Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Makan Bergizi Gratis Memakan Anggaran 1.2 Triliun Rupiah, Apakah Tepat Sasaran?

9 Januari 2025   09:21 Diperbarui: 9 Januari 2025   16:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ujicoba program makan bergizi gratis di Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali (KOMPAS.com/Hasan)

Anggaran sebesar 1,2 triliun rupiah bukan jumlah yang kecil. Dalam pengelolaannya, transparansi menjadi hal yang sangat penting. Masyarakat perlu mengetahui bagaimana anggaran ini dibelanjakan, mulai dari pengadaan bahan makanan, distribusi, hingga pengawasan pelaksanaan program. Sayangnya, transparansi dalam penggunaan anggaran publik sering kali menjadi persoalan di Indonesia.

Program ini sebenarnya memiliki potensi besar jika dikelola dengan baik. Namun, beberapa ahli mengkritik bahwa fokus program ini terlalu banyak pada pemberian bantuan langsung, tanpa dibarengi dengan pemberdayaan masyarakat. Sebagai contoh, alih-alih hanya memberikan makanan gratis, program ini seharusnya melibatkan petani lokal atau pelaku UMKM dalam penyediaan bahan makanan. Dengan cara ini, manfaat dari program ini tidak hanya dirasakan oleh penerima bantuan, tetapi juga membantu meningkatkan perekonomian lokal.

Selain itu, keberhasilan program makan bergizi tidak hanya ditentukan oleh jumlah anggaran yang dialokasikan, tetapi juga oleh efektivitas program dalam mencapai hasil yang diinginkan. Jika program ini hanya memberikan solusi jangka pendek tanpa membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat, maka manfaatnya akan sangat terbatas.

Edukasi dan Kesadaran Masyarakat

Program makan bergizi gratis seharusnya tidak hanya berhenti pada pemberian bantuan makanan. Masalah gizi buruk di Indonesia sering kali disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya nutrisi yang seimbang. Misalnya, banyak keluarga miskin yang sebenarnya memiliki akses terhadap bahan makanan yang terjangkau, tetapi tidak tahu cara mengolahnya menjadi makanan yang bergizi.

Edukasi gizi perlu menjadi bagian integral dari program ini. Pemerintah bisa menggandeng tenaga kesehatan, seperti bidan atau kader posyandu, untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Selain itu, kampanye tentang pentingnya gizi yang seimbang juga bisa dilakukan melalui media massa atau platform digital, sehingga pesan tersebut dapat menjangkau lebih banyak orang.

Kesadaran masyarakat akan pentingnya pola makan sehat juga akan membantu menciptakan perubahan yang berkelanjutan. Dengan membangun kebiasaan makan yang sehat, masyarakat tidak akan sepenuhnya bergantung pada bantuan pemerintah. Mereka akan lebih mampu memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga mereka.

Studi Kasus dari Program Serupa

Untuk menilai efektivitas program makan bergizi gratis, kita bisa melihat pengalaman dari program serupa yang pernah dilakukan di Indonesia maupun negara lain. Misalnya, Program Keluarga Harapan (PKH) yang memberikan bantuan langsung kepada keluarga miskin juga menghadapi tantangan dalam hal pendataan dan pengawasan. Meski demikian, PKH telah terbukti mampu meningkatkan akses keluarga miskin terhadap layanan kesehatan dan pendidikan.

Di India, pemerintah telah lama menjalankan program makan siang gratis untuk anak sekolah. Program ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi angka kelaparan, tetapi juga mendorong anak-anak dari keluarga miskin untuk tetap bersekolah. Hasilnya, program tersebut berhasil meningkatkan angka partisipasi sekolah sekaligus memperbaiki status gizi anak-anak. Namun, tantangan yang dihadapi adalah memastikan kualitas makanan yang diberikan tetap terjaga.

Pengalaman dari program-program ini menunjukkan bahwa keberhasilan program makan bergizi gratis sangat bergantung pada kualitas implementasinya. Mulai dari pendataan yang akurat, pengawasan yang ketat, hingga edukasi masyarakat, semua faktor ini harus berjalan dengan baik untuk memastikan bahwa anggaran yang besar benar-benar memberikan hasil yang maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun