Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Gen Z Overthinking tentang Masa Depan

13 Januari 2025   16:47 Diperbarui: 13 Januari 2025   16:47 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Overthingking. Freepik.com

Generasi Z, yang terdiri dari mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, saat ini memasuki fase dewasa muda dengan tantangan yang tidak bisa dianggap enteng. Di tengah era digital yang menawarkan kemudahan informasi dan konektivitas, ada satu fenomena yang semakin mengemuka di kalangan mereka, yaitu kecenderungan untuk overthinking, atau berpikir berlebihan, terutama mengenai masa depan. Walaupun berpikir tentang masa depan adalah hal yang normal, banyak dari mereka yang terjebak dalam kekhawatiran yang tiada henti, bahkan sampai melumpuhkan mereka dari tindakan yang konkret. Fenomena ini menciptakan dilema yang semakin nyata, baik dalam konteks individu, sosial, maupun ekonomi.

Mengapa Gen Z Terjebak dalam Overthinking?

Penyebab utama dari overthinking yang dialami oleh generasi ini sangat kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang saling berhubungan. Salah satu yang paling menonjol adalah pengaruh media sosial. Dalam dunia yang serba terhubung, hampir setiap detik kehidupan seseorang dapat disaksikan oleh dunia melalui platform seperti Instagram, Twitter, TikTok, dan YouTube. Di sini, banyak Gen Z yang terpapar dengan gambaran kehidupan orang lain yang tampaknya sempurna. Mereka melihat teman sebayanya mendapatkan pekerjaan impian, menjalani gaya hidup mewah, atau tampil dengan pencapaian yang terlihat luar biasa.

Media sosial bukan hanya menjadi tempat berbagi kebahagiaan, tetapi juga menjadi ruang perbandingan sosial yang berbahaya. Meskipun sebagian besar konten yang dibagikan di media sosial sering kali tidak mencerminkan kenyataan secara keseluruhan, banyak orang---termasuk Gen Z---terjebak dalam ilusi pencapaian yang seakan sudah harus dicapai pada usia muda. Ketika mereka merasa belum meraih kesuksesan yang sama, rasa cemas dan tidak cukup baik muncul. Ini adalah awal dari overthinking.

Namun, faktor ini bukanlah satu-satunya. Tekanan dari lingkungan sosial juga memberikan kontribusi besar terhadap overthinking di kalangan Gen Z. Dalam banyak budaya, ada ekspektasi besar mengenai apa yang seharusnya dicapai oleh individu dalam hidup mereka terutama di usia muda. Harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang stabil, memiliki rumah, atau bahkan meraih kebahagiaan yang "sempurna" dalam waktu singkat, sering kali menjadi beban tersendiri. Di tengah ketidakpastian yang dihadapi dunia, seperti perubahan iklim yang semakin buruk, ketidakpastian ekonomi, dan revolusi industri yang mengubah cara kita bekerja, masa depan menjadi semakin tidak terduga dan semakin membebani pikiran mereka.

Ketidakpastian Dunia yang Menghantui

Salah satu faktor yang paling mempengaruhi cara berpikir Gen Z adalah ketidakpastian dunia yang mereka hadapi. Mereka tumbuh besar dalam periode yang penuh gejolak, mulai dari krisis finansial global 2008 hingga pandemi COVID-19 yang mengubah seluruh aspek kehidupan. Pandemi tidak hanya mengganggu dunia kerja, tetapi juga menumbuhkan perasaan ketidakpastian yang mendalam tentang bagaimana dunia akan berfungsi di masa depan.

Bagi banyak Gen Z, masa depan karier mereka sangat kabur. Teknologi terus berkembang, membawa serta otomatisasi yang bisa menggantikan pekerjaan manusia. Sebagai contoh, beberapa jenis pekerjaan yang dulunya sangat menjanjikan, seperti pekerja kantor, kini mulai terancam oleh kemajuan kecerdasan buatan dan teknologi lainnya. Bagi seorang Gen Z yang baru saja memasuki dunia kerja, memikirkan apakah pekerjaan yang mereka pilih akan tetap relevan 5 atau 10 tahun dari sekarang bisa menjadi sangat menakutkan.

Selain itu, perubahan iklim dan krisis lingkungan juga memberikan tekanan tambahan. Gen Z lebih sadar daripada generasi sebelumnya tentang isu-isu lingkungan yang sangat serius. Bencana alam yang semakin sering terjadi, serta perubahan iklim yang menyebabkan ketidakpastian dalam kehidupan manusia, menjadikan masa depan mereka terasa semakin gelap. Tidak jarang, mereka merasa cemas akan kondisi bumi yang semakin tidak ramah bagi generasi yang lebih muda ini.

Perasaan Tidak Cukup dan Terjebak dalam Ketidakpastian

Salah satu dampak paling langsung dari overthinking adalah perasaan tidak cukup dan terjebak dalam ketidakpastian. Gen Z, yang tumbuh dengan ekspektasi tinggi dari media sosial dan lingkungan sekitar, sering kali merasa bahwa apa yang mereka capai tidak pernah cukup. Mereka melihat orang lain yang memiliki segala sesuatu dengan mudah, sementara mereka merasa hidup mereka lebih rumit dan penuh rintangan.

Overthinking ini bisa mengarah pada keraguan diri yang besar. Bahkan ketika mereka telah mencapai sesuatu yang berarti, perasaan cemas dan tidak puas bisa terus menghantui mereka. Mereka bertanya-tanya apakah itu cukup, atau apakah mereka sudah membuat pilihan yang benar. Selain itu, banyak dari mereka merasa khawatir tidak bisa memenuhi harapan orang tua atau bahkan harapan diri mereka sendiri. Akibatnya, mereka terjebak dalam lingkaran setan pemikiran yang tidak produktif, yang justru memperburuk keadaan mental mereka.

Dampak Overthinking terhadap Kesehatan Mental Gen Z

Overthinking yang berlarut-larut dapat berdampak buruk terhadap kesehatan mental. Meskipun berpikir tentang masa depan adalah hal yang wajar, terlalu sering terjebak dalam pemikiran tersebut tanpa mengambil tindakan konkret justru memperburuk kecemasan. Salah satu akibat yang paling jelas adalah stres yang memengaruhi keseharian. Tidak hanya itu, overthinking dapat mengarah pada gangguan kecemasan, depresi, dan rasa putus asa yang mendalam.

Penelitian menunjukkan bahwa Generasi Z lebih rentan terhadap gangguan kecemasan dan depresi dibandingkan generasi sebelumnya. Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh American Psychological Association pada 2019, lebih dari 90% Gen Z mengalami stres yang berkaitan dengan masa depan mereka. Stres ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpastian ekonomi, perubahan sosial, dan bahkan perasaan tidak puas dengan pencapaian pribadi. Fenomena overthinking ini jelas membawa dampak besar terhadap produktivitas dan kualitas hidup mereka.

Kebanyakan dari mereka merasa terhenti, tidak dapat mengambil langkah yang jelas karena terlalu khawatir dengan kemungkinan yang ada. Padahal, untuk tumbuh dan berkembang, tindakan nyata jauh lebih penting daripada terus menerus berpikir tanpa melangkah. Akibatnya, mereka merasa terjebak dalam sebuah rutinitas mental yang terus menerus menuntut mereka untuk memikirkan segala hal yang mungkin terjadi di masa depan tanpa memberikan solusi nyata.

Menghadapi Overthinking Apa yang Bisa Dilakukan?

Walaupun overthinking adalah fenomena yang sulit dihindari, ada beberapa cara yang dapat membantu Gen Z untuk menghadapinya dengan lebih bijaksana. Salah satu cara untuk mengurangi kecemasan ini adalah dengan mengubah cara berpikir mereka tentang masa depan. Sebagai generasi yang dikenal dengan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat, Gen Z perlu belajar untuk melihat masa depan sebagai sesuatu yang dinamis dan penuh kemungkinan, bukan sebagai sesuatu yang pasti dan menakutkan.

Penting untuk diingat bahwa kegagalan adalah bagian dari proses. Tidak ada yang bisa memprediksi masa depan dengan pasti, dan tidak ada yang sempurna dalam perjalanan hidup. Oleh karena itu, mengambil langkah-langkah kecil yang positif walaupun mungkin tampak tidak signifikan dapat membantu mengurangi kecemasan dan membawa rasa pencapaian. Menghargai setiap proses dan perkembangan yang dialami, meskipun itu belum sesuai dengan ekspektasi, adalah kunci untuk melawan overthinking.

Selain itu, memperbaiki keseimbangan hidup dengan beristirahat, berolahraga, dan mencari waktu untuk bersenang-senang juga sangat penting untuk menjaga kesehatan mental. Berbicara dengan teman atau mencari dukungan dari ahli psikologi juga dapat memberikan perspektif yang lebih jelas dan menenangkan.

Terakhir, dengan mengurangi paparan media sosial dan memberikan waktu untuk berfokus pada diri sendiri, Gen Z bisa menghindari tekanan sosial yang berlebihan dan mulai menyadari bahwa hidup tidak selalu harus sesuai dengan standar yang tampak di dunia maya.

Kesimpulan

Fenomena overthinking tentang masa depan yang dialami oleh Gen Z bukanlah masalah yang sepele. Hal ini terkait dengan berbagai faktor, mulai dari ketidakpastian dunia yang mereka hadapi hingga pengaruh media sosial yang memberikan tekanan sosial yang tinggi. Meskipun tantangan ini nyata, solusi untuk menghadapinya ada di tangan mereka. Dengan perubahan pola pikir, dukungan yang tepat, dan langkah kecil yang penuh keberanian, Gen Z dapat mengatasi kecemasan mereka dan mulai menjalani masa depan dengan penuh keyakinan. Masa depan tidak perlu ditakuti, karena masa depan adalah milik mereka yang berani melangkah, bukan mereka yang hanya terjebak dalam pikiran tanpa aksi nyata.

Apakah kamu termasuk bagian dari Gen Z yang sering merasa cemas tentang masa depan? Bagaimana cara kamu menghadapinya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun