Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menerapkan Teknologi Digital untuk Meningkatkan Produktivitas Pertanian

15 Januari 2025   15:01 Diperbarui: 15 Januari 2025   15:01 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Petani.Pixabay.com/ TranDuyet

Tidak kalah pentingnya, aplikasi dan platform pertanian berbasis digital kini semakin berkembang. Aplikasi-aplikasi ini tidak hanya membantu petani untuk memperoleh informasi tentang harga pasar dan ramalan cuaca, tetapi juga membantu mereka dalam mengelola keuangan, distribusi hasil panen, serta pemasaran produk mereka. Sebagai contoh, aplikasi seperti AgriSmart atau Farmers' Market membantu petani untuk menjual produk mereka secara langsung kepada konsumen, tanpa melalui tengkulak yang seringkali memotong sebagian besar keuntungan petani.

Dampak Positif Teknologi Digital bagi Petani

Manfaat penerapan teknologi digital dalam pertanian bukan hanya sekadar peningkatan hasil, tetapi juga mencakup perubahan besar dalam cara petani mengelola usahanya. Penerapan teknologi ini membawa dampak positif yang signifikan, baik dalam hal efisiensi operasional maupun peningkatan kesejahteraan petani.

Peningkatan efisiensi adalah salah satu manfaat utama yang bisa diperoleh petani dengan menggunakan teknologi digital. Misalnya, dengan menggunakan sistem irigasi berbasis sensor, petani tidak perlu lagi melakukan penyiraman secara manual yang memakan waktu dan tenaga. Mereka cukup mengandalkan data yang diterima dari sensor kelembaban tanah yang akan memberikan informasi kapan tanaman benar-benar membutuhkan air. Ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga mengurangi pemborosan air yang bisa berdampak pada biaya produksi.

Di sisi lain, pengurangan biaya produksi juga menjadi hasil nyata dari adopsi teknologi digital. Penggunaan teknologi seperti drone dan IoT memungkinkan petani untuk melakukan pengawasan dan pemeliharaan tanaman secara lebih efisien. Dengan memetakan masalah di lahan secara lebih cepat dan akurat, petani dapat segera mengambil tindakan untuk mengatasi penyakit atau hama yang menyerang, yang pada gilirannya mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan dan menghemat biaya perawatan.

Tidak kalah pentingnya adalah peningkatan hasil pertanian. Teknologi digital memungkinkan petani untuk mengoptimalkan penggunaan pupuk dan pestisida, menyesuaikan waktu tanam dengan lebih tepat, serta memastikan tanaman tumbuh dalam kondisi yang ideal. Hal ini tentu berimbas pada peningkatan hasil panen, baik dalam jumlah maupun kualitas. Teknologi seperti analisis prediktif memungkinkan petani untuk memperkirakan potensi hasil panen lebih akurat, yang membuat mereka bisa mempersiapkan diri menghadapi musim panen.

Selain itu, penerapan teknologi digital juga memberi dampak langsung pada keberlanjutan pertanian. Dengan kemampuan untuk mengelola sumber daya alam secara lebih efisien, seperti air dan pupuk, petani dapat mengurangi pemborosan dan dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan teknologi ini juga membantu meminimalkan penggunaan bahan kimia yang berlebihan, yang tidak hanya mengurangi biaya, tetapi juga mengurangi potensi kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pestisida dan pupuk kimia.

Tantangan dalam Penerapan Teknologi Digital di Sektor Pertanian

Meski banyak manfaat yang bisa diperoleh, penerapan teknologi digital dalam pertanian tidaklah tanpa tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan infrastruktur. Meskipun teknologi seperti IoT dan drone semakin mudah diakses, tidak semua daerah di Indonesia memiliki infrastruktur internet yang memadai. Hal ini menjadi kendala utama bagi petani di daerah terpencil yang ingin memanfaatkan teknologi digital dalam kegiatan pertanian mereka.

Selain itu, keterampilan digital juga menjadi hambatan besar dalam penerapan teknologi digital. Banyak petani, terutama di pedesaan, yang belum terbiasa dengan penggunaan perangkat digital. Oleh karena itu, diperlukan program pelatihan yang intensif agar petani dapat menguasai teknologi ini dengan baik dan memanfaatkannya untuk meningkatkan hasil pertanian mereka.

Biaya awal yang cukup tinggi untuk membeli perangkat-perangkat digital juga menjadi faktor yang membatasi adopsi teknologi di kalangan petani kecil. Meski teknologi digital menawarkan banyak manfaat, namun untuk petani yang memiliki modal terbatas, membeli perangkat seperti sensor atau drone bisa menjadi beban yang cukup besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun