Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengatasi Kesenjangan Digital Antarwilayah di Indonesia

16 Januari 2025   09:59 Diperbarui: 16 Januari 2025   09:59 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Digital.Pixabay.com/fancycrave1 

Di era yang semakin didominasi oleh teknologi informasi dan komunikasi, akses terhadap internet dan perangkat digital telah menjadi kebutuhan pokok bagi individu dan masyarakat. Namun, di Indonesia, sebuah negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, kesenjangan digital antarwilayah masih menjadi persoalan besar yang menghambat upaya pemerataan kemajuan. Ketimpangan ini mencakup akses infrastruktur, keterjangkauan teknologi, hingga kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi secara produktif.

Kamu mungkin sering mendengar cerita tentang bagaimana masyarakat di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, atau Bandung menikmati internet berkecepatan tinggi dengan berbagai layanan berbasis teknologi yang mempermudah aktivitas sehari-hari. Sementara itu, di daerah-daerah terpencil, masyarakat bahkan harus berjuang hanya untuk mendapatkan sinyal telepon. Masalah ini tidak hanya mencerminkan ketidaksetaraan dalam akses teknologi, tetapi juga menunjukkan ketimpangan yang lebih dalam dalam kesempatan pendidikan, ekonomi, dan sosial.

Potret Kesenjangan Digital di Indonesia

Kesenjangan digital di Indonesia tidak lepas dari tantangan geografis. Wilayah-wilayah terpencil seperti Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur seringkali menjadi "korban" dari sulitnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Laporan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2022 mengungkapkan bahwa tingkat penetrasi internet di Indonesia bagian timur masih jauh di bawah rata-rata nasional. Sebaliknya, wilayah seperti Pulau Jawa, yang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan, mencatat angka penetrasi internet yang jauh lebih tinggi.

Selain itu, keterjangkauan perangkat teknologi juga menjadi kendala. Masyarakat di wilayah pedesaan seringkali tidak mampu membeli perangkat seperti smartphone atau laptop karena harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan pendapatan mereka. Bahkan, jika perangkat tersebut tersedia, akses terhadap jaringan internet yang memadai tetap menjadi masalah utama.

Tidak hanya itu, literasi digital atau kemampuan menggunakan teknologi secara bijak dan efektif juga menjadi tantangan besar. Banyak masyarakat di wilayah terpencil yang belum memahami cara menggunakan internet untuk keperluan produktif seperti belajar online, berbisnis, atau mengakses layanan kesehatan. Kurangnya edukasi tentang manfaat teknologi memperburuk kesenjangan ini, menjadikannya lebih sulit diatasi.

Dampak dari Kesenjangan Digital

Kesenjangan digital tidak hanya menjadi persoalan teknis, tetapi juga membawa dampak luas terhadap berbagai aspek kehidupan. Dalam bidang pendidikan, kesenjangan ini menyebabkan ketidakmerataan akses terhadap pembelajaran daring. Hal ini terlihat nyata selama pandemi COVID-19, ketika siswa-siswa di wilayah pedesaan kesulitan mengikuti pembelajaran jarak jauh akibat keterbatasan perangkat dan akses internet. Sebuah studi yang dilakukan oleh UNICEF pada tahun 2021 mencatat bahwa lebih dari 50% anak di daerah terpencil mengalami kesulitan belajar selama pandemi karena tidak memiliki akses yang memadai.

Di sektor ekonomi, kesenjangan digital menghambat masyarakat di wilayah terpencil untuk bersaing dalam ekonomi berbasis teknologi. Misalnya, e-commerce yang kini menjadi tulang punggung banyak usaha kecil di kota besar belum dapat dimanfaatkan oleh pedagang di daerah terpencil. Hal ini mengakibatkan ketimpangan ekonomi yang semakin melebar, di mana masyarakat perkotaan semakin maju sementara masyarakat pedesaan tertinggal.

Dalam aspek sosial, kesenjangan digital menciptakan ketidaksetaraan dalam akses informasi. Masyarakat yang tidak memiliki akses internet seringkali terputus dari informasi penting, termasuk berita, program pemerintah, atau layanan kesehatan. Kondisi ini membuat mereka semakin rentan terhadap berbagai masalah, seperti kemiskinan dan keterbelakangan pendidikan.

Akar Permasalahan Kesenjangan Digital

Untuk memahami permasalahan ini lebih dalam, kita perlu melihat akar dari kesenjangan digital di Indonesia. Salah satu penyebab utama adalah ketimpangan pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Meski pemerintah telah meluncurkan berbagai program, seperti Palapa Ring, untuk memperluas akses internet hingga ke pelosok negeri, implementasi di lapangan masih menghadapi berbagai hambatan. Tantangan geografis, biaya yang tinggi, serta kurangnya koordinasi antarinstansi menjadi penghambat utama.

Selain itu, distribusi teknologi yang tidak merata juga menjadi faktor penyebab. Perangkat teknologi cenderung lebih mudah diakses oleh masyarakat perkotaan yang memiliki daya beli lebih tinggi. Sementara itu, masyarakat di pedesaan seringkali harus memilih antara memenuhi kebutuhan dasar atau membeli perangkat teknologi yang mahal.

Literasi digital yang rendah juga memperburuk kondisi ini. Banyak masyarakat yang bahkan belum mengenal potensi teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan pentingnya edukasi dan pelatihan dalam memperkenalkan teknologi kepada masyarakat secara luas.

Solusi untuk Mengatasi Kesenjangan Digital

Mengatasi kesenjangan digital di Indonesia membutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan melibatkan berbagai pihak. Salah satu langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mempercepat pembangunan infrastruktur digital di wilayah terpencil. Pemerintah harus bekerja sama dengan sektor swasta untuk memastikan bahwa jaringan internet dapat diakses oleh seluruh masyarakat, tanpa terkecuali. Dukungan dari perusahaan telekomunikasi, misalnya, dapat membantu mempercepat proses ini melalui investasi dalam jaringan fiber optic atau teknologi satelit.

Selain infrastruktur, edukasi dan literasi digital juga perlu menjadi prioritas. Program pelatihan untuk masyarakat di daerah terpencil dapat membantu mereka memahami manfaat teknologi dan cara menggunakannya secara produktif. Misalnya, pemerintah dapat bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah untuk mengadakan pelatihan literasi digital yang mencakup penggunaan internet, media sosial, hingga pengelolaan usaha berbasis digital.

Tak kalah penting, subsidi atau insentif untuk perangkat teknologi juga dapat menjadi solusi jangka pendek. Pemberian perangkat gratis atau dengan harga terjangkau kepada masyarakat berpenghasilan rendah dapat membantu mereka mengakses teknologi lebih cepat. Namun, hal ini perlu dibarengi dengan edukasi agar perangkat tersebut dapat digunakan secara maksimal.

Kerja sama antara pemerintah dan komunitas lokal juga memainkan peran penting. Membentuk pusat-pusat komunitas digital di daerah pedesaan dapat menjadi langkah strategis untuk memperluas akses teknologi. Pusat ini tidak hanya menyediakan akses internet gratis, tetapi juga menjadi tempat pelatihan dan pembelajaran bagi masyarakat setempat.

Langkah Nyata Menuju Inklusivitas Digital

Meskipun tantangan yang dihadapi tidak kecil, upaya yang telah dilakukan pemerintah menunjukkan hasil yang cukup menjanjikan. Program Palapa Ring, misalnya, berhasil menghubungkan ribuan kilometer kabel fiber optic di seluruh Indonesia, termasuk wilayah-wilayah terpencil. Namun, keberhasilan program ini harus diikuti dengan langkah-langkah lain, seperti peningkatan kualitas jaringan dan penurunan biaya akses internet.

Pemerintah juga telah meluncurkan Gerakan Nasional Literasi Digital yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan digital masyarakat Indonesia. Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk institusi pendidikan, organisasi masyarakat, hingga perusahaan teknologi. Dengan pendekatan kolaboratif ini, diharapkan masyarakat di seluruh Indonesia dapat merasakan manfaat dari era digital.

Namun, keberhasilan langkah-langkah ini tetap membutuhkan dukungan dari semua pihak, termasuk masyarakat itu sendiri. Kesadaran akan pentingnya teknologi harus ditanamkan sejak dini, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang teknologi, masyarakat dapat lebih siap memanfaatkan peluang yang ada.

Kesimpulan

Kesenjangan digital adalah persoalan serius yang harus diatasi untuk mewujudkan Indonesia yang lebih inklusif dan berkeadilan. Ketimpangan ini tidak hanya membatasi akses masyarakat terhadap teknologi, tetapi juga memperlebar jurang ketidaksetaraan sosial dan ekonomi. Dengan mempercepat pembangunan infrastruktur, meningkatkan literasi digital, dan mendorong kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, kesenjangan ini dapat diminimalkan.

Di era digital ini, teknologi seharusnya menjadi alat yang menyatukan, bukan memisahkan. Oleh karena itu, mari bersama-sama mendukung upaya transformasi digital di Indonesia, agar setiap individu, tanpa memandang lokasi geografisnya, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan meraih manfaat dari teknologi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun