Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Dear Orang Tua, Membandingkan Anak Mempengaruhi Psikologisnya

31 Desember 2024   16:25 Diperbarui: 31 Desember 2024   16:25 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ibu dan Anak. Pixabay.com/picturism 

2. Meningkatkan Stres dan Kecemasan

Tekanan untuk selalu memenuhi standar yang tidak realistis—standar yang sering kali berasal dari perbandingan dengan anak lain—akan menciptakan stres yang berlebihan. Anak-anak yang merasa harus selalu menjadi lebih baik daripada orang lain akan mengalami kecemasan yang tak terkendali, baik itu tentang prestasi akademis, kemampuan sosial, atau bahkan penampilan fisik mereka.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang berlebihan pada anak-anak seringkali dipicu oleh perasaan tertekan untuk memenuhi harapan orang tua. Stres yang berlarut-larut ini tidak hanya berpengaruh pada kualitas hidup anak dalam jangka pendek, tetapi juga berisiko memicu gangguan mental di masa depan, seperti gangguan kecemasan atau depresi.

Tingkat kecemasan yang tinggi pada anak-anak dapat memengaruhi kesehatan fisik mereka, seperti gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan penurunan sistem kekebalan tubuh. Ketika anak merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi yang terus berubah, mereka tidak hanya kehilangan keseimbangan emosional, tetapi juga mulai mengabaikan kebutuhan fisik mereka.

3. Pembentukan Perasaan Tidak Pernah Cukup Baik

Membandingkan anak dengan orang lain juga berpotensi mengarahkan anak pada perasaan tidak cukup baik. Ketika orang tua selalu menilai keberhasilan anak berdasarkan pencapaian anak lain, anak mulai merasa bahwa dirinya tidak memiliki nilai, meskipun mereka sudah berusaha keras. Anak-anak yang sering merasa gagal atau diabaikan bisa mengalami perasaan minder yang mendalam.

Perasaan ini semakin diperburuk dengan penggunaan perbandingan yang terus-menerus, di mana setiap pencapaian anak dianggap biasa-biasa saja karena mereka selalu dibandingkan dengan anak lain yang lebih berhasil. Kondisi ini tidak hanya merusak harga diri anak, tetapi juga membuat mereka merasa bahwa mereka harus selalu berkompetisi dan mengesampingkan keinginan dan kebutuhan diri mereka sendiri demi memenuhi standar orang lain.

4. Gangguan dalam Pembentukan Identitas Diri

Masa kanak-kanak adalah waktu yang sangat penting untuk pembentukan identitas diri. Setiap anak memiliki jalannya sendiri dalam menemukan siapa mereka sebenarnya, apa yang mereka minati, dan ke mana mereka ingin melangkah di masa depan. Namun, ketika orang tua terus-menerus membandingkan anak mereka dengan orang lain, anak merasa bahwa mereka harus mengadopsi identitas yang diinginkan orang tua, bukannya identitas yang mereka pilih sendiri.

Hal ini menyebabkan anak-anak kesulitan dalam mengenal potensi sejati mereka. Mereka menjadi terjebak dalam bayang-bayang harapan orang tua, dan sering kali kehilangan kesempatan untuk mengeksplorasi bakat atau minat mereka sendiri. Ini berisiko menciptakan ketidakpuasan jangka panjang dan kebingungan tentang tujuan hidup mereka.

Mendukung Anak Tanpa Membandingkan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun