Mohon tunggu...
Frans Liu
Frans Liu Mohon Tunggu... freelancer -

Writer who love to express my mind through my words, I write anything which i thought it is supposed to.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mr Budi Soehardi is The Father of Compassion

20 Juli 2015   10:58 Diperbarui: 20 Juli 2015   10:58 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="This image was taken by my courtesy"][/caption]

Tergerak dari siaran televisi pada saat makan malam bersama keluarga, seorang pilot dari maskapai Singapore Airline saat itu sedang menyaksikan berita konflik yang terjadi di timor timor. Ia melihat tayangan di tempat pengungsian,  anak-anak makan 1 bungkus mie instan dibagi 12 anak lainnya.

Hati seorang Captain pilot ini tersentuh dan tergerak untuk melakukan sesuatu untuk anak anak di tempat pengungsian dengan mengirimkan email ke rekan-rekannya untuk berpartisipasi membantu anak-anak korban konflik yang sangat menyedihkan saat itu karena ketakutan, kelaparan dan menderita.

Surat elektronik (Email) yang dikirim mendapat respon dari rekan-rekannya, singkat cerita bahan logistik pun terkumpul 40 ton yang terdiri dari makanan, obat-obatan dan lainnya.

Ketika saya mendapat kesempatan berjumpa dengan Capt. Budi Soehardi yang saya sapa Om Budi, kita bertemu di salah satu mall di Cengkareng, persis dilantai 3 disebuah tempat santai makan dan minum. Saya tiba saat itu sekitar pukul 15: 15. Saya menghubunginya, menanyakan posisi ia duduk dan akhirnya saya ketemu.

Saat awal bertemu dengan captain Budi beberapa hari yang lalu, setiap kali saya selalu memperhatikan gesture orang-orang yang saya temui dan pada saat itu saya kaget sekaligus kagum ketika melihatnya sangat sederhana tidak keliatan ia seorang yang glamour dan hidup dengan kemewahan yang sangat mungkin ia lakukan karna professinya seorang pilot senior. Ketika itu ia hanya menggunakan kaos berkerah dengan logo dan tulisan Rotary dibagian kiri kaos, dengan sendal jepit berwarna merah bertali hitam. Ia sangat sederhana dan gesture yang tampak ia orang yang apa adanya. Saat itu ia menyapa saya terlebih dahulu dengan sangat ramah.

Singkat cerita, saya berbincang-bincang santai dengannya mengenai sepak terjang di dunia kemanusiaan yang luar biasa ia kerjakan, dari beberapa postingan tentang aktivitas anak anak timor dan agrikultural. Rasa penasaran ingin mendengarkan ceritanya, Om Budi bercerita tentang yayasan rumah Roslin Orphanage yang dibangun tidak mudah karena banyak gonjang-ganjing isu tidak benar dan usahanya untuk membuat lahan padi ditanah yang mustahil yang dapat ditumbuhi oleh tanaman karna tanah disana banyak batu dan batu itu sangat kering dan berkapur yang keliatan tidak ada sumber air, sangat kering akan tetapi ia kagum akan mujizat Tuhan sungguh nyata dimana tanaman yang ditanam tumbuh subur, seperti padi yang ia tanam ditanah yang dimilikinya tersebut dapat menghasilkan 15 ton yang cukup untuk dibagikan ke penduduk sekitar. Tanah ini pun diolah melalui pembelajarannya secara otodidak di internet. Ia dan istri bekerja sama untuk tanah itu bisa subur, ia menunjukan saya video tentang apa yang ia dan istri kerjakan yaitu menguraikan pupuk dengan sebuah cangkul, pupuk dari kotoran sapi dan ayam yang sangat bau menyengat mereka kerjakan sendiri tanpa membayar pekerja untuk mengerjakannnya untuk menyuburkan tanaman. Pupuk itu dibelinya beberapa truck untuk tanaman karena ia mau memproduksi makanan buat anak anak dan penduduk lokal disana dengan swasembada pangan  dan menghemat biaya operasional yayasan karena ia harus merogoh kocek pribadinya dari profesi sebagai Pilot dan juga dibantu oleh orang lain.

Kemudian saat itu saya bertanya tentang anak yang mereka asuh, mereka tidak membatasi anak-anak yang datang ke tempat mereka, bahkan suatu ketika pernah seorang bayi diletakkan ditempat mereka yang baru umur satu hari,mereka mengambil dan membersihkan bayi itu kemudian merawatnya hingga besar. Saat itu saya memperhatikan mimik wajah dan gesture tubuh om Budi yang memang keliatan lelah, namun ia bercerita dengan sukacita dan tidak tampak beban apapun walau saya paham bahwa banyak hal yang ia harus kerjakan dan pikirkan, keluarga kecilnya sangat mendukung dan kompak dengan anak istrinya yang luar biasa mengerjakan hal apapun tanpa gengsi dan pamrih.

Anak-anak yang diasuh oleh mereka diperlakukan seperti anak kandung mereka sendiri, dengan kasih sayang yang sama bahkan saya kaget ketika ia bercerita anak anak yang diasuh disekolahkan hingga tingkat universitas tanpa syarat apapun, ada beberapa anak yang dibangku kuliah, SMA, SMP, SD, dan TK. Ia benar meletakkan dasar melayani sepenuh hati dan cinta dan kasih. Hingga saya bertanya bagaimana dengan anak-anak yang dikuliahkan jika lulus nanti?  Anak yang lulus boleh pulang kepada orang tua mereka tanpa harus bayar apapun, mau bekerja atau mengejar masa depan itu kembali ke pada anak itu sendiri. " yang pasti saya tidak berani bermain dengan berkat yang Tuhan berikan,saya bisa sampai saat itu bekerja dan mendapat berkat itu karna pekerjaan Tuhan dalam kehidupan saya, jadi mereka kembali dan membantu kami di rumah Roslin itu bonus dan Anugerah yang Tuhan sudah sediakan" kata  capt.  Budi.

Saat itu jumlah anak yang ada di rumah mereka berjumlah sekiatr 170 dan pada tahun depan ada 15 anak yang dikirim ke universitas dengan minat mereka sendiri. Mereka dibiayai oleh Capt. Budi sendiri. Betapa luar biasanya apa yang dilakukan dan berani berkorban apapun untuk kemanusiaan.

Ada beberapa prinsip yang saya kagumi dengan kerendahan hati dan kesederhanaannya ternyata  ia mempunyai kasih yang tidak bisa dibayar dengan apapun di dunia ini. Kata kata nya yang sangat menancap dipikiran saya adalah "andalkan Tuhan sebagai Mentor, berkatnya selalu ada. Janganlah bermain main dengan berkat Tuhan dan berhitung dengan apa yang kita lakukan" Ujarnya. 

Dan saya menulis ini waktu menunjukan pukul 2.20 dini hari, saya merenungkan cerita dan nilai nilai yang menjadi prinsip seorang Captain maskapai Asing.

Ia memang pantas dinobatkan sebagai Father of Compassion dan pada tahun 2009  mendapatkan penghargaan CNN Heroes sebuah ajang bergengsi dunia yang menayangkan orang orang yang tidak dlihat aksi kemanusiaan yang mereka lakukan.

Ada catatan kecil yang perlu kita ambil, ia berani berbuat tanpa berpikir apa yang ia dapat bahkan tak memikirkan keinginan dirinya sendiri, namun ia berpikir bagaimana mensejahterakan orang lain karena ia mempunyai welas kasih yang tidak dimiliki banyak orang. Pemimpin bangsa dan kita semua perlu belajar banyak akan welas kasih, kerendahan hati dan kesederhanaan yang dimiliki seorang Captain Budi Soehardi, bukan lontaran kata namun aksi nyata yang diperbuat oleh  seorang captain Budi dan keluarga. Prinsip hidup yang sederhana akan makna sebuah kebahagiaan  mereka ialah membahagiakan orang lain dengan sukacita dan kasih dan menjadikan orang lain  berhasil itulah sebuah kebahagiaan untuk mereka.

Jujur dan ikhlas dalam melakukan segala hal bukan demi sebuah pengakuan apalagi penghargaan yang ia dapati saat ini, ia sungguh seorang pilot yang menginspirasi dunia dan bangsa kita dengan usaha yang ia berikan untuk kemanusiaan seperti ia bekerja diwaktu orang orang terlelap tidur, saat itu ia bekerja karena ia ingin memberikan yang terbaik yang ia bisa lakukan tanpa mengenal rasa lelah ia terus berbuat.

Terima Kasih  saya ucapkan kepada Om Budi buat pelajaran berharga yang diberikan tentang sebuah kasih, pengorbanan, kerendahan hati dan ketulusan untuk kemanusiaan yang dimana Tuhan mengajarkan kita. Saya mengingat kata yang tertulis di alkitab " Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri"  saya perlu membenahi diri dan terus belajar apa yang telah dilakukan, mungkin jauh kata mampu tapi saya harus belajar untuk pelajaran berharga ini. Untuk menutup tulisan Ini, Doa saya  selalu untuk Captain Budi Soehardi dan keluarga diberkati Tuhan secara dahsyat, apa yang dilakukan pasti berhasil dan diberikan kesehatan yang luar biasa.

Written by Frans Liu ( Penulis Awam )

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun