Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kita Masih Abai dengan Ancaman Cyber

4 Januari 2025   14:03 Diperbarui: 4 Januari 2025   14:03 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ancaman Cyber.Freepik.com

Kemajuan teknologi telah membawa kita ke era baru di mana segala hal dapat diakses dengan mudah melalui ujung jari. Dari belanja online, komunikasi, hingga transaksi perbankan, hampir semua aspek kehidupan kini terintegrasi dengan dunia digital. Namun, di balik kemudahan tersebut, ada ancaman besar yang sering kali tidak disadari: bahaya kejahatan siber.

Banyak orang masih memandang enteng risiko ini, menganggap bahwa ancaman dunia maya hanya terjadi pada perusahaan besar atau individu tertentu yang memiliki akses ke data penting. Sayangnya, sikap meremehkan ini justru menjadi celah besar yang memudahkan pelaku kejahatan Cyber untuk melancarkan aksinya. Kita sering lupa bahwa siapa pun yang menggunakan internet, baik individu maupun institusi, memiliki risiko yang sama untuk menjadi korban.

Mengapa Kita Masih Abai terhadap Ancaman Cyber?

Ketidaksadaran terhadap bahaya kejahatan Cyber disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kurangnya pemahaman tentang ancaman itu sendiri. Sebagian besar masyarakat hanya mengetahui istilah-istilah seperti peretasan (hacking) atau pencurian data, tetapi tidak memahami bagaimana kejahatan ini bekerja atau seberapa besar dampaknya.

Kamu mungkin pernah mendengar kasus pencurian data pribadi dari sebuah layanan digital, tetapi apakah kamu benar-benar menyadari apa yang terjadi setelah itu? Data yang dicuri sering kali dijual di pasar gelap (dark web), digunakan untuk penipuan, atau bahkan untuk manipulasi politik. Contohnya adalah kebocoran data di Indonesia yang melibatkan jutaan nomor induk kependudukan (NIK) beberapa waktu lalu. Data ini digunakan untuk tujuan ilegal, seperti pembukaan rekening bank palsu hingga pencurian identitas.

Selain kurangnya pemahaman, sikap terlalu percaya diri juga menjadi alasan utama. Banyak pengguna internet berpikir bahwa mereka sudah cukup aman hanya dengan menggunakan kata sandi yang kuat atau memasang antivirus di perangkat mereka. Padahal, kejahatan dunia maya berkembang jauh lebih cepat daripada teknologi pelindung yang ada.

Kemudian, ada faktor kebiasaan digital yang buruk. Banyak orang tidak menyadari bahwa tindakan sederhana seperti menggunakan Wi-Fi publik tanpa perlindungan atau mengklik tautan mencurigakan di email bisa membuka pintu bagi pelaku kejahatan untuk mengakses data pribadi mereka. Sikap tidak peduli ini sering kali muncul karena bahaya dunia maya dianggap sebagai sesuatu yang abstrak, tidak nyata, atau tidak akan terjadi pada diri sendiri.

Melihat Kejahatan Cyber dari Perspektif yang Lebih Dalam

Kejahatan Cyber bukanlah hal baru. Sejak internet menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia, ancaman ini terus berkembang. Namun, sifatnya yang tidak kasat mata membuat banyak orang meremehkan dampaknya. Mari kita pahami lebih dalam tentang bagaimana kejahatan Cyber bekerja dan dampaknya terhadap kehidupan kita.

Salah satu bentuk kejahatan Cyber yang paling umum adalah phishing. Ini adalah metode manipulasi psikologis di mana pelaku menyamar sebagai pihak terpercaya untuk mencuri informasi sensitif, seperti kata sandi atau nomor kartu kredit. Misalnya, kamu mungkin menerima email yang terlihat seperti dari bank yang meminta kamu memperbarui informasi akun. Jika tidak jeli, kamu bisa saja memberikan informasi pribadi kepada pelaku tanpa menyadarinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun