Mohon tunggu...
Fransisca DivaAyu
Fransisca DivaAyu Mohon Tunggu... Jurnalis - hai! it's me diva!

trust the process

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pentingnya Sense of Belonging bagi Komunitas

11 Juni 2022   21:58 Diperbarui: 11 Juni 2022   23:51 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan Jiwo Bakulan (28/Mei/2022)/Dokpri

Manusia sebagai makhluk sosial tentunya perlu menjalin relasi dengan sesamanya manusia. Mereka yang memiliki kesaamaan, berkumpul menjadi satu komunitas dan terlibat dalam berbagai kegiatan bersama. 

Melalui komunitas mereka tumbuh dan berkembang bersama sebagai sebuah kesatuan dalam kehidupan sosial masyarakat. Namun sayangnya, perjalanan sebuah komunitas tentunya tidak dapat berjalan mulus, terdapat tantangan tersendiri yang mengiringinya. Salah satu komunitas tersebut adalah Jiwo Bakulan.

Apa itu Jiwo Bakulan?

Jiwo Bakulan merupakan Kelompok Swadaya Masyarakat yang berada di Kelurahan Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Komunitas ini dibentuk secara resmi dalam Keplu No.35 Tahun 2021 tentang Pembentukan Pengurus Desa Preneur Kalurahan Bangunjiwo pada tanggal 21 September 2021. 

Diketuai oleh Josh Handani dan dibantu dengan 18 orang pengurus, Jiwo Bakulan siap membangun Bangunjiwo sebagai desa preneur. Desa preneur sendiri merupakan program yang diinisiasi oleh Dinas Koperasi dan UKM DIY dengan tujuan untuk membangun desa yang mampu menumbuhkembangkan kewirausahaan melalui unit-unit usaha yang diupayakan oleh keguyuban warga desa secara terpadu dan berkelanjutan dalam rangka menumbuhkan perekonomian desa (Cahyana, 2021).

Jiwo Bakulan! Siap Bakulan!

Tagline Jiwo Bakulan untuk membakar semangat para anggotanya yang tengah berjuang bersama menjadi green entrepreneur. Green entrepreneur berarti wirausahawan yang menjalankan usahanya dengan memperhatikan keseimbangan berbagai aspek seperti lingkungan, masyarakat, dan ekonomi sehingga tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata (Marliana, dkk., 2021, h. 43). 

Keunikan inilah yang menjadi salah satu keunggulan Jiwo Bakulan, selain produknya yang tak kalah menarik dan kreatif.  Misalnya saja selai organik dengan pengolahan french method dari Saja Jam, tegel dengan motif batik dari Sarasa Tegel, lilin aromaterapi berbahan dasar minyak jelantah dari Rumijo, ecoprint, peyek tumpuk, dan masih banyak lagi produk menarik lainnya. 

Terdampak Pandemi

Jiwo Bakulan sebagai komunitas baru, yang lahir ditengah pandemi tentunya bukanlah hal mudah. Pandemi yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan seolah membebani langkah Jiwo Bakulan untuk maju kedepan. 

Tak elak, setiap anggota dan pengurus Jiwo Bakulan yang juga pelaku UMKM disibukkan dengan upaya untuk mempertahankan bisnisnya masing-masing agar tetap hidup. Akibatnya, Jiwo Bakulan yang masih mencoba merangkak ditinggalkan begitu saja. Pandemi inilah yang menjadi akar permasalahan dari Komunitas Jiwo Bakulan.

Akar permasalahan tersebut berdampak pada masalah utama yaitu kurangnya sense of belonging dari setiap anggota. Tanpa adanya sense of belonging atau rasa memiliki membuat anggota tidak merasa perlu untuk turut serta atau berkontribusi dan bertanggung jawab dalam upaya pengembangan Jiwo Bakulan. 

Kurangnya rasa memiliki terlihat dari mulai jarang diadakannya pertemuan rutin karena kesibukan untuk mengelola UMKMnya dan lebih memprioritaskan untuk mengejar target usaha masing-masing dibandingkan keberhasilan bersama sebagai Jiwo Bakulan.

Hal ini tentunya sangat disayangkan, padahal Jiwo Bakulan memiliki peluang dengan keunikannya tersendiri yaitu mengusung konsep green entrepreneur yang tengah diminati pasar internasional, terlebih hal ini selaras dengan tujuan eknomi sirkular.

Sebuah komunitas tanpa adanya sense of belonging tentunya sangatlah hampa, begerak masing-masing tanpa mengarah ke tujuan yang sama bagaikan orang asing. Masalah utama tersebut berdampak pada kurangnya motivasi anggota untuk meraih tujuan bersama. 

Tak hanya disibukkan dengan mengejar target pribadi, tiap anggota tidak memiliki "gairah" dan "niat" untuk memajukan komunitas bersama sehingga hanya "ngikut-ngikut saja" pada pengurus. Maka jika pengurus diam saja dan tidak ada progress, tidak ada pihak yang protes atau membantu memonitoring berjalannya komunitas. Tujuan komunitas tentunya tidak bisa tercapai.

Terhambatnya tujuan membuat komunitas menjadi kesulitan melakukan digitalisasi, mengingat tuntutan perkembangan teknologi yang begitu masif. Tidak adanya inisiatif bersama untuk merealisasikan pembangunan platform digital. Hal ini dapat dilihat dari posting-an di media sosial Instagram @jiwo.bakulan yang hanya diunggah seadanya saja. Padahal, warganet cenderung "melirik" media sosial yang menarik, unik, dan telihat indah secara estetika. Akibatnya, menambah target pasar melalui pembelajaan daring tidak dapat dilakukan dan perekonomian tidak dapat berkembang.

Apa yang harus dilakukan?

Melihat berbagai permasalahan yang terjadi, komunitas Jiwo Bakulan perlu merancang strategi untuk dapat maju, meraih tujuan bersama. Hal pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan sense of belonging anggota. Meningkatkan rasa memiliki dapat dilakukan dengan berdiskusi secara terbuka dan menetapkan tujuan bersama agar dapat bergerak lebih kompak dan solid lagi kedepanya. Selain itu, dapat memupuk ikatan sosial atau membina hubungan bersama dengan kegiatan ramah tamah, family gathering, dan masih banyak lagi. Hadirnya sense of belonging menjadi gerbang utama untuk sukses dalam meraih tujuan bersama membuat setiap anggota merasa terikat secara emosional dan ada rasa keharusan untuk berkontribusi secara nyata (tidak hanya ikut-ikutan saja) dan bertanggung jawab atas kemajuan komunitas.

Setelah muncul ikatan emosional bersama, komunitas dapat bergandeng tangan bersama untuk mengadakan program acara kreatif seperti pameran UMKM maupun event seperti social campaign mengenai pentingnya green entrepreneur untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap Jiwo Bakulan. Mengingat pasar persaingan UMKM yang semakin tinggi, brand awareness sangatlah penting. Brand awareness adalah kemampuan dari seorang calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali (recognize) atau mengingat (recall) suatu merek yang merupakan bagian dari suatu kategori produk, karena tanpa adanya pembentukan brand awareness mereka tidak akan memilih produk yang belum mereka ketahui (Ningrum, 2020, h.32). Harapannya dengan tingginya kesadaran masyarakat akan Jiwo Bakulan, penjualan pun meningkat dan tujuan untuk menumbuhkembangkan perekonomian desa dapat tercapai.

Selain itu, memperluas sayap dengan merambah ke dunia digital. Misalnya dengan mengaktifkan dan mengelola sosial media yang lebih menarik dan kreatif. Menentukan desain feeds Instagram dengan warna maupun color pallete yang senada agar lebih enak dilihat mata dan terkesan estetik. Membuat konten-konten menarik di Tiktok seperti tutorial pembuatan ecoprint, pentingnya sabun natural bagi lingkungan, manfaat lilin aromaterapi dan lain sebagainya untuk dapat menarik perhatian warganet supaya tercipta engagement yang mampu menciptakan loyalitas pelanggan. Memasuki e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada agar memudahkan setiap orang dari berbagai daerah untuk dapat membeli produk Jiwo Bakulan. Hal ini juga berarti meningkatkan pangsa pasar yang sebelumnya hanya Jogja-Bantul dan sekitarnya, menjadi lebih luas lagi. 

Harapannya dengan menjalankan strategi tersebut, Jiwo Bakulan dapat dengan senantiasa tumbuh dan berkembang menjadi asosiasi komunitas UMKM desa preneur yang  berkelanjutan. 

Daftar Pustaka:

Cahyana, B. (2021). Meneguhkan Pembangunan Perdesaan Melalui Desa Preneur dengan Pendekatan "Kiblat Papat Lima Pancer Adiluhung Kawentar." Diakses pada 11 Juni 2022, dari https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2021/09/21/510/1083433/meneguhkan-pembangunan-perdesaan-melalui-desa-preneur-dengan-pendekatan-kiblat-papat-lima-pancer-adiluhung-kawentar

Marliana, Rini, & Faidah. (2021). Pelatihan untuk Meningkatan Semangat Green Entrepreneur pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal SOLMA, 10(1), 42--51. https://doi.org/10.22236/solma.v10i1.5348

Ningrum, R. (2020). PERAN BRAND AWARENESS SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DALAM PENGARUH IKLAN DAN ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK MAKE OVER (Studi Kasus Pada Make Up Artis di Solo). Surakarta Management Journal, 2(1), 32. https://doi.org/10.52429/smj.v2i1.388

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun