Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Pentingnya Proses Bonding Ayah dan Anak

26 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 27 Desember 2024   07:36 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ayah dan Anak.Pixabay.com/jump1987 

Selama ini, diskusi tentang pola pengasuhan anak sering kali terfokus pada peran ibu. Tidak sedikit yang menganggap ibu sebagai pusat dari perkembangan emosional, mental, dan sosial seorang anak. Sementara itu, peran ayah dalam pengasuhan sering kali diabaikan atau hanya dianggap sebagai pendukung sekunder. Padahal, ayah memegang peran yang sama pentingnya dalam membentuk karakter dan masa depan anak. Dalam konteks ini, proses bonding atau pembentukan ikatan emosional antara ayah dan anak memiliki urgensi yang besar dan harus menjadi perhatian serius.

Namun, mengapa peran ayah dalam bonding anak sering terabaikan? Apa dampaknya jika ayah tidak hadir secara emosional dalam proses ini? Dan bagaimana keterlibatan ayah secara aktif dapat memberikan dampak positif? Artikel ini akan membahas lebih mendalam tentang pentingnya peran ayah dalam bonding anak, dengan harapan kamu, sebagai pembaca, memahami betapa krusialnya peran ini untuk membangun generasi yang lebih baik.

Mengapa Ayah Sering Tidak Terlibat?

Kita tidak bisa mengabaikan faktor budaya dan stereotip gender yang berperan besar dalam pembagian tanggung jawab pengasuhan. Di banyak masyarakat, termasuk di Indonesia, peran ayah sering kali dibatasi sebagai pencari nafkah. Sementara itu, pengasuhan anak dianggap sebagai "wilayah" ibu. Persepsi ini telah bertahan selama bertahun-tahun, membuat banyak ayah merasa bahwa mereka tidak memiliki kapasitas atau kewajiban untuk terlibat langsung dalam kehidupan anak di luar menyediakan kebutuhan materi.

Selain itu, tekanan pekerjaan sering menjadi alasan utama mengapa banyak ayah absen secara emosional. Jadwal yang padat, tuntutan karier, dan tekanan untuk memenuhi kebutuhan finansial keluarga sering kali membuat ayah merasa tidak punya waktu atau energi untuk melibatkan diri dalam proses bonding anak.

Di sisi lain, ada pula ayah yang tidak mengetahui bagaimana caranya menjalin hubungan emosional dengan anak. Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya bonding dan bagaimana melakukannya menjadi hambatan tersendiri. Akibatnya, banyak anak tumbuh tanpa merasakan kehadiran ayah secara utuh, baik secara fisik maupun emosional.

Dampak Ketidakhadiran Ayah dalam Proses Bonding

Ketidakhadiran ayah dalam proses bonding dapat memberikan dampak negatif jangka panjang bagi anak. Anak yang tumbuh tanpa hubungan emosional yang kuat dengan ayah cenderung mengalami berbagai masalah, baik secara emosional maupun sosial.

Secara emosional, anak yang merasa diabaikan oleh ayah sering kali memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah. Mereka mungkin merasa kurang dihargai atau bahkan merasa tidak cukup berharga untuk mendapatkan perhatian. Kondisi ini dapat berlanjut hingga dewasa, memengaruhi hubungan interpersonal mereka dan cara mereka memandang diri sendiri.

Dari segi sosial, anak yang tidak memiliki hubungan dekat dengan ayah cenderung mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Ayah yang hadir secara emosional dan terlibat aktif dapat memberikan model positif tentang bagaimana membangun hubungan yang kuat, sehat, dan saling menghormati. Tanpa contoh ini, anak mungkin kesulitan memahami dinamika hubungan yang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun