Tak elak, setiap anggota dan pengurus Jiwo Bakulan yang juga pelaku UMKM disibukkan dengan upaya untuk mempertahankan bisnisnya masing-masing agar tetap hidup. Akibatnya, Jiwo Bakulan yang masih mencoba merangkak ditinggalkan begitu saja. Pandemi inilah yang menjadi akar permasalahan dari Komunitas Jiwo Bakulan.
Akar permasalahan tersebut berdampak pada masalah utama yaitu kurangnya sense of belonging dari setiap anggota. Tanpa adanya sense of belonging atau rasa memiliki membuat anggota tidak merasa perlu untuk turut serta atau berkontribusi dan bertanggung jawab dalam upaya pengembangan Jiwo Bakulan.Â
Kurangnya rasa memiliki terlihat dari mulai jarang diadakannya pertemuan rutin karena kesibukan untuk mengelola UMKMnya dan lebih memprioritaskan untuk mengejar target usaha masing-masing dibandingkan keberhasilan bersama sebagai Jiwo Bakulan.
Hal ini tentunya sangat disayangkan, padahal Jiwo Bakulan memiliki peluang dengan keunikannya tersendiri yaitu mengusung konsep green entrepreneur yang tengah diminati pasar internasional, terlebih hal ini selaras dengan tujuan eknomi sirkular.
Sebuah komunitas tanpa adanya sense of belonging tentunya sangatlah hampa, begerak masing-masing tanpa mengarah ke tujuan yang sama bagaikan orang asing. Masalah utama tersebut berdampak pada kurangnya motivasi anggota untuk meraih tujuan bersama.Â
Tak hanya disibukkan dengan mengejar target pribadi, tiap anggota tidak memiliki "gairah" dan "niat" untuk memajukan komunitas bersama sehingga hanya "ngikut-ngikut saja" pada pengurus. Maka jika pengurus diam saja dan tidak ada progress, tidak ada pihak yang protes atau membantu memonitoring berjalannya komunitas. Tujuan komunitas tentunya tidak bisa tercapai.
Terhambatnya tujuan membuat komunitas menjadi kesulitan melakukan digitalisasi, mengingat tuntutan perkembangan teknologi yang begitu masif. Tidak adanya inisiatif bersama untuk merealisasikan pembangunan platform digital. Hal ini dapat dilihat dari posting-an di media sosial Instagram @jiwo.bakulan yang hanya diunggah seadanya saja. Padahal, warganet cenderung "melirik" media sosial yang menarik, unik, dan telihat indah secara estetika. Akibatnya, menambah target pasar melalui pembelajaan daring tidak dapat dilakukan dan perekonomian tidak dapat berkembang.
Apa yang harus dilakukan?
Melihat berbagai permasalahan yang terjadi, komunitas Jiwo Bakulan perlu merancang strategi untuk dapat maju, meraih tujuan bersama. Hal pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan sense of belonging anggota. Meningkatkan rasa memiliki dapat dilakukan dengan berdiskusi secara terbuka dan menetapkan tujuan bersama agar dapat bergerak lebih kompak dan solid lagi kedepanya. Selain itu, dapat memupuk ikatan sosial atau membina hubungan bersama dengan kegiatan ramah tamah, family gathering, dan masih banyak lagi. Hadirnya sense of belonging menjadi gerbang utama untuk sukses dalam meraih tujuan bersama membuat setiap anggota merasa terikat secara emosional dan ada rasa keharusan untuk berkontribusi secara nyata (tidak hanya ikut-ikutan saja) dan bertanggung jawab atas kemajuan komunitas.
Setelah muncul ikatan emosional bersama, komunitas dapat bergandeng tangan bersama untuk mengadakan program acara kreatif seperti pameran UMKM maupun event seperti social campaign mengenai pentingnya green entrepreneur untuk meningkatkan awareness masyarakat terhadap Jiwo Bakulan. Mengingat pasar persaingan UMKM yang semakin tinggi, brand awareness sangatlah penting. Brand awareness adalah kemampuan dari seorang calon pembeli (potential buyer) untuk mengenali (recognize) atau mengingat (recall) suatu merek yang merupakan bagian dari suatu kategori produk, karena tanpa adanya pembentukan brand awareness mereka tidak akan memilih produk yang belum mereka ketahui (Ningrum, 2020, h.32). Harapannya dengan tingginya kesadaran masyarakat akan Jiwo Bakulan, penjualan pun meningkat dan tujuan untuk menumbuhkembangkan perekonomian desa dapat tercapai.
Selain itu, memperluas sayap dengan merambah ke dunia digital. Misalnya dengan mengaktifkan dan mengelola sosial media yang lebih menarik dan kreatif. Menentukan desain feeds Instagram dengan warna maupun color pallete yang senada agar lebih enak dilihat mata dan terkesan estetik. Membuat konten-konten menarik di Tiktok seperti tutorial pembuatan ecoprint, pentingnya sabun natural bagi lingkungan, manfaat lilin aromaterapi dan lain sebagainya untuk dapat menarik perhatian warganet supaya tercipta engagement yang mampu menciptakan loyalitas pelanggan. Memasuki e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Lazada agar memudahkan setiap orang dari berbagai daerah untuk dapat membeli produk Jiwo Bakulan. Hal ini juga berarti meningkatkan pangsa pasar yang sebelumnya hanya Jogja-Bantul dan sekitarnya, menjadi lebih luas lagi.Â