Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Teknologi Pangan di Indonesia

14 Januari 2025   15:42 Diperbarui: 14 Januari 2025   15:42 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian, ada pula masalah pada sisi kebijakan dan regulasi. Sering kali, kebijakan yang dibuat belum sepenuhnya mendukung adopsi teknologi di sektor pangan. Misalnya, insentif untuk petani atau pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pangan yang ingin mengadopsi teknologi masih sangat terbatas. Padahal, peran mereka sangat vital dalam menopang sistem pangan nasional.

Di sisi lain, ada tantangan besar dari perubahan iklim yang semakin tidak menentu. Peningkatan suhu global, pola cuaca yang ekstrem, dan kekeringan yang berkepanjangan mengancam produktivitas pertanian. Tanpa teknologi yang adaptif, seperti varietas tanaman tahan cuaca ekstrem atau sistem irigasi cerdas, sektor pertanian Indonesia akan semakin rentan.

Solusi Teknologi yang Dapat Diimplementasikan

Solusi berbasis teknologi sebenarnya sudah banyak dikembangkan, baik di tingkat global maupun lokal. Salah satu inovasi yang patut diapresiasi adalah penggunaan Internet of Things (IoT) dalam pertanian. Dengan sensor IoT, petani dapat memantau kondisi tanaman secara real-time, seperti tingkat kelembapan tanah, intensitas cahaya matahari, dan suhu. Data ini kemudian diolah untuk memberikan rekomendasi tindakan yang harus diambil, seperti kapan harus menyiram atau menambahkan pupuk.

Selain itu, blockchain juga mulai digunakan dalam sistem pangan untuk meningkatkan transparansi dan kepercayaan konsumen. Dengan teknologi ini, konsumen dapat mengetahui asal-usul produk yang mereka beli, mulai dari lokasi pertanian hingga proses distribusinya. Hal ini sangat relevan untuk memastikan kualitas dan keamanan produk pangan lokal sehingga mampu bersaing di pasar global.

Di bidang pengolahan limbah, teknologi fermentasi mikroba menjadi salah satu terobosan yang menjanjikan. Limbah organik yang dihasilkan dari industri makanan dapat diolah menjadi pupuk organik berkualitas tinggi yang dapat digunakan kembali di sektor pertanian. Hal ini menciptakan sistem sirkular yang tidak hanya mengurangi limbah, tetapi juga memberikan nilai tambah bagi pelaku usaha.

Namun, penerapan teknologi-teknologi ini membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah dan sektor swasta. Kebijakan yang mendukung investasi di bidang teknologi pangan, seperti insentif pajak atau pendanaan riset, sangat penting untuk mendorong inovasi lebih lanjut.

Peluang Indonesia di Kancah Global

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin di sektor teknologi pangan. Sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, Indonesia memiliki bahan baku yang melimpah untuk dikembangkan menjadi produk pangan bernilai tambah. Misalnya, sagu, yang merupakan sumber karbohidrat alternatif, dapat diolah menjadi berbagai produk pangan modern yang tidak hanya sehat tetapi juga ramah lingkungan.

Di tingkat global, tren menuju pangan berkelanjutan semakin menguat. Permintaan terhadap produk organik, bebas bahan kimia, dan berbasis tanaman terus meningkat. Indonesia dapat memanfaatkan peluang ini dengan mengembangkan teknologi pengolahan yang mampu menghasilkan produk sesuai dengan kebutuhan pasar internasional.

Namun, untuk mencapai hal ini, diperlukan ekosistem yang mendukung. Pemerintah harus berperan aktif dalam membangun infrastruktur yang memadai, memberikan pelatihan kepada petani dan pelaku usaha, serta menciptakan regulasi yang mempermudah adopsi teknologi. Di sisi lain, masyarakat juga harus didorong untuk lebih mendukung produk lokal dengan kualitas yang telah ditingkatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun