Mohon tunggu...
Christi Tamima
Christi Tamima Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menolak Lupa Kerusuhan Mei 1998 & Berakhirnya Masa Orde Baru

2 Desember 2018   14:06 Diperbarui: 2 Desember 2018   14:20 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum tahun berakhir, saya mau mengajak teman-teman kompasiana untuk menaiki mesin waktu bersama saya menuju 20 tahun yang lalu. 1998.

Kerusuhan Mei 1998

Kerusuhan ini terjadi pada 13-15 mei 1998 di Jakarta dan beberapa daerah lain. Kerusuhan ini dipimpin oleh para mahasiswa yang merasa bahwa pemerintahan Indonesia tidak bersikap adil kepada masyarakat. Saat itu, jabatan sebagai presiden jatuh ke tangannya Soeharto. Banyak yang melawan perintahnya Soeharto karena sikap yang terlalu keras dan masyarakat merasa keberatan dengan cara Soeharto memimpin Indonesia. Kerusuhan Mei 1998 ini merupakan kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa di Indonesia.

Kerusuhan ini juga diawali oleh Krisis Finansial Asia yang terjadi pada Juli 1997 dan dipicu oleh Tragedi Trisakti yang terjadi pada 12 mei 1998. Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan terhadap para mahasiswa yang melakukan demonstrasi agar Soeharto turun dari kedudukannya sebagai seorang Presiden pada saat itu. Tragedi ini sendiri berhasil menewaskan empat orang mahasiswa Universitas Trisakti, yakni Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie, dan sisanya mengalami luka berat hingga ringan.

Pada saat kerusuhan terjadi, banyak toko dan perusahan yang dirusak oleh massa, terutama milik orang-orang keturunan Tionghoa. Banyak perempuan keturunan Tiongha yang juga dijadikan sasaran 'empuk'. Para perempuan keturunan Tionghoa ini banyak yang diperkosa, dianiaya secara sadis,dan dibunuh. Dari kejadian ini, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang pergi meninggalkan Indonesia saat itu.

Para pemilik toko yang takut akan amukan massa pun menuliskan 'milik pribumi' ataupun 'pro-reformasi' di toko mereka agar tidak dijadikan sasaran amukan massa. Sejumlah aktivis yang memperjuangkan Reformasi turut hilang dialam kejadian ini. Ada dugaan kuat bahwa mereka diculik. Kekerasan yang terjadi pada Mei 1998 dianggap tragedi bagi sejumlah pihak. Sejumlah nama yang diduga sebagai otak di balik tragedi ini sudah muncul ke permukaan. Namun, setelah kerusuhan berakhir pun, pemerintah tidak mengambil tindakan apapun terhadap orang-orang yang menjadi pemicu dari kerusuhan mei 1998 ini.

Semua hal ini terjadi demi turunnya Soeharto dari kepemimpinannya yang terkenal diktator. Selama masa pemerintahan Soeharto, rotasi kekuasaan pemerintah eksekutif hampir tidak ada atau bisa dibilang saat itu Soeharto hampir menjadi Presiden abadi. Rekrutmen dalam dunia politik juga sangat tertutup dan KKN merajalela dalam pemerintahan. Ham juga tidak terlalu diakui dan pada saat Pemilu juga tidak ada kata demokratis karena sudah dapat dipastikan bahwa Presiden berikutnya pasti Soeharto.

Masa pemerintahan ini kita kenal dengan masa Orde baru. Pada akhirnya masa Orde Baru jatuh juga dikarenakan beberapa alasan, seperti hancurnya ekonomi nasional, terjadi krisis dalam dunia politik, TNI juga tidak bersedia lagi menjadi alat kekuasaan, dan utamanya karena demokrasi yang semakin menjadi-jadi yang meminta turunnya Soeharto dari jabatannya. Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun umumnya masyarakat Indonesia secara keseluruhan setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian (genosida) terhadap orang Tionghoa, walaupun masih menjadi kontroversi apakah kejadian ini merupakan sebuah peristiwa yang disusun secara sistematis oleh pemerintah atau perkembangan provokasi di kalangan tertentu hingga menyebar ke masyarakat.

Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama masa Orde Baru membawa Indonesia pada krisis multidimensi yang diawali dengan badai krisis moneter yang tidak kunjung reda. Dari krisis moneter ini terjadi krisis politik, sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menjadi kecil. Banyak kerusuhan-kerusuhan terjadi hampir di seluruh Indonesia. Akibatnya, pemerintaha Orde Baru terperosok ke dalam kondisi yang diliputi berbagai tekanan politik, baik dari dalam maupun luar negeri. Amerika Serikat saat itu secara terbuka meminta Presiden Soeharto untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden. 

Tekanan dari dalam negeri mencapai puncaknya ketika para mahasiswa berhasil mengambil alih Gedung DPR/MPR yang mengakibatkan proses politik nasional lumpuh. Presiden Soeharto sendiri sudah menawarkan langkah-langkah lain seperti, reshuffle kabinet dan membentuk Dewan reformasi, namun tetap tidak ada pilihan lain selain Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Lalu pada Kamis, 21 Mei 1998, Presiden Soeharto bertempat di Istana Merdeka Jakarta menyatakan bahwa dirinya berhenti dari jabatannya sebagai Presiden dan mengatur agar Wakil Presiden Habibie disumpah sebagai penggantinya di hadapan Mahkamah Agung, sesuai dengan pasal 8 UUD 1945.

Pergantian kepemimpinan nasional dari Soeharto ke Habibie merupakan jalan baru bagi demokratisasi di Indonesia. Sebagai Presiden, Habibie membuka kesempatan kepada rakyat untuk berserikat dan berkumpul sesuai dengan ideologi dan aspirasi politiknya. Hal yang dilakukan Presiden habibie ini merupakan fondasi kuat bagi pelaksanaan demokrasi di Indonesia untuk masa yang akan datang.

Sekarang kondisi demokrasi di Indonesia dapat kita ibaratkan sedang dalam perjalanan menuju ke arah kesempurnaan. Tapi tentunya akan selalu ada penghalang selama perjalanan. Maka dari itu tugas kita adalah mengawal demokrasi ini agar dapat teraplikasikan dalam seluruh aspek kehidupan.

Artikel ini mungkin sampai disini dulu. Saya berharap artikel ini dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi para pembaca. Terima kasih!

Daftar pustaka :

Kerusuhan Mei 1998

Tragedi Trisakti

Krisis finansial Asia 1997

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA/SMK/MAK kelas XI. Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun