tujuan utama dari komunikasi efektif adalah agar pesan yang disampaikan dapat diterima dan dipahami sesuai dengan maksud pengirim pesan, serta meminimalisasi potensi kesalahan atau misinterpretasi Pentingnya pembelajaran pragmatik dalam kehidupan bisa kita rasakan pada saat ini. Pentingnya pragmatik dalam lingustik. (Leech, 1980) mengemukakan pragmatik adalah suatu ilmu yang mengkaji hubungan antara makna ujaran dan daya (force). Pragmatik terikat pada prinsip (principle-governed). 

Dalam pengajaran bahasa Indonesia, pengetahuan pragmatik dalam arti praktis patut diketahui oleh pengajar untuk membekali pemelajar dengan pengetahuan tentang penggunaan bahasa sesuai dengan situasi tertentu. Dapat disimpulkan bahwa pargmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang mengkaji segala aspek makna tuturan berdasarkan maksud penutur. Teori pragmatik menjelaskan alasan atau pemikiran para pembicara dan penyimak dalam suatu konteks tanda kalimat dengan suatu proposisi (rencana atau masalah) dalam hal ini teori pragmatik merupakan bagian dari performansi.

Pengetahuan mengenai pragmatik penting untuk membimbing pemelajar agar dapat menggunakan ragam bahasa yang sesuai dengan konteksnya, karena selain benar, bahasa yang digunakan harus baik. Pada proses komunikasi yang baik, pengetahuan tentang prinsip-prinsip pragmatik perlu dipelajari agar dapat menciptakan proses komunikasi yang yang baik dan benar dalam bahasa. Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan bahasa tidak semata-mata didasarkan atas prinsip well-formed dalam sintaksis, melainkan atas dasar kepentingan agar komunikasi tetap dapat berjalan. Pengajaran pragmatik mencakup 3 kompetensi komunikatif yakni kompetensi gramatikal (gramatical competence), kompetensi sosiolingustik (sociolingusitic competence) kompetensi yang berkaitan dengan pengetahuan sosial budaya bahasa tertentu dan kompetensi wacana  (discourse competence), kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan menuangkan gagasan secara baik, dan kompetensi strategik (strategic competence) yakni kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan pengungkapan gagasan melalui beragam gaya yang berlaku khusus dalam setiap bahasa.

Berbicara mengenai pragmatik dan komunikasi. Konsep praanggapan disejajarkan dengan maknanya dengan presupposition sebagai suatu macam anggapan atau pengetahuan latar belakang yang membuat suatu tindakan, teori, atau ungkapan mempunyai makna. Presuposisi adalah sesuatu  yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum menghasilkan suatu tuturan. Yang memiliki presuposisi adalah penutur, bukan kalimat. Enttailmen adalah sesuatu yang logis ada atau mengikuti apa yang ditegaskan di dalam tuturan. Yang memiliki entailmen adalah kalimat, bukan penutur. Praanggapan adalah kesimpulan atau asumsi awal penutur sebelum melakukan tuturan bahwa apa yang akan disampaikan juga dipahami oleh mitra tutur. Ciri praanggapan yang mendasar adalah sifat keajegan di bawah penyangkalan (Yule, 2006:45). Praanggapan (presuposisi) seuatu pernyataan akan tetap ajeg (tetap benar) walaupan kalimat itu dijadikan kalimat negatif atau dinegasikann.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pragmatik dapat menciptakan kemampuan  komunikasi yang efektif dan dapat menghindari kesalahpahaman dari penutur dan mitra tutur. Komunikasi yang efektif dapat tercipta ketika apa yang dikomunikasikan sesuai dengan konteksnya dan tidak menimbulkan kerancuan makna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun