Lebih jauh lagi, pengangguran juga memperburuk tingkat kemiskinan. Tanpa pekerjaan, banyak individu usia produktif tidak memiliki sumber penghasilan yang stabil, sehingga daya beli masyarakat pun menurun. Penurunan daya beli ini pada akhirnya menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Dampak sosialnya tidak kalah serius. Pengangguran yang berkepanjangan sering kali memicu stres, depresi, dan gangguan kesehatan mental lainnya. Tekanan untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa penghasilan yang memadai menciptakan konflik internal dalam keluarga, yang pada akhirnya dapat memengaruhi stabilitas sosial secara lebih luas.
Fenomena ini juga dapat memicu peningkatan tingkat kriminalitas. Ketika seseorang tidak memiliki pekerjaan dan merasa putus asa, mereka mungkin tergoda untuk melakukan tindakan ilegal sebagai cara untuk bertahan hidup. Ini bukan hanya spekulasi semata; data menunjukkan bahwa daerah dengan tingkat pengangguran tinggi cenderung memiliki angka kriminalitas yang lebih tinggi.
Transformasi Struktur Ekonomi yang Mendesak
Masalah pengangguran di usia produktif di Indonesia menuntut transformasi besar-besaran dalam berbagai sektor, terutama dalam struktur ekonomi. Indonesia perlu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan global yang membawa tantangan sekaligus peluang baru.
Digitalisasi adalah salah satu perubahan yang tidak bisa dihindari. Di satu sisi, digitalisasi membuka banyak peluang baru di sektor teknologi informasi, e-commerce, dan ekonomi kreatif. Namun, peluang ini hanya dapat dimanfaatkan jika tenaga kerja memiliki keterampilan digital yang memadai. Sayangnya, banyak pekerja usia produktif di Indonesia belum siap menghadapi era digital ini.
Selain itu, pemerintah juga perlu memperkuat sektor agrikultur dan manufaktur dengan sentuhan teknologi modern. Sektor-sektor ini masih menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Dengan memperkenalkan teknologi yang meningkatkan produktivitas tanpa mengurangi kebutuhan tenaga kerja, kedua sektor ini dapat menjadi solusi efektif untuk mengurangi pengangguran.
Peran Penting Pendidikan dan Pelatihan
Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan memegang peranan kunci dalam mengatasi masalah pengangguran. Namun, sistem pendidikan di Indonesia perlu mengalami reformasi mendalam agar lebih relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Pendidikan vokasi, yang menekankan pada keterampilan praktis, harus menjadi prioritas. Negara-negara seperti Jerman dan Swiss telah membuktikan bahwa sistem pendidikan vokasi yang kuat mampu menekan angka pengangguran dengan signifikan. Indonesia dapat belajar dari model ini dengan memperkuat kemitraan antara lembaga pendidikan dan industri.
Selain itu, pelatihan ulang (re-skilling) dan peningkatan keterampilan (up-skilling) bagi pekerja yang sudah ada di pasar kerja juga sangat penting. Dengan memberikan kesempatan bagi pekerja untuk belajar keterampilan baru, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan perubahan kebutuhan industri.