Kemudian ada serangan ransomware, di mana pelaku mengunci data penting di komputer atau server korban dan meminta tebusan untuk membukanya kembali. Kasus ini pernah terjadi pada sebuah rumah sakit di Jerman, di mana sistem operasional rumah sakit lumpuh total karena serangan ransomware. Dampaknya, pasien tidak bisa mendapatkan pelayanan yang mereka butuhkan, dan satu nyawa pun melayang karena proses penanganan darurat terganggu.
Selain itu, ancaman dunia maya juga melibatkan pencurian identitas. Data pribadi yang bocor bisa digunakan untuk berbagai tujuan ilegal, mulai dari membuka rekening bank, mengajukan pinjaman atas nama korban, hingga melakukan penipuan. Dampaknya tidak hanya secara finansial, tetapi juga emosional, karena korban sering kali merasa tidak berdaya menghadapi situasi tersebut.
Contoh lainnya adalah manipulasi opini publik melalui penyebaran informasi palsu (fake news). Di era media sosial seperti sekarang, kejahatan dunia maya tidak hanya tentang pencurian data, tetapi juga pengaruh terhadap opini masyarakat. Misalnya, penggunaan akun-akun bot untuk menyebarkan propaganda atau berita palsu yang dapat memicu konflik sosial atau politik.
Dampak yang Jauh Lebih Luas dari yang Dibayangkan
Banyak orang berpikir bahwa kejahatan Cyber hanya berdampak pada individu atau perusahaan tertentu. Padahal, dampaknya bisa jauh lebih luas. Ketika data pribadi jutaan orang bocor, misalnya, itu bukan hanya masalah privasi, tetapi juga ancaman terhadap keamanan nasional.
Kasus kebocoran data kesehatan yang melibatkan jutaan warga Indonesia beberapa waktu lalu adalah salah satu contoh nyata. Informasi yang bocor mencakup nama, alamat, nomor identitas, hingga riwayat kesehatan. Bayangkan jika data ini jatuh ke tangan yang salah. Tidak hanya bisa digunakan untuk penipuan, tetapi juga untuk manipulasi yang lebih besar, seperti pembentukan opini publik yang salah melalui data tersegmentasi.
Selain itu, kerugian finansial akibat kejahatan Cyber juga sangat besar. Menurut laporan dari Cybersecurity Ventures, pada tahun 2021, kerugian global akibat kejahatan Cyber diperkirakan mencapai $6 triliun per tahun, menjadikannya salah satu ancaman ekonomi terbesar di dunia.
Tidak hanya individu atau perusahaan besar yang menjadi korban. Usaha kecil dan menengah (UKM) juga sering kali menjadi target, karena mereka cenderung memiliki sistem keamanan yang lebih lemah. Hal ini tentu menjadi ancaman serius bagi perekonomian, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, di mana UKM memegang peran penting dalam roda ekonomi.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Ketika berbicara tentang solusi, pendekatan yang paling efektif adalah meningkatkan kesadaran dan literasi digital. Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada teknologi pelindung semata, karena teknologi ini hanya efektif jika didukung oleh pemahaman yang baik dari penggunanya.
Kamu harus mulai dengan memahami bahwa ancaman dunia maya adalah sesuatu yang nyata dan bisa terjadi pada siapa saja. Jangan pernah berpikir bahwa kamu terlalu kecil atau tidak penting untuk menjadi target. Pelaku kejahatan Cyber tidak hanya mencari target besar; mereka juga menyasar individu atau institusi kecil yang dianggap lebih mudah diserang.