Mohon tunggu...
Fransisca Mira
Fransisca Mira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Cognitive Science & Psychology

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengikis Stigma Gangguan Mental dari Stasiun Frankfurt

16 Oktober 2022   22:42 Diperbarui: 17 Oktober 2022   09:42 875
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sarafino, 2011

Lebih parah, orang dengan schizophrenia parah yang tidak tertangani dapat mengalami kekerasan seperti dipasung, pelecehan, stigma orang gila", dan berbagai pelanggaran HAM lain.

Gangguan mental masih sering disepelekan. Oleh generasi baby boomers dan di atasnya, terutama gangguan ini masih sering dianggap sebelah mata.

Depresi dianggap penyakit yang dibuat-buat, disebabkan kurang ibadah, dan berbagai miskonsepsi lain. Untungnya, dengan kemajuan dunia pendidikan dan telekomunikasi, generasi mileinial kini sudah lebih terpapar mengenai pentingnya masalah kesmen.

Bukannya saya mendiskirminasikan suatu generasi, hal ini wajar karena generasi post-war atau pasca perang dunia tentunya memiliki prioritas lain seperti pemulihan ekonomi, industrialisasi dsb.

Namun, terus mendidik diri tentang perkembangan sains di bidang kesehatan mental tetap harus kita lakukan, terlepas generasi mana kita termasuk.

Stigma di Jerman jauh lebih sedikit daripada di Indonesia. Tidak pernah saya melihat orang dengan schizophrenia di jalanan.

Saya yakin para pasien seperti itu akan segera diamankan ke fasilitas kesehatan terdekat, wong, kucing jalanan saja tidak pernah terlihat karena petugas dinas secara tertib mengangkutnya ke penampungan, apalagi manusia.

Di kalangan mahasiswa, beberapa teman saya terbuka mengaku mereka mengalami depresi atau gangguan kecemasan, walaupun saya bukan teman dekatnya.

Bulan lalu, Ketika bertemu seorang kolega baru untuk pertama kalinya, ia tidak segan-segan menceritakan kisahnya Ketika setahun lalu mengalami depresi. Ia tidak bisa bekerja setengah tahun karena hal itu, dan harus pergi ke psikolog.

Namun begitu, di kalangan anak muda juga terdapat istilah "Assi " atau asozialer, yang mendeskripsikan (sekaligus mendiskriminasikan) orang yang secara harafiah tidak dapat hidup di masyarakat. Pada praktiknya, sayangnya istilah ini digunakan pada orang-orang yang sedikit nyentrik, miskin atau tidak terdidik. 

Di Indonesia, rasanya tidak pernah mengenal langsung orang yang secara blak-blakan membicarakannya, walaupun saya kuliah psikologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun