Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang berkembang cepat saat-saat ini memiliki banyak pengaruh, salah satunya yaitu pada proses komunikasi. Hal ini tentunya akan mempermudah seseorang untuk menyampaikan pesan atau berinteraksi antar suku maupun antar negara.Â
Salah satu dampaknya ialah terdapat banyak pasangan dengan perbedaan warga negara. Di mana dalam media sosial sering dijumpai aplikasi untuk saling berkenalan atau berinteraksi satu sama lain, seperti Whatsapp, Line, Instagram, dan lain sebagainya. Pasangan dengan perbedaan warga negara merupakan contoh dari adanya komunikasi multikultural, seperti halnya pasangan dari warga negara Indonesia dengan warga negara Korea Selatan.
Indonesia adalah negara multikultural yang memiliki ribuan budaya, bahkan setiap daerah yang berada di negara Indonesia memiliki kebudayaannya lagi masing-masing yang sebagai ciri dan juga karakteristiknya. Budaya Indonesia memiliki identitas dari warga negaranya sendiri yang memang lebih senang berkumpul, gotong royong, bersosialisasi dan tentunya juga berorientasi pada kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri. Dalam hal pekerjaan pun orang Indonesia cenderung lebih santai dan terbiasa dalam menunda pekerjaan.Â
Berbanding kebalik dengan orang Korea Selatan yang justru mereka lebih mementingkan dirinya sendiri dibandingkan orang lain. Orang Korea Selatan juga mengetahui tentang apa saja kewajiban yang harus dilakukan, selain itu mereka juga memiliki sifat pekerja keras.
Dengan adanya perbedaan kewarganegaraan pada pasangan suami istri tentunya akan saling berbagi pandangan, pengalaman dan makna, supaya mereka mampu membangun pengertian bersama melalui komunikasi. Adanya masalah ataupu hambatan pada pasangan berbeda kewarganegaraan dapat dilihat dari pola pikir dan bahasa, sehingga memerlukan penyesuaian diri yang lama.Â
Fenomena pasangan yang berbeda warga negara seperti Indonesia -- Korea Selatan sering menjadi sorotan di berbagai media sosial. Banyak yang muncul selebriti ataupun Youtuber asal Indonesia yang memiliki pasangan berbeda warga negara dan mempublish kisahnya di media sosial, dan biasanya mereka menggunakan kata-kata ataupun hastag "Indonesia Korea Couple" pada kontennya.
Terdapat informan dari pasangan warga negara Indonesia dan Korea Selatan mengenai komunikasi multikultural antara warga negara Indonesia dengan Korea Selatan. Menurut Risha Fatikha dan Jaeuk Yoo, bahasa bukanlah suatu hal yang menyulitkan bahkan menjadi hambatan terhadap pasangan untuk saling berkomunikasi karena di era digital sangat mudah untuk belajar bahasa. Mereka justru bisa saling belajar mengenai bahasa dan budaya dari masing-masing pasangan.Â
Seperti halnya Risha Fatikha menyukai gaya hidup orang Korea Selatan yang selalu cepat tapi juga teliti. Sedangkan Jaeuk Yoo sangat menyukai warga negara Indonesia yang juga sopan dan murah senyum. Jaeuk Yoo juga mengungkapkan melalui Risha bahwa saat pertama kali datang ke Indonesia. Menurut mereka hambatan komunikasi biasanya dalam hal cara penyampaian pendapat yang berbeda, pemilihan kata, intonasi bicara, serta vocal yang dikeluarkan saat itu.
Menurut pasangan Hani dan Taehan mereka bisa tiga bahasa yaitu, bahasa Indonesia, Korea Selatan, dan Inggris. Akan tetapi, mereka lebih sering menggunakan bahasa Inggris dibandingkan Indonesia ataupun Korea Selatan karena mereka perbedaan budaya sehingga menjadikan bahasa Inggris jalan tengah.Â
Menurut mereka, hambatan sudah pasti ada dalam komunikasi multikultural walaupun memang mereka sudah saling mengerti. Kemungkinan untuk meminimalisir konflik karena perbedaan bahasa dan budaya, yaitu usahakan untuk menyiapkan contoh seperti gambar atau foto yang mudah dipahami pasangan kita, karena dia ingin menjelaskan sesuatu yang menurutnya akan menimbulkan kesalahpahaman. Dan jika Anda memiliki diskusi yang serius, Anda harus mempersiapkan dengan hati-hati terlebih dahulu bagaimana Anda akan mengomunikasikannya. Jangan menunda masalah sampai hari berikutnya.
Sedangkan menurut Salsabela Haura dan Kim Gi Hyeon, mereka sedari awal sudah saling menyukai budaya masing-masing, seperti Salsabela Haura menyukai budaya Korea Selatan dan Kim Gi Hyeon menyukai budaya Indonesia. Akan tetapi yang namanua hambatan akan pasti ada, karena pola pikir yang berbeda dan juga bahasa, namun karena sama-sama tidak mengerti apa yang dimaksud dan tidak tahu cara menyampaikannya dalam berkomunikasi.Â
Seperti karakter Kim Gi Hyeon yang berperan lebih penting saat konflik muncul, ia mengatakan bahwa untuk meminimalisir konflik dalam hubungan yang sudah berada pada level serius, harus saling bersabar, berbicara perlahan, ramah dan lembut kepada pasangan, serta dan salah satu kunci terpenting dalam sebuah hubungan adalah menjaga komunikasi dan saling jujur dengan perasaan yang ada jangan sampai ada hal yang ditutupi.
Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa di era digital ini sangat memungkinkan untuk berinteraksi dengan orang berbeda suku maupun negara. Sangat memungkinkan juga digitalisasi membantu seseorang dalam menemukan pasangan hidupnya. Pada pasangan yang berbeda kewarganegaraan seperti Indonesia dengan Korea Selatan, sebelum menuju ke jenjang yang lebih serius mereka harus berusaha extra dalam hal memahami perbedaan latar belakang, budaya, bahasa, dan sebagainya.Â
Dari Pasangan beda kewarganegaraan ini sangat menyukai dan menghormati budaya masing-masing pasangannya. Mereka juga mampu berinteraksi, beradaptasi dengan cara yang memungkinkan mereka menghargai identitas diri pasangannya dan menyatakan bahwa aspek multikultural seperti sistem sosial, bahasa, budaya dan identitas diri yang berbeda tidak menjadikan mereka hambatan dan jangka panjang konflik dalam suatu hubungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H