Mohon tunggu...
Fransisca Asri
Fransisca Asri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya, seorang perempuan biasa yang sedang belajar menulis. Menulis apa? Apa saja yang saya rasa menarik untuk ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Siapkan Jakarta Jadi Tuan Rumah Diplomatik ASEAN

5 September 2013   09:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:20 2393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui penantian yang cukup lama, Jakarta diresmikan sebagai ibukota diplomatik ASEAN, pada KTT ke-21 ASEAN di Phnom Penh, Kamboja pada November 2012 lalu. Pengesahan ini ditandai dengan penyerahan Piaham Pengesahan Persetujuan antara Pemerintah RI dan ASEAN mengenai ketuanrumahan dan Pemberian Keistimewaan dan Kekebalan kepada Sekretariat ASEAN dari Menlu RI Marty Natalegawa kepada Sekjen ASEAN.

Perjanjian Host Country Agreement akan memberikan fasilitas kepada Sekretariat ASEAN yang berlokasi di Jakarta. Perjanjian ini memastikan Sekretariat ASEAN akan dapat beroperasi sebagai nerve centre Komunitas ASEAN sekaligus mempromosikan Jakarta sebagai Ibukota Diplomatik ASEAN.

Dipilihnya Jakarta sebagai Ibukota Diplomatik ASEAN tak lepas dari besarnya pengaruh dan upaya-upaya konkrit yang dilakukan Indonesia dalam mendirikan dan membesarkan ASEAN emnjadi organisasi yang disegani dunia dan membawa kemaslahatan bagi anggota-anggotanya.  Tercatat peran Indonesia di masa lalu antara lain:


  • Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa berdirinya ASEAN pada tanggal 8 Agustus 1967.
  • Indonesia berusaha membantu pihak- pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian dalam masalah Indochina dan Vietman khususnya demi mennciptakan stabilisasi di kawasan Asia Tenggara. Pada tanggal 15 - 17 Mei 1970 di Jakarta diselenggarakan konferensi untuk membahas penyelesaian pertikaian Kamboja.
  • Indonesia berkeinginan untuk membangun kemampuan bersama di antara masyarakat Asia tenggara untuk mengurus masa depan intervensi bangsa lain. Melalui  Menlu Adam Malik, Indonesia memperkenalkan doktrin ketahanan nasional pada petemuan ASEAN Ministerial Meeting ke 5 di Singapura 1972
  • Indonesia sebagai penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pertama ASEAN yang berlangsung di Denpasar, Bali pada tanggal 23 - 24 Februari 1976.
  • Pada tanggal 7 Juni 1976 Indonesia ditunjuk sebagai tempat kedudukan Sekretariat Tetap ASEAN dan sekaligus ditunjuk sebagai Sekretaris Jendera Pertama adalah Letjen. H.R. Dharsono yang kemudian digantikan oleh Umarjadi Njotowijono.


Sedangkan di masa kini, adapun peran-peran Indonesia untuk ASEAN, di antaranya:


  • Pada KTT Asean ke-9 tanggal 7‒8 Oktober 2003 di Bali, di mana Indonesia menjadi ketua KTT ASEAN di Bali tahun 2003, Indonesia telah mensponsori keseimbangan kerja sama ASEAN yang di kemas dalam Charter of the ASEAN dengan program tercapainya ASEAN Community (one vision, one identity and one community) yang menjamin terimplementasinya pilar Political-Security Community, Economic Community, dan Socio-Cultural Community
  • Pada tahun 2004, Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN. Selama memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan. Di antara pertemuan itu adalah Pertemuan Tingkat Menteri Asean (Asean Ministerial Meeting), Forum Kawasan Asean (Asean Regional Forum), Pertemuan Kementerian Kawasan mengenai Penanggulangan Terorisme, dan beberapa pertemuan lainnya.
  • Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca Gempa Bumi dan Tsunami pada Januari 2005. Pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan tindakan-tindakan mengatasi bencana Tsunami pada 26 Desember 2004. Negara Asean yang terkena tsunami adalah Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
  • Diresmikannya Asean Forum 2007 di Jakarta. Forum ini diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas Asean 2015 diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi Asean ke-40.
  • Pada KTT Asean ke 19 tanggal 17-19 November 2011 Indonesia kembali menjadi tuan rumah, salah satu catatan penting peran Indonesia dalam Asean adalah kesepakatan Kawasan Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara atau Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ).  Traktat yang sebelumnya sudah disusun di Bangkok, Thailand akhirnya bisa diratifikasi selama Indonesia menjadi Ketua ASEAN. Lewat traktat ini, negara-negara anggota berkewajiban untuk tidak mengembangkan, memproduksi, atapun membeli, mempunyai atau menguasai senjata nuklir.
  • Di masa Keketuaan Indonesia di 2011, Indonesia berupaya dan bertekad untuk dapat kembali memberikan kontribusi konkrit dan bermanfaat melalui pemikiran ASEAN beyond 2015 dengan tema "ASEAN Community in a Global Community of Nations".  Indonesia menetapkan tiga prioritas capaian yaitu memastikan kemajuan yang signifikan dalam pencapaian Komunitas ASEAN 2015; memastikan terpeliharanya tatanan dan situasi di kawasan yang kondusif bagi upaya pembangunan; dan menggulirkan pembahasan mengenai perlunya visi "ASEAN pasca-2015", yaitu peran masyarakat ASEAN dalam masyarakat dunia (ASEAN Community in a Global Community of Nations).  Pada keketuaan ASEAN selanjutnya, salah satu agedanya adalah menjaga kontinuitas dari nilai-nilai dasar yang telah diletakkan oleh Indonesia pada tahun 2011 saat menjadi Ketua ASEAN


Melihat konsistensi Indonesia berpartisipasi aktif, meletakkan dasar pemikiran, dan mengawal implementasi program-program ASEAN sejak terbentuknya hingga kini, maka penunjukan Jakarta, Ibukota Indonesia,  sebagai Ibukota Diplomatik ASEAN adalah langkah tepat. Saat ini sudah ada 54 perwakilan negara sahabat di Indonesia yang duta besarnya terakreditasi sebagai duta besar untuk ASEAN yang memiliki Sekretariat ASEAN di Jakarta.  Untuk itu, perlu adanya iklim yang hospitable bagi kehidupan diplomatik di Jakarta.

Menjadi ibukota diplomatik ASEAN, pastinya membawa keuntungan untuk Jakarta dan Indonesia.  Keuntungan Jakarta sebagai Ibukota Diplomatik ASEAN antara lain adalah membuat Jakarta semakin kokoh posisinya secara politik dan ekonomi, makin sejajar dengan kota-kota internasional lain di dunia, memberikan peluang datangnya lebih banyak turis dari negara ASEAN, dan memberikan peluang ekonomi yang makin besar kepada Jakarta dengan banyaknya turis atau delegasi negara ASEAN yang datang ke Jakarta. Semua ini memungkinkan Jakarta makin makmur.

Apakah ada kerugian menjadi Ibukota Diplomatik? Saya rasa tidak ada, justru Jakarta dan rakyatnya yang dipaksa menuju perubahan positif. Rakyat Jakarta mau tidak mau harus mempersiapkan diri untuk belajar dan menjadi tuan rumah yang baik bagi warga dan delegasi ASEAN.

Nah, apa saja yang harus dan bisa disiapkan jakarta sebagai Ibukota Diplomatik ASEAN?

Penanggulangan Kemacetan.

Tentu saja persoalan kemacetan, minimnya infrastruktur, dan lain-lain harus diperbaiki dan dicari solusinya secepatnya. Penunjukan Jakarta sebagai ibukota diplomatik ASEAN seharusnya makin memperkuat urgensi seluruh stake holder untuk memikirkan solusi kemacetan Jakarta.  Tanpa solusi, bisa-bisa Jakarta dijuluki Kota Diplomatik Termacet di dunia.  Nggak enak banget, kan.

Transportasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun