Selain itu, kebencian dan prasangka antar kelompok juga menjadi penyebab utama kekerasan. Dalam masyarakat yang semakin terfragmentasi, perbedaan sering kali dijadikan alasan untuk memusuhi yang lain. Paus Fransiskus yang dikenal sangan bersahaja selalu mengkritik narasi kebencian yang sering diperkuat oleh politik identitas dan media yang tidak bertanggung jawab.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kurangnya pendidikan dan kesadaran akan pentingnya perdamaian. Di banyak tempat, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kekerasan, menjadikan mereka rentan untuk menginternalisasi kekerasan sebagai sesuatu yang normal. "Dunia ini telah terlalu lama terbiasa dengan kekerasan,"Â
Seruan untuk Bertindak
Dalam pesan Natalnya, Paus Fransiskus tidak hanya mengajak umat manusia untuk berdoa, tetapi juga untuk bertindak. Menurutnya, doa tanpa aksi adalah kosong, dan aksi tanpa doa kehilangan arah. Ia menekankan pentingnya langkah konkret yang dapat diambil oleh individu, komunitas, dan pemerintah untuk menghentikan kekerasan.
Bagi individu, Paus mengajak setiap orang untuk mulai membangun damai dalam lingkup kecil: keluarga, lingkungan, dan komunitas. Tindakan sederhana seperti mendengarkan orang lain, membantu yang membutuhkan, dan menghindari konflik sudah menjadi langkah besar menuju perdamaian.
Bagi komunitas, terutama komunitas agama, Paus mengajak untuk menjadi jembatan yang menghubungkan, bukan tembok yang memisahkan. Ia percaya bahwa agama memiliki peran penting dalam menciptakan harmoni, bukan justru memperparah konflik.
Sementara itu, bagi pemerintah dan pemimpin dunia, Paus Fransiskus menyerukan komitmen yang lebih besar untuk menghentikan perang dan mendorong dialog. Ia mengingatkan bahwa kepentingan politik dan ekonomi tidak boleh mengorbankan nyawa manusia.
Bukti-Bukti Nyata akan Dampak Kekerasan
Seruan Paus Fransiskus tidak hanya opini belaka karna sejumlah data dan fakta untuk mendukung pesannya. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada tahun 2023, lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia terpaksa mengungsi akibat konflik bersenjata dan kekerasan. Ini adalah angka tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah modern.
Di Ukraina, misalnya, ribuan warga sipil tewas dan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal akibat perang yang terus berkecamuk. Konflik ini tidak hanya membawa penderitaan bagi mereka yang terlibat langsung, tetapi juga menyebabkan krisis energi dan pangan global yang memengaruhi jutaan orang di luar zona perang.
Sementara itu, di Timur Tengah, kekerasan terus memperburuk kondisi kemanusiaan. Di Yaman, sekitar 20 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, termasuk lebih dari 10 juta anak yang mengalami malnutrisi. Situasi ini menunjukkan bahwa dampak kekerasan jauh melampaui medan perang; ia merusak struktur sosial dan generasi masa depan.