Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenapa Kita Hobi Curhat di Media Sosial?

11 Januari 2025   18:41 Diperbarui: 11 Januari 2025   18:41 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Curhat di Medsos. Freepik.com

Dalam kehidupan modern, media sosial telah menjelma menjadi ruang publik yang mempengaruhi cara kita berinteraksi, berbagi informasi, dan bahkan mencurahkan isi hati. Fenomena curhat di media sosial telah menjadi kebiasaan yang sulit dilepaskan oleh banyak orang. Curahan hati berupa keluh kesah, kebahagiaan, atau sekadar pendapat pribadi sering menghiasi lini masa media sosial. Namun, apa sebenarnya yang mendorong kita untuk melakukannya? Mengapa banyak dari kita merasa nyaman berbagi hal-hal personal di ruang yang begitu terbuka? Artikel ini mencoba membahas fenomena ini secara mendalam, mengurai sebab, dampak, dan bagaimana kita dapat menyikapinya dengan bijak.

Media Sosial Ruang untuk Mendapatkan Perhatian

Salah satu alasan utama seseorang memilih media sosial sebagai tempat curhat adalah karena platform ini memberikan kesempatan untuk mendapatkan perhatian dari banyak orang sekaligus. Dalam kehidupan nyata, tidak selalu mudah menemukan teman atau keluarga yang tersedia untuk mendengarkan curahan hati kita kapan saja. Media sosial hadir sebagai solusi praktis, memungkinkan kita menyalurkan emosi dan mencari dukungan dari audiens yang lebih luas.

Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk merasa didengar dan dihargai. Ketika kamu mengunggah keluh kesah di media sosial dan mendapatkan komentar atau tanda suka, hal itu dapat memberikan rasa bahwa kamu tidak sendirian. Bahkan respons sederhana, seperti "Aku paham apa yang kamu rasakan" atau "Kamu pasti bisa melewatinya," bisa menjadi obat yang menenangkan di tengah tekanan hidup.

Namun, ada sisi lain dari fenomena ini. Terkadang, kebutuhan untuk mendapatkan perhatian ini justru menciptakan ketergantungan. Kamu mungkin mulai merasa bahwa validasi dari orang lain adalah satu-satunya cara untuk mengatasi masalah. Padahal, jika terus dibiarkan, hal ini bisa mengurangi kemampuanmu untuk menghadapi masalah secara mandiri.

Peran Algoritma dalam Mendorong Perilaku Curhat

Tidak bisa dimungkiri bahwa algoritma media sosial turut berkontribusi dalam memperkuat kebiasaan curhat ini. Platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter dirancang untuk memaksimalkan interaksi pengguna. Setiap notifikasi berupa komentar, tanda suka, atau pesan langsung yang muncul setelah kamu membagikan sesuatu memberikan stimulasi positif pada otak. Respons ini memicu pelepasan dopamin, yaitu hormon yang bertanggung jawab atas rasa senang.

Efek dopamin ini menciptakan siklus kebiasaan: semakin sering kamu mendapatkan respons positif, semakin besar keinginan untuk berbagi lagi. Pada akhirnya, media sosial bukan hanya menjadi tempat curhat, tetapi juga semacam "zona nyaman" di mana kamu merasa diperhatikan dan dihargai.

Namun, efek ini tidak selalu positif. Ketika respons yang diterima tidak sesuai harapan, misalnya kritik atau bahkan hinaan, hal tersebut dapat memicu rasa kecewa, marah, atau bahkan depresi. Ini menjadi salah satu risiko utama dari kebiasaan curhat di ruang publik yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Mencari Solidaritas di Dunia Digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun