Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesan Natal Paus Fransiskus, Seruan untuk Menghentikan Kekerasan di Dunia

24 Desember 2024   09:11 Diperbarui: 24 Desember 2024   09:11 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus Fransiskus saat menyampaikan pesan Natal kepada Kuria Roma di Vatikan, Sabtu (21/12/2024).(VATICAN MEDIA via AFP)

Setiap tahun, Natal hadir membawa harapan baru bagi umat manusia. Di tengah kehangatan perayaan yang penuh kasih, pesan Natal dari pemimpin spiritual sering kali menjadi sorotan dunia. Natal tahun ini, Paus Fransiskus kembali menyerukan pentingnya perdamaian dan penghentian kekerasan yang masih merajalela di berbagai belahan dunia. Dari Basilika Santo Petrus, Vatikan, Paus menyampaikan pesan yang begitu mendalam, mengajak seluruh umat manusia untuk merenungkan arti perdamaian dan berjuang bersama menghentikan segala bentuk kekerasan yang telah merampas banyak nyawa dan masa depan.

Konteks Kekerasan Global yang Mengkhawatirkan

Paus Fransiskus berbicara di tengah kondisi dunia yang jauh dari damai. Konflik bersenjata, penindasan sosial, dan kekerasan struktural terus menjadi bayang-bayang kelam bagi jutaan orang. Salah satu isu yang sangat menyita perhatian adalah perang di Ukraina, yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun dengan dampak destruktif yang tak terhitung. Ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, keluarga terpecah belah, dan trauma generasi baru lahir akibat kekerasan tanpa henti.

Tidak hanya di Ukraina, krisis di Timur Tengah juga belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Palestina dan Israel masih terus terjebak dalam konflik yang kompleks, sementara di negara-negara seperti Suriah dan Yaman, kekerasan bersenjata terus merampas hak hidup banyak orang. Di belahan dunia lain, seperti Afrika, kekerasan etnis dan perebutan kekuasaan juga menjadi tantangan besar bagi stabilitas dan perdamaian.

Selain konflik bersenjata, Paus Fransiskus juga menyoroti bentuk-bentuk kekerasan lain yang kerap terabaikan, seperti perdagangan manusia, eksploitasi anak, dan ketidakadilan ekonomi. "Kekerasan bukan hanya datang dari senjata, tetapi juga dari sistem yang menindas dan merampas hak-hak mendasar manusia," ungkap Paus dengan penuh keprihatinan.

Pesan Damai yang Berakar pada Kelahiran Kristus

Dalam homilinya, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa kelahiran Yesus Kristus adalah simbol damai sejati. Di Betlehem, di tengah kesederhanaan sebuah palungan, lahirlah sang Juru Selamat yang membawa harapan baru bagi dunia yang diliputi kegelapan. Pesan ini, menurut Paus, harus menjadi pengingat bahwa damai adalah panggilan mendasar bagi setiap manusia, terlepas dari agama, bangsa, atau latar belakangnya.

Namun, Paus juga menegaskan bahwa perdamaian bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya. Ia adalah hasil dari upaya bersama, dimulai dari hati masing-masing individu hingga meluas ke komunitas dan pemerintah. "Damai adalah buah dari cinta kasih, dan cinta kasih hanya lahir dari hati yang murni," tegas Paus Fransiskus.

Mengapa Kekerasan Terus Berlanjut?

Kekerasan, dalam berbagai bentuknya, adalah fenomena yang kompleks. Salah satu akar masalah yang disoroti oleh Paus Fransiskus adalah ketidakadilan struktural. Ketika sumber daya dunia tidak didistribusikan secara adil, ketimpangan menciptakan ketegangan yang kemudian meledak menjadi konflik. Negara-negara miskin yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan sering kali menjadi sasaran eksploitasi ekonomi dan politik oleh negara-negara yang lebih kuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun