Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Memulai Mengelola Sampah Rumah Tangga

2 Februari 2025   11:26 Diperbarui: 2 Februari 2025   11:26 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di tingkat komunitas, lingkungan yang bebas sampah meningkatkan kualitas udara dan air. Bayangkan tinggal di lingkungan yang bersih, bebas dari bau tak sedap, dengan ruang hijau yang asri semua itu bisa terwujud jika setiap orang mulai peduli dengan sampahnya sendiri.

Secara ekonomi, pengelolaan sampah bahkan bisa menjadi sumber pendapatan. Bank sampah, misalnya, memungkinkan masyarakat menabung dari hasil penjualan sampah anorganik yang sudah dipilah. Di beberapa kota di Indonesia, seperti Surabaya, program ini berhasil mengurangi volume sampah secara signifikan sekaligus memberdayakan ekonomi warga.

Inspirasi dari Komunitas yang Berhasil

Di Indonesia, ada banyak contoh sukses tentang bagaimana komunitas bisa mengelola sampah rumah tangga dengan efektif. Salah satunya adalah Kampung Cibunut di Bandung, yang berhasil bertransformasi menjadi kampung bebas sampah. Melalui program edukasi dan pelibatan warga, mereka menerapkan sistem pemilahan sampah di sumbernya, mengelola bank sampah, dan mengubah limbah organik menjadi kompos.

Di tingkat internasional, Kota Kamikatsu di Jepang menjadi inspirasi dengan target ambisius mereka untuk menjadi kota bebas sampah. Warga di sana memisahkan sampah mereka ke dalam 45 kategori yang berbeda! Meski terdengar ekstrem, pendekatan ini berhasil mengurangi hampir 80% sampah yang berakhir di TPA.

Bagaimana Kita Bisa Lebih Baik?

Tentu saja, tidak semua orang bisa langsung mengadopsi sistem seketat Kamikatsu. Namun, kita bisa memulai dengan langkah kecil yang konsisten. Tantangan terbesar bukan terletak pada sistemnya, tetapi pada perubahan mindset. Edukasi menjadi kunci. Semakin banyak orang yang paham pentingnya mengelola sampah, semakin besar pula dampak positifnya.

Pemerintah memiliki peran penting melalui regulasi dan penyediaan infrastruktur. Namun, inisiatif individu dan komunitas sering kali menjadi motor penggerak utama perubahan. Program eco-brick, bank sampah, atau gerakan tanpa plastik adalah contoh bagaimana masyarakat bisa bergerak lebih cepat bahkan sebelum kebijakan resmi diterapkan.

Kesimpulan

Bumi ini rumah kita, dan menjaga kebersihannya adalah tanggung jawab bersama. Mengelola sampah rumah tangga bukan sekadar aktivitas rutin; ini adalah pernyataan tentang siapa kita dan bagaimana kita menghargai lingkungan tempat kita tinggal.

Kamu mungkin berpikir, "Apa gunanya jika hanya aku yang melakukannya?" Tapi ingat, setiap perubahan besar di dunia ini selalu dimulai dari satu langkah kecil. Jika setiap rumah tangga melakukan hal yang sama, dampaknya akan terasa secara global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun