Gagasan Pendek hubungan Australia & Indonesia: Strangers Next Door
Â
fb.com/frans.simarmata.id.au
(Saya mengutip ini dari buku Strangers Next Door?: Indonesia and Australia in the Asian Century - Tim Lindsey & Dave McRae 2018) -- yang menurut saya sangat tepat menggambarkan hubungan kedua negara. Hampir tidak ada kesamaan kecuali bertetangga satu sama lain secara geografis.
Kalau dikaitkan dengan Pemilihan Umum di Australia tahun ini, saya akan lebih fokus dari sudut pandang hubungan bertetangga ini.
*
Hubungan kedua negara yang dimulai sejak Indonesia belum merdeka hingga saat ini. Malah sebelum Indonesia resmi merdeka. Ditunjukkan dengan pasang surut, walau kita selalu tetap optimis, dengan kedekatan geografis ini, keduanya tetap saling membutuhkan, dan tidak menjadi asing satu sama lain.
Apa peluang yang bisa dilakukan, selain beberapa kesepakatan politik dan eknonomi (diantaranya IA-CEPA dll) yang telah dicapai?
Hubungan Bisnis
Australia sebaiknya memanfaatkan perdagangan antar kedua negara, apalagi dengan kondisi 'perang dagang' dengan China. Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan ekonomi terbesar, peningkatan economic class. Saya pernah berdiskusi langsung dengan mantan Menteri Luar Negeri Bob Carr, khusus peningkatan kebutuhan dairy & meats products di Indonesia.
Indonesia juga berperan besar di Presidensi G20 tahun 2022 ini, yang seharusnya bisa diambil manfaatnya.
Juga penetrasi pasar Indonesia oleh pebisnis Australia.Â
Tidak banyak products (Australian brands)Â yang dikenal orang Indonesia. Bandingkan dengan misalnya Indomie Goreng atau Bir Bintang ('binteng') yang cukup akrab dengan Aussies. Indonesia hanya peringkat #14 dari mitra dagang Australia.
Dengan kondisi yang masih merasa bagian dari White People/Europeans, pada beberapa periode Perdana Menteri sebelumnya, Australia merasa punya hak untuk menggurui Indonesia, terutama urusan Human Rights. Ini yang perlu diingat, sebab Indonesia tidak pernah mengurusi internal problem di Australia, diharapkan juga sebaliknya.
Keterlibatan Australia di East Timor masih susah dilupakan oleh kebanyakan Warga Indonesia. Belum lagi dengan isu-isu di Papua Barat serta riak-riak di negara-negara Pacific (yang seharusnya Australia bisa ikut berperan meredamnya, sebagai 'Big Brothers' bagi negara-negara Pacific tersebut).
Stabilitas dan kelanjutan Pemerintahan di Indonesia bisa membantu Australia dari ancaman dari Utara, karena mereka akan melintasi wilayah Indonesia sebelum sampai di wilayah Australia. Dukungan anti terorisme dan Islamophobia bisa jadi sangat diharapkan dari Australia, selama dalam tataran ekualitas.
People to People
Penelitian Lowy Istitute tahun 2021 (dan sebelumnya) menunjukkan rendahnya pengetahuan dan knowledge dari Australians kepada Indonesia. Walaupun G-G sudah ada peningkatan, di tataran grass roots, persepsi ini bisa ditingkatan. Australia pada hemat saya, perlu lebih memahami budaya dan orang Indonesia, tidak bisa taken for granted karena banyak turis Australia yang ke Bali misalnya.
Diaspora Indonesia di Australia memang jumlahnya tidak sebanyak komunitas migran lainnya. Misalnya hanya 1/9 dibandingkan dengan Diaspora China (McRae & Zhang). Selain itu minimnya peran diaspora Indonesia di Pemerintahan/Politik dan Komunitas Migran yang lebih luas, membuat peran sebagai 'diplomat swasta' kurang signifikan.Â
Memanfaatkan organisasi/komunitas/diaspora kedua negara bisa jadi medium yang tepat, karena merekalah yang saling berinteraksi. Pendekatan soft power/public diplomacy. Saling menggunakan Bahasa Indonesia atau pertukaran seni/budaya misalnya.
Apa yang sudah dilakukan Pemerintah Australia untuk meningkatan hubungan baik Australia Indonesia, mungkin perlu diimbangi lagi oleh Pemerintah Indonesia misalnya. Contoh menurunnya studi Bahasa Indonesia di sekolah dan Universitas di Australia, tidak bisa hanya menjadi urusan pihak Australia saja.Â
Perlu upaya lainnya dari Indonesia untuk setidaknya membuat Bahasa Indonesia di Australia bisa kembali ke masa keemasannya.
Generasi yang lebih muda, para alumni sekolah/universitas bisa menjadi potensi besar ke depannya. Dengan pemanfaatan media sosial, budaya kontemporer dan lainnya, bisa menjadi medium yang diterima mereka.
Satu hal lagi, kalau olahraga Rugby bisa jadi penghubung yang kuat antara Australia dan NZ, atau Cricket dengan negara Commonwealth lainnya, mungkin olahraga Sepakbola bisa jadi sarana yang tepat untuk Australia dan Indonesia.Â
Karena minat dan dukungan yang besar di kedua negara. Diadakan pertandingan persahabatan secara rutin, sehingga kedua negara ini bisa saling mengenal satu sama lain.
*
Akhir kata,
Gagasan singkat ini tidak membahas hal-hal yang terlalu rumit. Siapapun yang memimpin Australia dan Indonesia nanti, beberapa gagasan ini bisa dipertimbangkan.Â
Setidaknya bisa menjadikan hubungan bertetangga ini lebih baik lagi dari saat ini. Dan bisa menjadi model diskusi antar komunitas/organisasi kedua negara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI