Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengangguran di Usia Produktif Tantangan Besar bagi Masa Depan Indonesia

24 Januari 2025   19:00 Diperbarui: 24 Januari 2025   19:00 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengangguran, kehilangan pekerjaan, angka pengangguran. (SHUTTERSTOCK/LUNA VANDOORNE)

Lebih jauh lagi, pengangguran juga memperburuk tingkat kemiskinan. Tanpa pekerjaan, banyak individu usia produktif tidak memiliki sumber penghasilan yang stabil, sehingga daya beli masyarakat pun menurun. Penurunan daya beli ini pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Dampak sosialnya tidak kalah serius. Pengangguran yang berkepanjangan sering kali memicu stres, depresi, dan gangguan kesehatan mental lainnya. Tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa penghasilan yang memadai menciptakan konflik internal dalam keluarga, yang pada akhirnya dapat memengaruhi stabilitas sosial secara lebih luas.

Fenomena ini juga dapat memicu peningkatan tingkat kriminalitas. Ketika seseorang tidak memiliki pekerjaan dan merasa putus asa, mereka mungkin tergoda untuk melakukan tindakan ilegal sebagai cara untuk bertahan hidup. Ini bukan hanya spekulasi semata; data menunjukkan bahwa daerah dengan tingkat pengangguran tinggi cenderung memiliki angka kriminalitas yang lebih tinggi.

Transformasi Struktur Ekonomi yang Mendesak

Masalah pengangguran di usia produktif di Indonesia menuntut transformasi besar-besaran dalam berbagai sektor, terutama dalam struktur ekonomi. Indonesia perlu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan global yang membawa tantangan sekaligus peluang baru.

Digitalisasi adalah salah satu perubahan yang tidak bisa dihindari. Di satu sisi, digitalisasi membuka banyak peluang baru di sektor teknologi informasi, e-commerce, dan ekonomi kreatif. Namun, peluang ini hanya dapat dimanfaatkan jika tenaga kerja memiliki keterampilan digital yang memadai. Sayangnya, banyak pekerja usia produktif di Indonesia belum siap menghadapi era digital ini.

Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat sektor agrikultur dan manufaktur dengan sentuhan teknologi modern. Sektor-sektor ini masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Dengan memperkenalkan teknologi yang meningkatkan produktivitas tanpa mengurangi kebutuhan tenaga kerja, kedua sektor ini dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi pengangguran.

Peran Penting Pendidikan dan Pelatihan

Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan memegang peranan kunci dalam mengatasi masalah pengangguran. Namun, sistem pendidikan di Indonesia perlu mengalami reformasi mendalam agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

Pendidikan vokasi, yang menekankan pada keterampilan praktis, harus menjadi prioritas. Negara-negara seperti Jerman dan Swiss telah membuktikan bahwa sistem pendidikan vokasi yang kuat mampu menekan angka pengangguran dengan signifikan. Indonesia dapat belajar dari model ini dengan memperkuat kemitraan antara lembaga pendidikan dan industri.

Selain itu, pelatihan ulang (re-skilling) dan peningkatan keterampilan (up-skilling) bagi pekerja yang sudah ada di pasar kerja juga sangat penting. Dengan memberikan kesempatan bagi pekerja untuk belajar keterampilan baru, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan kebutuhan industri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun