Keuntungannya, posisi ini lebih memiliki kontinuitas, dalam arti kesempatan seseorang untuk menjadi pengajar tetap di universitas lebih besar daripada posisi RTG yang hanya berbasis proyek. Juga, lebih banyak kebebasan dalam pemilihan topik, tidak seperti RTG yang topik besarnya sudah tertulis hitam di atas putih.
Apapun jalannya, karena PhD di Jerman adalah pekerjaan, dari hari pertama PhD harus melakukan penelitian. Tidak ada kelas-kelas atau modul yang harus ditempuh, seperti di Indonesia,USA, atau negara lain dimana PhD harus membayar biaya pendidikan.
Pilihan lain untuk S3 adalah dengan beasiswa, perusahaan, institut penelitian, atau mandiri.
Mengenai beasiswa, sudah banyak jenis dan informasi yang tersebar di Internet saat ini, jadi tidak akan saya jelaskan.
Perusahaan biasanya mengizinkan karyawan untuk bekerja sekaligus menempuh S3, dengan masalah penelitian yang menguntungkan perusahaan tentunya.
Institusi penelitian di Jerman misalnya Fraunhofer atau Max-Planc Instittute.
Secara mandiri, juga bisa saja seseorang menempuh disertasi, tapi tentunya ia harus memikirkan bagaimana menopang biaya hidup di jerman, yang cukup mahal.
Pengalaman di RTG
RTG tempat saya bernaung berjudul "rivacy and Trust for Mobile Users” (RTG PAT), dan sudah berjalan slama sembilan tahun (2015-2024). Dari topiknya, sama seperti topik penelitian lain di Jerman, sangat spesifik, futuristik dan mungkin saat ini masih sulit diterapkan di Indonesia.
Di dalamnya, dalam satu kohort terdapat sekitar 12-20 PhDs yang meneliti topik ini dari perspektif berbagai disiplin ilmu. Seorang PhD mendapat waktu 3 tahun, setelah itu posisi akan digantikan PhD baru.
Namun jarang ada PhD yang tepat waktu, jika memerlukan lebih banyak waktu, biasanya akan diberikan dengan mengemukakan alasan yang logis, seperti cuti melahirkan. Rata-rata PhD menyelesaikan studi selama 4.5 tahun.
Selain RTG PAT, Kemendikti Hessen, negara bagian tempat saya tinggal dan bekerja, juga merupakan hotspot dari penelitian berbasis kecerdasan buatan (AI) dan teknologi lain. Misalnya, cluster penelitian “the Adaptive Mind”, yang berkutat dengan menjelaskan kognisi manusia dengan AI atau kecerdasan buatan. Kata kunci (query)“Hessian.AI” dapata menjadi pedoman teman-teman yang ingin mengetahuinya lebih lanjut.