Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Krisis Hukum dan Komitmen dalam Penanganan Kasus Korupsi Indonesia

5 Januari 2025   11:15 Diperbarui: 5 Januari 2025   10:20 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Korupsi (KOMPAS.COM/SHUTTERSTOCK/ATSTOCK PRODUCTIONS)

Ketidakadilan semacam ini bukan hanya mencederai rasa keadilan masyarakat, tetapi juga menimbulkan skeptisisme yang mendalam terhadap aparat hukum. Ketika rakyat kecil dihukum berat sementara para koruptor kelas atas mendapat keringanan, masyarakat akan kehilangan kepercayaan pada sistem hukum.

Lemahnya Sanksi terhadap Koruptor

Hukuman yang diberikan kepada pelaku korupsi di Indonesia sering kali dianggap tidak memberikan efek jera. Dalam banyak kasus, hukuman penjara yang ringan dan denda yang tidak sebanding dengan kerugian negara menjadi sorotan utama. Lebih parah lagi, ada beberapa kasus di mana pelaku korupsi tetap bisa menikmati hasil dari tindak kejahatannya setelah menjalani hukuman.

Sebagai contoh, dalam kasus korupsi besar yang melibatkan dana miliaran rupiah, banyak pelaku yang hanya dijatuhi hukuman beberapa tahun penjara. Setelah mereka bebas, harta kekayaan yang diperoleh dari hasil korupsi sering kali tidak sepenuhnya disita. Ini berarti mereka masih bisa hidup dengan nyaman meskipun telah merugikan negara dan masyarakat.

Selain itu, hukuman berupa denda finansial yang dijatuhkan kepada koruptor sering kali tidak cukup untuk memulihkan kerugian negara. Akibatnya, dana publik yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat hilang begitu saja, tanpa ada pemulihan yang memadai.

Kurangnya Komitmen dari Pemerintah dan Aparat Hukum

Komitmen pemerintah dalam pemberantasan korupsi sering kali dipertanyakan. Meskipun banyak retorika yang disampaikan tentang pentingnya memerangi korupsi, langkah konkret yang diambil sering kali tidak sesuai dengan harapan.

Salah satu contoh nyata adalah revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dilakukan beberapa tahun lalu. Revisi ini dianggap banyak pihak sebagai langkah yang melemahkan lembaga antirasuah tersebut. Padahal, KPK telah menunjukkan kinerja yang luar biasa dalam mengungkap berbagai kasus korupsi besar. Dengan adanya revisi ini, kewenangan KPK menjadi terbatas, dan independensinya dipertanyakan.

Selain itu, transparansi dalam proses hukum sering kali masih menjadi masalah. Banyak kasus korupsi yang terkesan "menghilang" di tengah jalan, tanpa ada kejelasan tentang kelanjutannya. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa ada campur tangan atau intervensi dari pihak-pihak tertentu untuk melindungi pelaku korupsi.

Dampak Sosial dari Ketidakadilan Hukum

Ketidakadilan dalam penegakan hukum bagi pelaku korupsi memiliki dampak yang sangat besar terhadap masyarakat. Salah satu dampaknya adalah menurunnya kepercayaan publik terhadap pemerintah dan sistem hukum. Ketika masyarakat merasa bahwa hukum tidak berlaku sama bagi semua orang, mereka cenderung menjadi apatis terhadap upaya pemberantasan korupsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun