Banyak kota di dunia ini menciptakan sebuah karya seni patung yang terkadang membuat mata kita terbelalak karena begitu tingginya. Misalkan patung “Spring Temple Budha” setinggi 153 meter di Hainan, Republik Rakyat Cina, Patung Liberti setinggi 93 meter, di Kota New York, Amerika Serikat, Patung “The Motherland Call” setinggi 91 meter, Kota Volgograd, Rusia, dan Patung “Christ the Redeemer setinggi 39,6 meter yang berada di Rio de Janeiro, Brasil. Dan keempat patung tersebut merupakan patung-patung yang memiliki predikat tertinggi di dunia. Keempat patung tersebut merupakang patung yang menunjukkan jadi diri wilayah kota di mana patung-patung tersebut berdiri.
Di Indonesia juga terdapat patung-patung yang tidak kalah tinggi. Patung Bunda Maria, Assumpta setinggi 42 meter, Patung Yesus memberkati setinggi 50 meter di Manado, Patung Dewi Kawn Im di Siantar setinggi 22,8 meter, Patung Budha Gilimanuk setinggi 25 meter di Bali, Patung Bunda Ratu Segala Bangsa setinggi 28 meter di Maumere, Patung Dewa Mugugan setinggi 17 meter di Kabupaten Langkat, dan lain sebagainya. Tetapi patung-patung di atas sungguh-sungguh bercirikan patung keagamaan. Sehingga kita bisa melihat corak religius di mana patung-patung tersebut dibangun.
Selain patung yang bersifat keagamaan, juga terdapat patung-patung yang cukup menyeramkan. Contohnya patung Kuda Blucifer di Kota Denver yang terlihat menyeramkan pada malam hari, Patung Wang Saen Suk di Kota Thailan yang menggambarkan orang-orang yang berada di neraka setelah kematian. Ratusan patung mengerikan tersebar di taman ini dengan kondisi yang mengerikan, ada yang kurus kering, lidah mnjulur, tubuh digergaji menjadi dua dan lain-lain. Patung Quetzakcoalt di Kota San Jose memperlihatkan sebuah patung dengan bentuk seperti ular melingkar, tetapi kepalanya seperti naga dan memiliki sayap seperti burung dan terlihat menyeramkan. Patung bayi tanpa wajah di Prague dapat membuat kita merinding karena patung-patung tersebut memang tidak memiliki wajah dan terlihat sedang merangkak. Di Kota Legazpi, Filipina terdapat patung modemen tanpa kepala sedang berlutut dengan kedua tangan terikat ke belakang sehingga siapa saja melihatnya akan merasa ngeri.
Meskipun ada patung yang bersifat keagamaan dan juga terlihat mengerikan, tetapi orang-orang tetap saja mengunjunginya. Karena patung-patung tersebut bernilai artistik, estetik, historis, mitologi dan juga dapat mewakili prilaku sosial masyarakat. Hal ini menjadi destinasi wisata bagi para turis untuk sekedar melihat, menghilangkan rasa haus akan penasaran dan memacu adrenalin ketika berada di sekitar karya patung tersebut.
Jauh ke berbagai belahan dunia, kita menuju kota Pontianak. Seperti kita tahu bahwa Kota Pontianak merupakan salah satu kota dengan beragam jenis destinasi wisata. Ada berbagai bangunan sejarah peninggalan zaman Belanda dan Jepang, Keraton-keraton Melayu, Rumah Adat Dayak, pantai-pantai, tugu Khatulistiwa, dan lain sebagainya. Pontianak merupakan daerah dengan ilai historis yang sangat tinggi. Penduduknya terdiri dari berbagai etnis yaitu Dayak sebagai masyarakat pribumi, Melayu, Jawa, Batak, Flores dan masih banyak lagi.
Menariknya, kota Pontianak sendiri memiliki sebuah sejarah pendirian yang agak cukup rumit untuk dijelaskan. Pada mulanya, Kota Pontianak merupakan daerah hutan yang sangat luas dan belum terjamah oleh tangan-tangan manusia. Namun demikian, masyarakat Etnis Dayak sudah ada sejak lama di daerah tersebut. Datanglah seorang penguasa keturunan Arab yang bergelar Sultan Syarif Abddurrahman Alkadrie putera Al Habib Husin. Tiga bulan setelah ayahnya wafat pada tahun 1184 Hijriah di Kerajaan Mempawah, ia bersama saudara-saudaranya bermufakat mencari kediaman baru dan berangkat menggunakan 14 perahu Kakap menyusuri Sungai Peniti dan berdiam beberapa lama di sebuah tanjung yang saat ini dikenal dengan nama Kelapa Tinggi Segedong. Beliau melanjutkan perjalanan ke hulu sungai menuju sungai Kapuas. Mereka menemukan sebuah pulau yang bernama Batu Layang, di tempat itu mereka mulai mendapat ganggunan hantu Pontianak atau dikenal dengan Kuntilanak. Sultan memerintahkan pada pengikutnya untuk memerangi hantu-hantu itu. Pada tanggal 23 Oktober 1771, mereka tiba di persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak dan menebang pohon di sana selama 8 hari. Mereka kemudian mendirikan rumah dan balai dan tempat tersebut kemudian diberi nama Pontianak sebagai peringatan memerangi hantu-hantu Pontianak selama perjalanan mereka menyusuri sungai.
Bagi kita kebanyakan orang, mungkin memberikan nama pada suatu tempat penuh dengan pemikiran. Tetapi Sultan Abdurrahman sendiri dengan tegar berani menamai tempat yang akan dia diami dengan menggunakan nama hantu yaitu Pontianak atau kita kenal sebagai Pontianak. Penulis berpendapat, karena keberanian mereka maka dari itu, Sultan berani dengan tegas menamai Kerajaan mereka sebagai Kerajaan Pontianak atau kita kenal saat ini sebagai Kota Pontianak.
Atas dasar inilah, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Kalbar, Kartius, S.H., M.Si., mencoba mengangkat nama hantu Pontianak ini ke dalam sebuah karya seni patung yang menjadi catatan historis Kota Pontianak. Patung tersebut direncanakan akan didirikan di sekitar Sungai Kapuas tepatnya dekat Jembatan Kapuas I setinggi 100 meter. Bayangkan, dengan tinggi yang demikian maka nantinya patung monumen Kuntilanak ini akan menjadi patung ke-2 tertinggi di dunia setelah Patung Budha di Cina. Karya patung tersebut dikategorikan sebagai monumen dan diperkirakan akan menyedot daya tarik wisatawan ke Kalimantan Barat khususnya Pontianak. Melalui patung ini nantinya wisatawan akan dapat memasuki bagian dalam patung dan melihat kota Pontianak melalui ketinggian 100 meter. Selain itu, dengan adanya pembangunan Patung akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar misalka pedagang makanan, tukang parkir, pedagang souvenir serta berbagai macam keperluan.
Terlepas dari kritikan masyarakat, tidak sedikit pula dukungan mengalir untuk ide Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Kalbar, Kartius, S.H., M.Si. Menurutnya, setiap kritikan nantinya akan dikaji lebih lanjut. Pembangunan Patung Kuntilanak ini akan berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk masalah anggaran dan pembiayaan. Keuntungan nantinya bagi daerah dan negara adalah pemasukan anggaran dengan cara meningkatkan sektor pariwisata. Menurut Kartius, peningkatan perekonomian di suatu daerah dapat dikatakan maju apabila sektor pariwisata suatu daerah tersebut juga maju. Selanjutnya dibarengi dengan pendapatan per kapita masyarakat yang diprediksi akan meningkat cukup signifikan. Maka dari itu, dukung pembangunan monumen Kuntilanak ini untuk memajukan kota Pontianak dari sektor pariwisatanya. Kita dikenal dunia, kita juga yang bangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H