Dampak pada Guru dan Pendekatan Pengajaran
Tidak hanya siswa yang merasakan tekanan dari sistem UN, guru pun sering kali terjebak dalam situasi yang tidak ideal. Dalam upaya membantu siswa mencapai nilai tinggi, banyak guru yang terpaksa memfokuskan pengajaran pada materi yang akan diujikan dalam UN. Praktik ini dikenal sebagai "teaching to the test", yaitu pendekatan pengajaran yang hanya berorientasi pada hasil ujian.
Fenomena ini berakibat pada hilangnya variasi dan kreativitas dalam proses belajar-mengajar. Siswa diajarkan untuk menghafal jawaban tanpa benar-benar memahami konsep di baliknya. Padahal, tujuan utama pendidikan adalah membangun kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengembangkan keterampilan hidup.
Selain itu, fokus pada UN juga sering kali mengorbankan mata pelajaran atau kegiatan lain yang tidak termasuk dalam ujian. Kesenian, olahraga, dan pendidikan karakter, misalnya, cenderung diabaikan karena dianggap tidak relevan dengan nilai UN. Hal ini tentu bertentangan dengan konsep pendidikan holistik yang seharusnya mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh, baik secara akademik maupun non-akademik.
Kesenjangan Antarwilayah dalam Pelaksanaan UN
Salah satu masalah mendasar dalam sistem UN adalah kesenjangan pendidikan yang masih sangat nyata di Indonesia. Negara ini memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan tingkat pembangunan yang sangat beragam. Kondisi ini menciptakan perbedaan signifikan dalam akses terhadap sumber daya pendidikan, seperti buku, fasilitas sekolah, hingga kualitas guru.
Siswa di kota besar seperti Jakarta atau Surabaya umumnya memiliki akses ke sekolah dengan fasilitas lengkap, guru yang berkualitas, dan bimbingan belajar tambahan. Sebaliknya, siswa di daerah terpencil sering kali harus belajar di sekolah dengan kondisi bangunan yang tidak layak, minimnya fasilitas penunjang, dan kekurangan guru.
Dalam situasi seperti ini, UN yang menggunakan standar penilaian yang sama di seluruh Indonesia menjadi tidak adil. Siswa dari daerah terpencil sering kali merasa "tersingkirkan" karena tidak mampu bersaing dengan siswa dari daerah yang lebih maju. Kondisi ini bukan hanya merugikan secara individu, tetapi juga menciptakan ketimpangan yang lebih besar dalam sistem pendidikan nasional.
Reformasi Sistem Evaluasi Pendidikan
Melihat berbagai permasalahan yang muncul, banyak pihak yang mendesak agar sistem evaluasi pendidikan di Indonesia diubah. Salah satu langkah penting yang telah dilakukan pemerintah adalah penghapusan UN dan penggantian dengan Asesmen Nasional (AN).
Asesmen Nasional dirancang untuk menjadi sistem evaluasi yang lebih holistik, tidak hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga aspek-aspek lain seperti literasi, numerasi, dan karakter siswa. Selain itu, AN menggunakan pendekatan berbasis survei untuk menilai lingkungan belajar, sehingga memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kualitas pendidikan di setiap sekolah.