Makan gorengan saat jalan-jalan, lagi-lagi mengingatkan saya pada kota Jakarta.
Napoli terkenal dengan gang-gang tempat warga Napoli tinggal, yang berwarna warni dan penuh dengan hiasan. Daerah Spaccanapoli penuh dengan arsitektur kuno campuran gaya Yunani dan Italia.
Salah satu objek terkenal diantara gang tersebut adalah altar Maradona. Pesepakbola ini membela klub Napoli selama tujuh tahun pada 1984-1991. Kala itu, ia mencetak 81 gol dari 188 pertandingan, tak heran jika warga Napoli begitu memujanya.
Tingkat fanatisme ini mungkin seperti para fans Persija menggemari Bambang Pamungkas, walaupun tidak ada altar BP di Jakarta.
Menyusuri gang-gang tersebut, mau tak mau pasti terkesan agak kotor dan berantakan, apalagi dengan jemuran warga di beberapa bagian rumah susun.
Namun, beberapa graffiti terlihat cantik dan mewarnai kota ini.
Kota-kota di bagian selatan Italia  terkenal tidak semakmur kota-kota di Utara. Napoli pun memiliki tingkat pengangguran yang cukup tinggi.
Saya pikir, mungkin benar teori bahwa tempat dengan iklim yang lebih enak, seperti iklim Mediteranian yang cukup hangat di Itali Selatan, tidak semaju kota-kota yang lebih dingin atau lebih jauh dari garis khatulistiwa.