Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Makan Bergizi Gratis Mulai Digelar Semoga Pelaksanaanya Merata dan Berkelanjutan

8 Januari 2025   08:05 Diperbarui: 8 Januari 2025   13:57 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah gizi masih menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan, angka prevalensi stunting, gizi buruk, dan malnutrisi masih menjadi momok di berbagai wilayah, terutama di daerah tertinggal, terpencil, dan terisolasi. Oleh karena itu, peluncuran Kick Off Program Makan Bergizi Gratis menjadi langkah yang sangat dinantikan. Program ini dirancang untuk menyediakan makanan bergizi secara cuma-cuma kepada masyarakat, khususnya kelompok rentan seperti anak-anak sekolah, ibu hamil, dan lansia.

Namun, pelaksanaan program ini tidak hanya sekadar menyediakan makanan. Ia membawa harapan besar untuk memutus lingkaran masalah gizi yang selama ini terus menghantui. Pertanyaannya, sejauh mana program ini mampu menjawab kompleksitas permasalahan gizi di Indonesia?

Pentingnya Gizi dalam Kehidupan Masyarakat

Gizi yang baik adalah kunci utama dalam membangun generasi yang sehat dan produktif. Anak-anak yang mendapatkan asupan gizi seimbang sejak dini memiliki peluang lebih besar untuk tumbuh dengan baik, memiliki daya tahan tubuh yang kuat, dan mencapai potensi maksimal dalam belajar. Sebaliknya, kurangnya gizi akan membawa konsekuensi serius, mulai dari stunting hingga dampak jangka panjang seperti rendahnya kecerdasan dan produktivitas.

Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dirilis Kementerian Kesehatan pada tahun 2022, prevalensi stunting nasional berada pada angka 21,6%. Walaupun ada penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, angka ini masih jauh dari target pemerintah untuk menurunkan stunting menjadi 14% pada tahun 2024. Di sisi lain, kasus gizi buruk dan obesitas juga menjadi ancaman. Ketimpangan akses terhadap makanan bergizi memperlihatkan bagaimana masalah gizi ini tidak hanya mencakup kekurangan makanan, tetapi juga pola makan yang tidak sehat.

Program Makan Bergizi Gratis, jika dilaksanakan dengan baik, dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini. Dengan memberikan makanan bergizi secara gratis kepada mereka yang membutuhkan, program ini diharapkan mampu meningkatkan status gizi masyarakat secara signifikan.

Mengurai Masalah Gizi di Indonesia

Masalah gizi di Indonesia sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor. Salah satu penyebab utama adalah ketimpangan akses terhadap bahan makanan bergizi. Di daerah terpencil, harga bahan makanan seperti sayur, buah, dan protein hewani jauh lebih mahal dibandingkan di perkotaan. Akibatnya, banyak keluarga yang terpaksa mengandalkan makanan murah dengan kandungan gizi rendah.

Selain itu, pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat juga masih terbatas. Banyak orang yang belum memahami kebutuhan gizi tubuhnya, sehingga memilih makanan hanya berdasarkan kenyang, tanpa memikirkan kandungan nutrisi di dalamnya. Ini diperparah dengan kurangnya edukasi tentang pola makan yang benar di sekolah-sekolah dan komunitas.

Di sisi lain, permasalahan ekonomi menjadi faktor besar yang memengaruhi kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, angka kemiskinan di Indonesia masih berada di kisaran 9,57%. Bagi keluarga dengan penghasilan rendah, makanan bergizi sering kali dianggap sebagai barang mewah yang sulit dijangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun