Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Mengatasi Stres dan Kecemasan

1 Januari 2025   18:08 Diperbarui: 1 Januari 2025   18:08 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan modern yang serba cepat, stres dan kecemasan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari realitas sehari-hari. Bagi sebagian orang, keduanya mungkin tampak seperti hal yang sepele, namun sebenarnya, dampaknya bisa jauh lebih serius dari yang kita bayangkan. Tak hanya memengaruhi kesehatan mental, tetapi juga fisik. Oleh karena itu, memahami dan mengatasi stres serta kecemasan menjadi hal yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang lebih tenang dan seimbang.

Memahami Stres dan Kecemasan Lebih Mendalam

Stres dan kecemasan sering kali dianggap serupa, tetapi sebenarnya memiliki perbedaan yang mendasar. Stres adalah respons alami tubuh terhadap tekanan atau tantangan tertentu, yang biasanya bersifat sementara. Ketika kamu menghadapi tenggat waktu pekerjaan atau masalah pribadi yang berat, tubuh akan bereaksi dengan menghasilkan hormon kortisol dan adrenalin. Reaksi ini dikenal sebagai fight or flight response, yang dirancang untuk membantu kamu menghadapi situasi sulit.

Namun, ketika stres berlangsung terlalu lama atau tidak dikelola dengan baik, tubuh dan pikiran mulai mengalami kelelahan. Gejalanya bisa berupa sakit kepala, gangguan tidur, hingga masalah pencernaan.

Di sisi lain, kecemasan adalah perasaan khawatir yang berlebihan dan sering kali tidak memiliki penyebab yang jelas. Kecemasan lebih berkaitan dengan pola pikir dan sering kali bersifat kronis. Orang yang mengalami kecemasan mungkin terus-menerus merasa takut atau cemas akan sesuatu yang belum tentu terjadi. Dalam beberapa kasus, kecemasan bahkan dapat berkembang menjadi gangguan kecemasan (anxiety disorder), seperti gangguan panik atau fobia sosial.

Menurut penelitian dari American Psychological Association, stres yang berkepanjangan dan kecemasan kronis dapat memicu gangguan kesehatan serius, termasuk penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan gangguan imunitas. Dengan kata lain, keduanya bukan hanya masalah mental, tetapi juga masalah kesehatan secara keseluruhan.

Mengapa Stres dan Kecemasan Meningkat di Era Modern?

Era modern membawa banyak kemudahan, tetapi juga tantangan yang berbeda dibandingkan dengan masa lalu. Salah satu penyebab utama meningkatnya stres dan kecemasan adalah tekanan untuk selalu "berhasil". Media sosial, misalnya, sering kali menjadi medan perbandingan yang tidak sehat. Ketika melihat orang lain tampil sempurna, banyak orang merasa tidak cukup baik, yang akhirnya memicu stres dan kecemasan.

Selain itu, ritme kerja yang semakin intensif turut berkontribusi. Dalam lingkungan kerja modern, banyak orang menghadapi ekspektasi yang tinggi, tenggat waktu yang ketat, dan tuntutan multitasking. Sebuah studi dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa burnout atau kelelahan kerja kini menjadi salah satu penyebab utama stres di tempat kerja.

Tekanan finansial juga memainkan peran besar. Biaya hidup yang terus meningkat membuat banyak orang merasa terjebak dalam lingkaran masalah ekonomi. Kondisi ini sering kali diperparah oleh kurangnya waktu untuk diri sendiri, yang akhirnya memperburuk kecemasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun