Untuk mengurangi kemacetan, sejatinya masyarakat harus dipaksa naik moda transportasi publik. Pembangunan MRT yang aman dan nyaman harus segera diimplementasikan. Kalau masyarakat disuruh naik moda transportasi publik, yah keamanan, kecepatan, kenyamanan dan biaya terjangkau harus menjadi elemen penting. Kalau tidak, selamanya warga akan memilih punya kendaraan sendiri dan masalah macet akan bagai lingkaran setan yang tak kunjung putus.
Pedestrian
Di Jakarta, hanya secuil area yang nyaman untuk pedestrian, salah satunya di jalur Sudirman dan Thamrin. Itu juga tidak seluruh jalur. Orang Jakarta tidak bisa melihat lahan kosong, pedestrian juga dipakai untuk jualan. Kondisi ini berbeda dengan Singapura dan Hong Kong yang hampir semua jalanannya punya jalur pedestrian yang nyaman.
Di mata saya, pedestrian merupakan jendela bagaimana kota menghargai warganya. Kalau warga yang berjalan kaki selalu terpinggirkan, bisa dibayangkan mental para pengelola kota maupun warga masyarakat. Kalau jendela kota diibaratkan etalase, sedangkan etalase kita yaitu pedestriannya saja semrawut begitu, bagaimana mata para delegasi dari Singapura, Malaysia, Thailand dan Brunei tidak mengernyitkan kening melihat Jakarta? Apalagi para turis. Turis backpacker sangat potensial didatangkan dari negara ASEAN, karena banyaknya anak muda yang punya keingintahuan yang besar. Tapi turis backpacker rata-rata hobi jalan kaki, naik public transport. Kalau kondisi pedestrian Jakarta tidak berubah, bisa-bisa para turis memberikan penilaian minus.
Pusat Kuliner ASEAN
Ada ribuan restoran di Jakarta yang memiliki menu nasional, western, internasional, Asia juga menu khas negara Asia Tenggara seperti Resto Thai, Vietnam, Melayu (Malaysia) dan citarasa Singapura. Anyway saya belum pernah kertemu restoran yang menyajikan menu khas Myanmar, Laos, Brunei atau Cambodia. Akan menarik jika di Jakarta dibangun pusat kuliner ASEAN berisi restoran terpilih dengan koki dari masing-masing negara ASEAN. Pasti seru. Pusat kuliner ASEAN juga bisa dilengkapi meeting room yang memadai. Jadi para delegasi ASEAN bisa meeting sambil mencicipi menu ASEAN. Â Tentu pusat kuliner ASEAN ini bisa juga dinikmati khalayak umum.
Pusat Kebudayaan ASEAN
Udah ada atau belum ya, Pusat Kebudayaan ASEAN? Harapan saya sih dengan dibangunnya Pusat Kebudayaan ASEAN, tiap minggu akan ada pertunjukan seni budaya dari masing-masing negara secara bergiliran. Pemutaran film, sendratari, opera, konser musik daerah (folklore) , galeri lukis, pahat atau seni rupa dari seluruh artist dan seniman ASEAN bisa unjuk gigi di sini. Pusat Kebudayaan ASEAN perlu didukung managemen yang baik, bahkan bisa menjadi salah satu destinasi turis asing di Jakarta.
Pasar Rakyat ASEAN
Pengennya sih, ada semacam area pasar yang menjual produk-produk khas negara ASEAN. Kalau produk Malaysia, Singapura atau Thailand kan sudah banyak yang masuk retail. Tapi produk Vietnam, Cambodia, atau Philippines kayaknya masih sedikit. Impian saya sih Pasar Rakyat ASEAN akan menampilkan bumbu-bumbu masak dari negara ASEAN, warung ASEAN, produk garmen dan kerajinan tangan seperti pakaian (sarung a la Myanmar atau baju cheong sam khas Vietnam), Batik Malaysia,ukiran kayu dari Laos, dan masih banyak lagi.
Semoga Jakarta bisa jadi Ibukota Diplomatik ASEAN yang membanggakan. Amin.