Mohon tunggu...
Fransisca Tri Iswari
Fransisca Tri Iswari Mohon Tunggu... Freelancer - Wibu iya, pekerja iya, dengerin Kpop juga iya

Mantan Mahasiswa, Pekerja, Penikmat rebahan, Pengen jadi anime.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Penggambaran Gender dalam Anime: Proses dan Perkembangannya

3 Maret 2023   00:12 Diperbarui: 3 Maret 2023   08:19 1291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber. pinterest.com
sumber. pinterest.com

Masih banyak lagi karakter perempuan dalam anime masa kini yang citranya sangat jauh berbeda dengan dulu. Lantas, bagaimana hal ini bermula?

Berbicara tentang perempuan Jepang kontemporer tidak dapat dilepaskan dari dinamika peran dan status kehidupan perempuan di sepanjang sejarah Jepang yang sudah dimulai sejak berabad-abad silam. Hal yang menarik untuk dibahas, mengingat Jepang kini dikenal luas sebagai masyarakat patriarkal. Padahal sebelumnya, Jepang merupakan masyarakat yang berbasis sistem kekerabatan matrialkal di masa masyarakat Jepang kuno. Perempuan memiliki peran yang lebih tinggi sebagai pemberi garis keturunan. Pada permulaan masa feodal, kaum perempuan bahkan dapat mewarisi hak milik serta mempunyai peran dalam sistem feodal. 

sumber. thekimonogallery.tumblr.com
sumber. thekimonogallery.tumblr.com

Kemudian, perubahan peran perempuan dimulai sejak negara api menyerang. Eh, bukan, maksudnya semenjak Jepang dipengaruhi oleh paham Konfusian yang datang sekitar abad ketiga Masehi dari Cina. Konfusius mengatakan perempuan harus patuh pada ayahnya ketika kecil, suaminya ketika menikah, dan anak laki-lakinya ketika tua. Hingga akhirnya lahirlah pembagian peran laki-laki sebagai kepala rumah tangga dan perempuan yang bergantung pada laki-laki. 

Kombinasi feodalisme dan ajaran Konfusianisme ini menempatkan perempuan pada keadaan sangat tidak menguntungkan. Perempuan Jepang dalam pernikahan tidak jarang mendapat perlakuan yang tidak baik. Pernikahan bagi perempuan hanya untuk melahirkan keturunan (yang menjadi penerus keluarga laki-laki) dan mengurus rumah tangga. Lalu jika seorang istri gagal melahirkan keturunan? Dia akan dikembalikan ke keluarganya.

Kesenjangan gender  yang terjadi selama beratus-ratus tahun inilah yang menjadi faktor utama dari tren isu ketidaksetaran gender yang sedang dialami Jepang sampai saat ini.  Sejak kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, banyak kelompok perempuan di Jepang yang menuntut persamaan hak. Mulai dari hak terhadap akses pendidikan, hak untuk memilih bekerja hingga hak menentukan pilihan untuk menikah. Kemajuan zaman seiring dengan berkembangnya informasi dan tingkat kemampuan intelektual manusia, membuat kelompok-kelompok perempuan Jepang getol menyuarakan dan mengkampanyekan kesetaraan gender, salah satunya melalui anime. 

Secara tidak langsung, melalui anime, anime creator atau sang pembuat anime itu sendiri menyampaikan kondisi yang berkembang di masyarakat Jepang secara tersirat. Anime memang lebih banyak dinikmati sebagai hiburan oleh beberapa pihak. 

Namun, jika kita telaah lagi, anime sendiri kini menggambarkan bagaimana kebudayaan dan masyarakat Jepang. Jika kita mempelajari lebih dalam, tidak hanya cerita yang menyenangkan yang kita nikmati melalui anime, tetapi juga ada hal atau kondisi yang digambarkan secara tidak langsung dalam anime tersebut. Termasuk kondisi kesenjangan gender ini. Tak hanya jalan ceritanya, kini perempuan juga sudah banyak yang berprofesi sebagai pembuat manga atau versi gambar yang menjadi awal mula dari anime.

Ada Hiromu Arakawa pembuat anime shounen terkenal Fullmetal Alchemist yang mendunia. Pecinta serial "Demon Slayer" wajib tau jika Koyoharu Gotouge adalah seorang perempuan. "A Silent Voice" yang punya jalan cerita memukau dibuat oleh Yoshitoki Ouima, putri dari seorang penerjemah bahasa isyarat. 

Ya, modernisasi sedikit banyak membuka pikiran dan wawasan perempuan- perempuan Jepang saat ini untuk terus memperjuangkan kesetaraan. Maka dari itu, penggambaran karakter perempuan di anime yang dulunya hanya sebatas ibu rumah tangga berkutat di rumah atau hanya sebagai pemanis pendamping karakter pria, kini menjelma menjadi berbagai karakter yang berdiri sendiri yang independen. Mungkin belum sepenuhnya setara, mengingat masih banyak penggambaran-penggambaran karakter perempuan dalam anime yang bertimpang dengan karakter laki-laki. Namun, jika dibandingkan dengan yang dulu, saat ini sudah jauh lebih baik,

Jadi, siapa yang cita-citanya mau jadi anime?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun