Sisi yang selama ini menjadi titik lemah kita, yaitu literasi. Budaya lisan yang sudah telanjur melekat betapa sulit untuk dikikis. Betapa selama ini kita tanpa sadar telah menjadi penyandang disabilitas, dalam arti belum mampu mengoptimalkan kemampuan kita dengan maksimal.Â
Bisa membaca dan menulis, namun tidak pernah kita gunakan secara layak. Bisa membaca namun hanya sebatas untuk membaca nomor-nomor telepon, discount di supermarket, mencari hari libur atau tanggal merah di kalender, dan hal yang membaca remeh semacam itu. Kita juga bisa menulis tapi selama ini hanya kita manfaatkan untuk menulis kolom-kolom di KTP, menulis ijazah, atau sejenis itu yang tidak memerlukan kreativitas.
Membaca dan menulis belum sampai pada upaya memperkaya nilai-nilai kehidupan. Bahkan membaca dan menulis juga belum menyentuh sisi-sisi yang bisa membangkitkan kreativitas dan inovasi.Â
Peluru hanya melukai anggota badan, sementara dengan tulisan akan memberikan kesempatan orang lain untuk menggunakan pikirannya, imajinasinya, yang kemudian menggerakkan seluruh anggota badan menjadi sebuah tindakan yang nyata.Â
Jika kita mengamati di lingkungan kita saat ini, masih banyak masyarakat (sivitas akademika) yang lebih mengedepankan budaya ngobrol atau ngerumpi daripada budaya menulis. Kalaupun menulis itupun sebatas menulis status di facebook, whatsapp, atau media sosial lainnya yang berisikan tentang chat maupun curahan hati.Â
Salah satu cara berkomunikasi adalah melalui menulis yang merupakan sebuah keterampilan produktif, dan sangat penting dikuasai oleh pelajar dalam upaya mempelajari bahasa target.Â
Bukan hanya pelajar bahasa yang memerlukan keterampilan ini, mereka yang bergelut di dunia pendidikan, seperti guru dan dosen wajib memiliki keterampilan menulis.Â
Dalam upaya pengembangan profesi, mereka dituntut terampil menulis berupa makalah presentasi, artikel jurnal nasional atau internasional dan buku bahan ajar bagi guru.Â
Melalui menulis dapat mengekspresikan buah pikiran dan perasaan, dapat menjelaskan sesuatu yang penting, dan bagi yang tidak suka mengekspresikan dirinya secara lisan, dapat mengutarakannya melalui kata-kata yang disusun secara tertulis.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, salah satu keterampilan yang bisa dilakukan untuk mencegah kebosanan tinggal dan berdiam di rumah dengan adanya aturan social dan phisical distancing adalah menulis.Â
Keterampilan ini tidak membutuhkan banyak fasilitas. Bisa dilakukan kapan saja secara konvensional dengan hanya menyiapkan kertas dan pulpen saja atau dengan teknologi yang berkembang pesat saat ini seperti laptop, HP atau gadget lainnya.Â