Ketika diterima, saya mengetahui bahwa posisi S3 saya berada dalam naungan Research Training Group (RTG atau GRK-“Graduirtenkolleg”), yang bertujuan untuk melatih peneliti muda „Nachwuschwisenschafler“ keterampilan melakukan riset berkualitas. Posisi ini dibiayai oleh pihak ketiga Deutsche Forschung Gesselschaft (DFG), maka biasanya peneliti digaji dengan baik (posisi penuh waktu / 100%).
Kewajiban kami tentunya menjalankan penelitian dan menulis publikasi ilmiah. Secara informal, juga dapat membantu profesor / chair mengajar atau membimbing mahasiswa skripsi atau tesis, walaupun secara formal hal ini tidak wajib.
Saya bahkan juga mendapat ruang kerja dan perlengkapan kerja dipinjamkan, seperti laptop, monitor, printer, smart screen, dsb.
Supervisor (Doktormutter/Doktorvater) adalah profesor yang mahir di bidangnya. Jika membutuhkan bantuan tambahan, juga dapat desediakan tenaga mahasiswa S1 dan S2 juga bisa bekerja sampingan sebagai peneliti (disebut HiWi/ wissenschaftliche Hilfskraft).
Keuntungan lainnya adalah mahasiswa S3 tidak diwajibkan untuk mengajar seperti dalam posisi Landestelle , yang akan saya jelaskan di bawah ini.
Namun kerugiannya, setleah proyek RTG selesai, mahasiswa S3 harus mencari pekerjaan baru sendiri. Juga topik sudah ditentukan oleh RTG, jadi tidak begitu banyak kebebasan meneliti.
S3 dengan Cara selain RTG
Pilihan paling umum melanjutkan S3 di Jerman adalah dengan Landesstelle, disebut juga di Lehrstuhl / chair of Institute.
Lehrstuhl adalah posisi yang dibiayai oleh negara federal di Jerman (atau pihak lain seperti Uni-Eropa), untuk pengajar di universitas. Untuk mahasiswa S3, biasanya mereka hanya memiliki posisi paruh waktu (50% atau 75% , setara 20-30 jam kerja perminggu), walaupun beban kerja hampir seperti 100% (40 jam per minggu). Maka, tidak banyak orang Jerman mau melanjutkan karier di akademia.
Sering diadakan demonstrasi menuntut upah mahasiswa. Baik mahasiswa S3, pekerja penelitian lain yang tidak menempuh S3 tapi mengajar (keduanya juga disebut WiMi/Wissenschaftliches Mitarbeiter), mahasiswa pekerja lain (mahasiswa S1 dan S2 juga bisa bekerja sampingan sebagai peneliti, disebut HiWi/ wissenschaftliche Hilfskraft).
Namun untuk hidup sederhana, walaupun 50%, gaji netto yang diterima cukup untuk hidup layak di Jerman, dan juga untuk liburan atau pulang ke Indonesia setiap tahunnya.