Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekurangan Transparansi dalam Pengelolaan Pajak di Indonesia

20 Januari 2025   09:40 Diperbarui: 20 Januari 2025   09:40 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pajak.(Dok. Freepik)

Transparansi dalam pengelolaan pajak menjadi isu yang sangat penting dalam sistem tata kelola pemerintahan yang baik. Pajak, sebagai sumber utama pendapatan negara, memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun, di Indonesia, pengelolaan pajak sering kali diwarnai berbagai permasalahan yang berakar pada kurangnya transparansi. Hal ini tidak hanya memengaruhi kepercayaan masyarakat, tetapi juga menghambat optimalisasi penerimaan pajak dan pencapaian tujuan pembangunan nasional.

Masalah Transparansi yang Menghambat Sistem Perpajakan

Masalah utama dalam transparansi pengelolaan pajak di Indonesia terletak pada beberapa aspek mendasar, yaitu minimnya keterbukaan informasi, lemahnya sistem pengawasan, dan kompleksitas birokrasi yang sering kali membingungkan. Meskipun pemerintah telah mengupayakan reformasi dalam sistem perpajakan melalui penerapan teknologi dan digitalisasi, berbagai hambatan struktural masih menjadi penghalang utama dalam mencapai pengelolaan yang sepenuhnya transparan dan akuntabel.

Pertama, kurangnya keterbukaan informasi mengenai alokasi dan penggunaan dana pajak menjadi sorotan yang tak kunjung usai. Laporan keuangan negara memang dirilis secara berkala, tetapi aksesibilitas informasi tersebut kerap menjadi kendala. Sebagian besar masyarakat sulit memahami bagaimana pajak yang mereka bayarkan benar-benar dimanfaatkan. Format laporan yang terlalu teknis dan minimnya penjelasan yang kontekstual membuat informasi ini hanya dapat diakses oleh segelintir kalangan yang memiliki pengetahuan khusus. Akibatnya, masyarakat merasa jauh dari proses pengelolaan keuangan negara, sehingga potensi partisipasi mereka dalam pengawasan turut berkurang.

Di sisi lain, pengawasan terhadap pengelolaan pajak sering kali dianggap tidak memadai. Kasus korupsi yang melibatkan dana pajak menjadi bukti nyata bahwa sistem pengawasan masih memiliki celah besar. Salah satu contohnya adalah kasus besar yang menyeret nama-nama pejabat pajak ke ranah hukum akibat penyalahgunaan wewenang. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun sudah ada lembaga pengawas seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), proses pengawasan internal masih belum cukup kuat untuk mencegah terjadinya pelanggaran.

Selain itu, kompleksitas sistem perpajakan juga menjadi tantangan serius. Banyak masyarakat yang merasa bingung dengan prosedur pembayaran pajak yang rumit dan sering kali berubah-ubah. Minimnya edukasi publik mengenai sistem perpajakan membuat masyarakat kesulitan memahami hak dan kewajiban mereka sebagai wajib pajak. Hal ini tidak hanya menurunkan tingkat kepatuhan pajak, tetapi juga menciptakan jarak antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya bersama untuk membangun negeri.

Dampak Kekurangan Transparansi terhadap Kepercayaan Publik

Kekurangan transparansi dalam pengelolaan pajak berdampak langsung pada kepercayaan publik terhadap pemerintah. Ketidakjelasan mengenai bagaimana pajak digunakan menimbulkan rasa curiga di kalangan masyarakat. Banyak yang beranggapan bahwa dana pajak tidak sepenuhnya dialokasikan untuk kebutuhan publik, melainkan untuk kepentingan tertentu yang tidak selalu mendukung kesejahteraan rakyat.

Kecurigaan ini semakin diperparah dengan maraknya kasus korupsi yang terungkap, baik di tingkat pusat maupun daerah. Misalnya, pada beberapa tahun terakhir, berbagai kasus penyalahgunaan dana pajak telah mencuat ke permukaan. Salah satu yang paling mencengangkan adalah kasus seorang pejabat pajak yang diketahui memiliki kekayaan yang tidak wajar dibandingkan dengan pendapatannya. Kasus semacam ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara pendapatan negara dari pajak dan alokasinya yang seharusnya dapat diaudit secara transparan.

Selain itu, rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap sistem perpajakan juga memengaruhi tingkat kepatuhan pajak. Banyak individu dan perusahaan yang memilih untuk menghindari pajak, baik melalui cara legal seperti memanfaatkan celah hukum, maupun dengan cara ilegal seperti manipulasi data pajak. Fenomena ini tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga menciptakan ketidakadilan di masyarakat, di mana sebagian pihak membayar pajak secara penuh sementara lainnya menghindar.

Pentingnya Transparansi untuk Kemajuan Ekonomi

Transparansi dalam pengelolaan pajak bukan hanya soal kepercayaan, tetapi juga merupakan kunci untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketika masyarakat merasa yakin bahwa pajak yang mereka bayarkan dikelola dengan baik dan digunakan untuk kepentingan publik, mereka akan lebih termotivasi untuk patuh membayar pajak. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan negara dan memberikan ruang fiskal yang lebih besar bagi pemerintah untuk membiayai berbagai program pembangunan.

Sebagai contoh, negara-negara maju seperti Swedia dan Denmark berhasil membangun sistem perpajakan yang transparan dan akuntabel. Laporan keuangan negara dipublikasikan secara terbuka dan mudah diakses oleh publik, dengan penjelasan yang jelas mengenai bagaimana dana pajak dialokasikan. Transparansi semacam ini menciptakan kepercayaan yang tinggi di kalangan masyarakat, sehingga tingkat kepatuhan pajak di negara-negara tersebut mencapai angka yang sangat tinggi.

Di Indonesia, potensi pajak yang dapat digali masih sangat besar. Menurut data dari Direktorat Jenderal Pajak, tingkat kepatuhan pajak di Indonesia masih berada di kisaran 60--70 persen, jauh di bawah negara-negara maju. Jika transparansi dapat ditingkatkan, bukan tidak mungkin angka ini dapat meningkat secara signifikan, sehingga pendapatan negara dari sektor pajak pun dapat lebih optimal.

Upaya untuk Meningkatkan Transparansi

Dalam upaya meningkatkan transparansi pengelolaan pajak, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis yang melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat, lembaga pengawas, dan sektor swasta. Salah satu langkah yang paling mendesak adalah memperbaiki sistem pelaporan keuangan negara agar lebih mudah diakses dan dipahami oleh publik. Digitalisasi sistem perpajakan, seperti melalui aplikasi pajak online, juga dapat menjadi solusi untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi.

Selain itu, edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pajak dan bagaimana pajak digunakan juga perlu ditingkatkan. Kampanye publik yang menyasar berbagai kelompok masyarakat, mulai dari pelajar hingga pengusaha, dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya peran pajak dalam pembangunan.

Di sisi lain, lembaga pengawas seperti BPK dan KPK harus diperkuat, baik dari segi wewenang maupun sumber daya manusia. Pengawasan yang lebih ketat terhadap pengelolaan pajak, termasuk audit yang transparan dan independen, dapat membantu mencegah terjadinya penyalahgunaan dana publik.

Terakhir, pemerintah perlu menciptakan ruang dialog yang lebih terbuka dengan masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan, pemerintah dapat memperoleh masukan yang konstruktif sekaligus meningkatkan akuntabilitas.

Kesimpulan

Kekurangan transparansi dalam pengelolaan pajak di Indonesia merupakan tantangan besar yang harus segera diatasi. Tanpa transparansi, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan terus menurun, yang pada akhirnya akan menghambat upaya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan mengupayakan keterbukaan informasi, memperkuat pengawasan, dan melibatkan masyarakat secara aktif, Indonesia dapat menciptakan sistem perpajakan yang lebih transparan dan akuntabel. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan penerimaan negara, tetapi juga menciptakan keadilan sosial dan mendukung terciptanya masyarakat yang lebih sejahtera.

Transparansi bukanlah sekadar slogan, tetapi sebuah komitmen yang harus diwujudkan dalam setiap aspek pengelolaan negara. Dalam konteks pengelolaan pajak, transparansi adalah fondasi yang akan menentukan masa depan bangsa ini. Dengan komitmen bersama, Indonesia dapat bergerak menuju tata kelola pemerintahan yang lebih baik, di mana pajak benar-benar menjadi alat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun