Mohon tunggu...
Fransisca Listiariny
Fransisca Listiariny Mohon Tunggu... Guru - Guru MAN 4 Bantul

Guru Mapel PKWU

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Para Kartini dalam Keluarga di Era Pandemi Covid-19

10 Maret 2021   10:48 Diperbarui: 10 Maret 2021   11:05 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Peran Para Kartini dalam Keluarga di Era Pandemi Corona

Sejak wabah virus Covid-19 ini muncul yang akhirnya menimbulkan kepanikan publik, sejumlah langkah telah pemerintah lakukan demi menekan kepanikan tersebut. Sejumlah kebijakan dan langkah nyata tidak sedikit dilakukan pemerintah demi memutus penularan virus Corona ini. Dengan menutup tempat-tempat umum, meliburkan kegiatan belajar mengajar, melakukan kampanye "work from home", dan masih banyak langkah yang lainnya. Hampir seluruh sekolah/madrasah se-Indonesia diliburkan sejak  Senin, 16 Maret 2020. Pembelajarannya diganti dengan mengerjakan tugas di rumah atas pengawasan orang tua. Mekanismenya, guru memberi tugas untuk beberapa hari dan tugas langsung dikumpulkan ke guru tiap harinya via online atau pengumpulan tugas pada saat masuk sekolah. Langkah ini menindaklanjuti keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam rangka mengantisipasi penyebaran covid-19 di lingkungan lembaga pendidikan. Sekilas keputusan untuk belajar di rumah tersebut terkesan menyenangkan. Namun faktanya ketika proses berjalan, banyak keluhan di mana-mana. Terutama dari orang tua murid di tingkat PAUD dan SD/MI. Keluhannya beragam, mulai dari masalah teknis semisal tidak bisa mendisiplinkan anak untuk segera mengerjakan tugasnya, hingga keluhan pada tataran ketidakmampuan secara ilmu untuk membantu anak-anaknya mengerjakan tugas.

Problem berbeda muncul pada pembelajaran di rumah bagi siswa SMP/MTs dan SMA/MA yang menggunakan pembelajaran daring (pembelajaran dalam jejaring).  Disini justru kita melihat ada ketidaksiapan guru dalam proses pembelajarannya.  Misalnya ketika sudah disepakati pembelajaran menggunakan google classroom. Murid siap semua, giliran gurunya tidak siap dengan operasional aplikasinya. Belum lagi ketidaksiapan juga dialami daerah-daerah yang minim fasilitas, baik piranti maupun jejaringnya. Sejumlah sekolah/madrasah yang terbiasa menggunakan perangkat teknologi tentu tidak menjadi masalah, namun sangat bermasalah sekali bagi daerah yang minim fasilitas. Kini proses pembelajaran di rumah telah berlangsung. Meskipun kesiapan guru, siswa dan sekolah/madrasah bervariasi.  Ada yang siap, terpaksa siap dan betul-betul tidak siap.  Memang tidak bisa dipungkiri perubahan cara belajar jarak jauh ini berlangsung begitu cepat akibat merebaknya covid-19. Dari peristiwa ini  kita bisa menakar bahwa banyak sekali yang patut dievaluasi dari sistem pendidikan dan tenaga pendidik yang ada di negeri ini. Selain itu, kita juga bisa menakar sejauh mana peran orangtua selama ini dalam keberhasilan proses pendidikan anak. Dengan peristiwa ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa orangtua selama ini hanya menyerahkan begitu saja pendidikan anak ke sekolah dan ke lembaga bimbingan belajar. Sehingga ketika diminta mendampingi proses belajar anak di rumah, mereka gagap dengan itu semua.

Selain kegiatan belajar dan bekerja di rumah selama masa pandemi coronoa ini pemerintah juga mengeluarkan kebijakan social distancing, untuk mencegah penyebaran covid-19, maka selain belajar dan bekerja kegiatan beribadah juga di lakukan di rumah. Masyarakat diminta untuk mengkarantina diri di rumah untuk mencegah penularan virus corona. Demi mendukung kebijakan pemerintah ini peran keluarga sangat dibutuhkan. Karena keluarga merupakan tempat perlindungan bagi seluruh keluarga dalam membangun rasa aman dan nyaman serta terlindungi dari paparan virus penyakit. Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak ? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah para Kartini yang merupakan seorang ibu dalam keluarga. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya. Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka, maka semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu.

Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik, saleh dan salehah yang setiap aktivitasnya  di landasi atas iman dan semata-mata mencari ridho Allah SWT. Karena anak-anaknya lah yang menjadi sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya. Agar peran para Kartini yaitu seorang ibu selama masa karantina rumah akibat pandemi corona ini tidak stress dan gagap menjalankan tugas dan tanggungjawabnya di rumah, maka para ibu harus dipahamkan kembali betapa besarnya peran dan tanggungjawabnya bagi pembentukan generasi. Agar kembalinya ibu di rumah tidak diisi dengan aktivitas mengalir begitu saja tanpa berkontribusi positif bagi pembentukan generasi bangsa yang berkualitas. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.

Karenanya, jika para ibu sadar akan pentingnya dan sibuknya kehidupan di keluarga, niscaya mereka tidak akan mempunyai waktu untuk mengurusi hal-hal di luar keluarganya.  Jika kita melihat akan keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk seorang ibu, maka jelaslah bahwa ibu merupakan tumpuan besar bagi pembentukan generasi bangsa yang berkualitas. Kreati

Peran Para Kartini dalam Keluarga di Era Pandemi Corona

Sejak wabah virus Covid-19 ini muncul yang akhirnya menimbulkan kepanikan publik, sejumlah langkah telah pemerintah lakukan demi menekan kepanikan tersebut. Sejumlah kebijakan dan langkah nyata tidak sedikit dilakukan pemerintah demi memutus penularan virus Corona ini. Dengan menutup tempat-tempat umum, meliburkan kegiatan belajar mengajar, melakukan kampanye "work from home", dan masih banyak langkah yang lainnya. Hampir seluruh sekolah/madrasah se-Indonesia diliburkan sejak  Senin, 16 Maret 2020. Pembelajarannya diganti dengan mengerjakan tugas di rumah atas pengawasan orang tua. Mekanismenya, guru memberi tugas untuk beberapa hari dan tugas langsung dikumpulkan ke guru tiap harinya via online atau pengumpulan tugas pada saat masuk sekolah. Langkah ini menindaklanjuti keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam rangka mengantisipasi penyebaran covid-19 di lingkungan lembaga pendidikan. Sekilas keputusan untuk belajar di rumah tersebut terkesan menyenangkan. Namun faktanya ketika proses berjalan, banyak keluhan di mana-mana. Terutama dari orang tua murid di tingkat PAUD dan SD/MI. Keluhannya beragam, mulai dari masalah teknis semisal tidak bisa mendisiplinkan anak untuk segera mengerjakan tugasnya, hingga keluhan pada tataran ketidakmampuan secara ilmu untuk membantu anak-anaknya mengerjakan tugas.

Problem berbeda muncul pada pembelajaran di rumah bagi siswa SMP/MTs dan SMA/MA yang menggunakan pembelajaran daring (pembelajaran dalam jejaring).  Disini justru kita melihat ada ketidaksiapan guru dalam proses pembelajarannya.  Misalnya ketika sudah disepakati pembelajaran menggunakan google classroom. Murid siap semua, giliran gurunya tidak siap dengan operasional aplikasinya. Belum lagi ketidaksiapan juga dialami daerah-daerah yang minim fasilitas, baik piranti maupun jejaringnya. Sejumlah sekolah/madrasah yang terbiasa menggunakan perangkat teknologi tentu tidak menjadi masalah, namun sangat bermasalah sekali bagi daerah yang minim fasilitas. Kini proses pembelajaran di rumah telah berlangsung. Meskipun kesiapan guru, siswa dan sekolah/madrasah bervariasi.  Ada yang siap, terpaksa siap dan betul-betul tidak siap.  Memang tidak bisa dipungkiri perubahan cara belajar jarak jauh ini berlangsung begitu cepat akibat merebaknya covid-19. Dari peristiwa ini  kita bisa menakar bahwa banyak sekali yang patut dievaluasi dari sistem pendidikan dan tenaga pendidik yang ada di negeri ini. Selain itu, kita juga bisa menakar sejauh mana peran orangtua selama ini dalam keberhasilan proses pendidikan anak. Dengan peristiwa ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa orangtua selama ini hanya menyerahkan begitu saja pendidikan anak ke sekolah dan ke lembaga bimbingan belajar. Sehingga ketika diminta mendampingi proses belajar anak di rumah, mereka gagap dengan itu semua.

Selain kegiatan belajar dan bekerja di rumah selama masa pandemi coronoa ini pemerintah juga mengeluarkan kebijakan social distancing, untuk mencegah penyebaran covid-19, maka selain belajar dan bekerja kegiatan beribadah juga di lakukan di rumah. Masyarakat diminta untuk mengkarantina diri di rumah untuk mencegah penularan virus corona. Demi mendukung kebijakan pemerintah ini peran keluarga sangat dibutuhkan. Karena keluarga merupakan tempat perlindungan bagi seluruh keluarga dalam membangun rasa aman dan nyaman serta terlindungi dari paparan virus penyakit. Di dalam rumah, siapakah yang mempunyai banyak waktu untuk anak-anak ? Siapakah yang lebih mempunyai pengaruh terhadap anak-anak? Siapakah yang lebih dekat kepada anak-anak? Tidak lain adalah para Kartini yang merupakan seorang ibu dalam keluarga. Baik buruknya seorang anak, dapat dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang menjadi panutan anak-anaknya. Inilah kekuatan seorang ibu yang diberikan kepada anak-anaknya. Tatkala sang anak merasa ragu akan hal yang ingin diperbuatnya, namun mereka teringat akan nasehat ibu mereka, maka semua keraguan itu menjadi hilang, yang ada hanya semangat dan keyakinan akan harapan seorang ibu.

Demikianlah peran mulia seorang ibu, dan tidak ada peran yang lebih mendatangkan pahala yang banyak melainkan peran mendidik anak-anaknya menjadi anak yang baik, saleh dan salehah yang setiap aktivitasnya  di landasi atas iman dan semata-mata mencari ridho Allah SWT. Karena anak-anaknya lah yang menjadi sumber pahala dirinya dan sumber kebaikan untuknya. Agar peran para Kartini yaitu seorang ibu selama masa karantina rumah akibat pandemi corona ini tidak stress dan gagap menjalankan tugas dan tanggungjawabnya di rumah, maka para ibu harus dipahamkan kembali betapa besarnya peran dan tanggungjawabnya bagi pembentukan generasi. Agar kembalinya ibu di rumah tidak diisi dengan aktivitas mengalir begitu saja tanpa berkontribusi positif bagi pembentukan generasi bangsa yang berkualitas. Karena kasih sayang, pendidikan yang baik dan doa dari seorang ibu merupakan kekuatan yang dapat menyemangati anak-anak mereka dalam kebaikan.

Karenanya, jika para ibu sadar akan pentingnya dan sibuknya kehidupan di keluarga, niscaya mereka tidak akan mempunyai waktu untuk mengurusi hal-hal di luar keluarganya.  Jika kita melihat akan keutamaan-keutamaan yang diberikan Allah untuk seorang ibu, maka jelaslah bahwa ibu merupakan tumpuan besar bagi pembentukan generasi bangsa yang berkualitas. Kreativitas seorang ibu dalam masa pandemi corona sangat dibutuhkan. Sebagai contoh alangkah baiknya seorang ibu mengajak anak-anak berbincang tentang covid-19. Tidak hanya tentang narasi positifnya, tetapi juga aspek-aspek negatif yang perlu diwaspadai. Tentu, obrolan tersebut patut disesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan kematangan anak. Perbincangan yang diselingi dengan kegiatan mendongeng, bernyanyi bersama, permainan sulap, petak umpet, serta kegiatan-kegiatan ceria dan kreatif lainnya diharapkan mampu membangun prakondisi yang baik sebelum anak-anak mulai berbagi cerita. Hal yang paling utama memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mencurahkan isi hati mereka. Dengan kata lain, tidak hanya pertukaran informasi, seorang ibu juga perlu pula menyodorkan telinga mereka terhadap keluh kesah anak-anak. Apa pun isi keluh kesah itu, seorang ibu sepatutnya dapat meyakinkan anak-anak bahwa mereka akan tetap melalui masa sulit ini bersama-sama sebagai sebuah keluarga yang bahagia. Selain itu hal pokok yang perlu dibicarakan adalah kesadaran melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Kesadaran pola hidup bersih dan sehat ini bukan hanya untuk mengisi waktu selama masa stay at home, lebih dari itu harus diterapkan secara berkesinambungan.

Peran yang luar biasa dari seorang ibu dalam keluarga tentu saja bukan hal mudah dilakukan. Bahkan, hal itu menjadi sumber stres bagi seorang ibu. Oleh karena itu, seorang ibu memerlukan apresiasi diri atau self-appreciation untuk selalu bahagia dan sejahtera secara emosional. Ibu perlu menempatkan kondisi psikologis dirinya sama penting dengan kondisi psikologis anggota keluarganya yang lain. Hal ini penting untuk mendukung kesehatan mental yang positif dalam keluarga. Secara umum, selama masa karantina di rumah, beban pekerjaan seorang ibu dalam rumah tangga semakin besar. Mulai dari menyiapkan makanan, mencuci pakaian, membersihkan rumah, juga menemani anak menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa seorang ibu rela melakukan segala hal demi membahagiakan keluarga. Tingkat kepekaan dan empati luar biasa akan ditunjukkan oleh seorang ibu dalam menjalankan keberlangsungan sebuah keluarga. Dalam Islam, sudah diatur hal tentang mendidik anak. Seperti yang kita ketahui bersama tanggung jawab mendidik anak berada pada pundak ayah dan ibu. Hanya saja, karena tugas utama seorang ayah adalah mencari nafkah dan tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anak dan mengurus rumah tangga. Maka ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam mendidik anak.

Seorang ibu tidak boleh asal-asalan dalam menjalankan peran yang penting ini. Karena itu, ibu harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai terkait dengan tugas mengasuh, merawat, dan mendidik anak. Ada beberapa sisi yang perlu diperhatikan oleh seorang ibu agar pendidikan bisa berjalan dengan baik, di antaranya adalah sisi kesehatan anak. Mengapa demikian? anak yang sakit dan tumbuh dalam keadaan tidak sehat tentu tidak akan bisa menjadi pribadi yang sempurna yang bisa bermanfaat bagi umat. Karena itulah, seorang ibu harus memerhatikan bagaimana anaknya tumbuh dengan sehat.

Seorang ibu perlu membekali dirinya dengan pengetahuan tentang hal ini. Sisi lain yang perlu diperhatikan adalah memberikan pendidikan akhlak kepada anak, menumbuhkannya di atas akhlak tersebut, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepadanya, serta menjauhkannya dari kebiasaan yang buruk. Diharapkan kelak dia tumbuh menjadi anak yang salih sebagai penyejuk mata bagi kedua orang tuanya. Dengan adanya momen pembelajaran di rumah ini, mendorong ibu-ibu mau tidak mau untuk dapat lebih dekat dengan anaknya, dapat lebih optimal memainkan perannya sebagai seorang ibu yang mengajarkan pada anaknya berbagai macam ilmu. Ibu dapat lebih mempersiapkan diri dalam mendidik anak-anaknya, bukan malah sibuk mengurus bisnis di luar rumah. Sehingga jika ibu dapat memainkan perannya dengan baik, akan terbentuk akhlak anak yang baik pula, sehingga pembelajaran di rumah ini tidak lagi menjadi berat bagi ibu-ibu di rumah dan anak-anakpun tetap merasa nyaman, tidak jenuh dan selalu bahagia.

Pandemi Covid-19 secara tidak langsung memaksa orang tua dan anak berkumpul dalam rentang waktu cukup lama tanpa ada aktifitas di luar. Bila keadaan ini disambut baik oleh para ibu, maka saat inilah yang tepat bagi seorang ibu untuk mengembalikan perannya sebagai madrasah pertama dan utama bagi putra-putrinya. Sekaligus mengembalikan peran mereka sebagai ibu sekaligus pengatur rumah tangga. Pengaturan manajemen keluarga yang baik dari seorang ibu menjadikan suasana keluarga yang tentram dan damai yang selalu bersyukur bahwa apa yang terjadi semua karena kehendak Allah. Kewajiban mendampingi anak-anaknya untuk belajar di rumah di masa wabah corona ini bukan lagi sebagai beban. Oleh karenanya, dalam masa pandemi Covid-19 peran seorang ibu dalam meningkatkan mutu dan kualitas perempuan adalah lewat pendidikan. Dengan pendidikan yang baik dan benar, seorang ibu akan semakin mengerti dan peka terhadap peranya sebagai ibu. Selamat Hari Kartini, Wahai Kartini engkaulah garda terdepan dalam membangun generasi, karena masa depan bangsa ini ada pada kita, seluruh perempuan Indonesia.

vitas seorang ibu dalam masa pandemi corona sangat dibutuhkan. Sebagai contoh alangkah baiknya seorang ibu mengajak anak-anak berbincang tentang covid-19. Tidak hanya tentang narasi positifnya, tetapi juga aspek-aspek negatif yang perlu diwaspadai. Tentu, obrolan tersebut patut disesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan kematangan anak. Perbincangan yang diselingi dengan kegiatan mendongeng, bernyanyi bersama, permainan sulap, petak umpet, serta kegiatan-kegiatan ceria dan kreatif lainnya diharapkan mampu membangun prakondisi yang baik sebelum anak-anak mulai berbagi cerita. Hal yang paling utama memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mencurahkan isi hati mereka. Dengan kata lain, tidak hanya pertukaran informasi, seorang ibu juga perlu pula menyodorkan telinga mereka terhadap keluh kesah anak-anak. Apa pun isi keluh kesah itu, seorang ibu sepatutnya dapat meyakinkan anak-anak bahwa mereka akan tetap melalui masa sulit ini bersama-sama sebagai sebuah keluarga yang bahagia. Selain itu hal pokok yang perlu dibicarakan adalah kesadaran melaksanakan pola hidup bersih dan sehat. Kesadaran pola hidup bersih dan sehat ini bukan hanya untuk mengisi waktu selama masa stay at home, lebih dari itu harus diterapkan secara berkesinambungan.

Peran yang luar biasa dari seorang ibu dalam keluarga tentu saja bukan hal mudah dilakukan. Bahkan, hal itu menjadi sumber stres bagi seorang ibu. Oleh karena itu, seorang ibu memerlukan apresiasi diri atau self-appreciation untuk selalu bahagia dan sejahtera secara emosional. Ibu perlu menempatkan kondisi psikologis dirinya sama penting dengan kondisi psikologis anggota keluarganya yang lain. Hal ini penting untuk mendukung kesehatan mental yang positif dalam keluarga. Secara umum, selama masa karantina di rumah, beban pekerjaan seorang ibu dalam rumah tangga semakin besar. Mulai dari menyiapkan makanan, mencuci pakaian, membersihkan rumah, juga menemani anak menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Dari sini bisa disimpulkan, bahwa seorang ibu rela melakukan segala hal demi membahagiakan keluarga. Tingkat kepekaan dan empati luar biasa akan ditunjukkan oleh seorang ibu dalam menjalankan keberlangsungan sebuah keluarga. Dalam Islam, sudah diatur hal tentang mendidik anak. Seperti yang kita ketahui bersama tanggung jawab mendidik anak berada pada pundak ayah dan ibu. Hanya saja, karena tugas utama seorang ayah adalah mencari nafkah dan tugas utama seorang ibu adalah mendidik anak-anak dan mengurus rumah tangga. Maka ibu mempunyai peran yang sangat besar dalam mendidik anak.

Seorang ibu tidak boleh asal-asalan dalam menjalankan peran yang penting ini. Karena itu, ibu harus membekali dirinya dengan pengetahuan yang memadai terkait dengan tugas mengasuh, merawat, dan mendidik anak. Ada beberapa sisi yang perlu diperhatikan oleh seorang ibu agar pendidikan bisa berjalan dengan baik, di antaranya adalah sisi kesehatan anak. Mengapa demikian? anak yang sakit dan tumbuh dalam keadaan tidak sehat tentu tidak akan bisa menjadi pribadi yang sempurna yang bisa bermanfaat bagi umat. Karena itulah, seorang ibu harus memerhatikan bagaimana anaknya tumbuh dengan sehat.

Seorang ibu perlu membekali dirinya dengan pengetahuan tentang hal ini. Sisi lain yang perlu diperhatikan adalah memberikan pendidikan akhlak kepada anak, menumbuhkannya di atas akhlak tersebut, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik kepadanya, serta menjauhkannya dari kebiasaan yang buruk. Diharapkan kelak dia tumbuh menjadi anak yang salih sebagai penyejuk mata bagi kedua orang tuanya. Dengan adanya momen pembelajaran di rumah ini, mendorong ibu-ibu mau tidak mau untuk dapat lebih dekat dengan anaknya, dapat lebih optimal memainkan perannya sebagai seorang ibu yang mengajarkan pada anaknya berbagai macam ilmu. Ibu dapat lebih mempersiapkan diri dalam mendidik anak-anaknya, bukan malah sibuk mengurus bisnis di luar rumah. Sehingga jika ibu dapat memainkan perannya dengan baik, akan terbentuk akhlak anak yang baik pula, sehingga pembelajaran di rumah ini tidak lagi menjadi berat bagi ibu-ibu di rumah dan anak-anakpun tetap merasa nyaman, tidak jenuh dan selalu bahagia.

Pandemi Covid-19 secara tidak langsung memaksa orang tua dan anak berkumpul dalam rentang waktu cukup lama tanpa ada aktifitas di luar. Bila keadaan ini disambut baik oleh para ibu, maka saat inilah yang tepat bagi seorang ibu untuk mengembalikan perannya sebagai madrasah pertama dan utama bagi putra-putrinya. Sekaligus mengembalikan peran mereka sebagai ibu sekaligus pengatur rumah tangga. Pengaturan manajemen keluarga yang baik dari seorang ibu menjadikan suasana keluarga yang tentram dan damai yang selalu bersyukur bahwa apa yang terjadi semua karena kehendak Allah. Kewajiban mendampingi anak-anaknya untuk belajar di rumah di masa wabah corona ini bukan lagi sebagai beban. Oleh karenanya, dalam masa pandemi Covid-19 peran seorang ibu dalam meningkatkan mutu dan kualitas perempuan adalah lewat pendidikan. Dengan pendidikan yang baik dan benar, seorang ibu akan semakin mengerti dan peka terhadap peranya sebagai ibu.  Wahai Kartini engkaulah garda terdepan dalam membangun generasi, karena masa depan bangsa ini ada pada kita, seluruh perempuan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun